20 : Tentang Alfian 2

57 14 14
                                    

🍑Happy Reading🍑






































"Hanya kisah awal bagaimana rasa itu muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hanya kisah awal bagaimana rasa itu muncul."
-Jingga Ayu Mentari-







































Jingga terduduk di bangkunya. Ia lantas kembali dengan pekerjaan yang sudah menyita waktu makan siangnya itu. Harusnya gadis itu bisa kerjakan ini di rumah. Tetapi si pengawas yang mengawasi para mahasiswa magang malah menyuruh Jingga untuk tetap tinggal di sini. Mengerjakan beberapa tugas yang harus selesai hari ini juga.

"Ngga, lo enggak ikut ke kantin?" Tawar gadis berkuncir kuda, Yessi.

Jingga menggeleng. Ia menunjuk setumpuk berkas di hadapannya itu. Membuat Yessi hanya tersenyum kecil. "Lo mau nitip makanan? Entar gue beliin," tawarnya.

Sekali lagi gadis itu menggeleng. Rasanya melihat tumpukan berkas ini saja sudah membuat Jingga kenyang. Setelahnya, Yessi pergi dengan beberapa kawan yang juga tengah magang di kantor kecamatan ini. Tinggalah Jingga di sana. Dengan layar monitor yang terus menyajikan setumpuk paragraf yang memuakkan.

Jingga menghela napasnya panjang. Ia lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Lalu bersiap mengetik sebisanya. Netranya mulai fokus dengan pekerjaan. Menatap rentetan kata di kertas pada sisi kirinya. Pula menatap layar monitor beberapa kali hanya untuk mengecek ada kesalahan penulisan atau tidak.

Di saat yang sama, sebuah gelas milkshake mendadak muncul di mejanya. Bersamaan dengan bungkusan makanan yang entah isinya apa. Spontan Jingga mendongak. Menatap seonggok laki-laki yang telah memberinya makanan dan milkshake.

Alfian Juno Ananta. Laki-laki yang hanya menunjuk dua benda di meja Jingga tanpa sedikit pun tersenyum pada si gadis.

"Itu buat lo. Gue disuruh Yessi buat ngasih ini ke lo," ujarnya lalu berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Jingga.

Ini bukan sekali laki-laki itu melakukan hal yang sama. Bahkan di hari sebelumnya pun sama. Hampir setiap hari rasanya–kecuali, jika Jingga ke kantin. Jingga pun tahu benar, jika Yessi tidak menitipkan sesuatu pada Fian. Setidaknya, Jingga pernah bertanya hal ini kemarin.

Jadi jangan heran jika Jingga menaruh rasa penasaran tentang sikap laki-laki itu. Lalu membiarkan rasa lain muncul menyapa. Lagipula, Fian terlihat begitu misterius. Terlalu banyak rahasia di dalam dirinya yang membuat Jingga penasaran. Benar-benar menyebalkan.

Jingga lantas menatap Fian yang kini duduk tidak jauh darinya itu. Ia lalu berujar, "Makasih, Al!"

Fian tidak menoleh. Tetapi laki-laki itu hanya mengangguk seadanya. Demi apapun Jingga terkadang bingung dengan sosoknya. Sikap Fian nampak begitu dingin padanya entah kenapa. Bahkan sejak awal masuk kuliah.

Dear Jingga | MCND ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang