Tiga Enam

3.6K 144 0
                                    

"Bebep Leuu!" pekik Galang seraya memeluk Leuren. Leuren yang baru keluar dari kelas pun membalas pelukan Galang.

"Kangen ya?" tanya Leuren.

"Bingittttttt! Kamu kok makin cantik aja, sih," ucap Galang.

Leuren memukul bahu Galang dengan pelan. "Kita jadi jalan, kan?"

"Jadi dong, Bep. Mau kemana? Mall, pantai, taman, atau ke patung liberty?" tanya Galang.

"Kemana aja, asal sama kamu, Bep," jawab Leuren.

"Emmmm soswit," ucap Galang sambil mencubit kedua pipi Leuren dengan gemas.

"Bawa ke kandang buaya aja, Lang. Lemparin tuh biar dimakan sama buaya-buaya kurang gizi," ucap Pradit.

"Apaan dah? Ikut-ikutan aja, dasar jomlo," cibir Galang.

"Jangan lupa sama tantangan dari gue," ucap Pradit mengingatkan.

"Iya iya iya, besok!"

"Tantangan apa, Bep?" tanya Leuren.

"Bukan apa-apa kok, Bep," jawab Galang.

Biana yang ada di rangkulan Revon melirik pasangan alay itu. "Makin aneh aja temen kamu, yang," ucap Biana.

"Leuren juga temen kamu, sayang," ucap Revon.

"Gak, udah aku pecat dari daftar temen. Jijik punya temen alay banget kayak gitu," ucap Biana sambil terkekeh.

Jasen berjalan sejajar dengan Regita. Semua temannya punya pacar, membuatnya iri dan ingin segera baikan dengan Regita. "Aku anter ya, Re," tawar Jasen.

"Aku bawa motor sendiri," ucap Regita datar.

"Nanti dibawa Sendra aja," ucap Jasen.

"Iya, Re. Gue yang bawa aja. Lumayan tuh, motor lo kan bagus, cewek-cewek bakal makin nempel sama gue," ucap Sendra. "Asal bensin lo full, dengan senang hati gue bawa motor lo," lanjutnya.

"Playboy kok gak punya motor, tiap hari nebeng gue!" cibir Pradit.

"Motor gue lagi di bengkel zayenggg!" ucap Sendra.

"Zeyeng zeyeng pala lo meledak!" ucap Pradit.

"Gimana?" tanya Jasen.

"Gak deh, pulang sendiri aja," jawab Regita.

Jasen mengangguk pelan, tidak mau memaksa lagi. Tapi, diam-diam cowok itu mengikuti Regita dari belakang untuk memastikan Regita aman dan selamat sampai rumah.

^^^^^

"INI SEMUA GARA-GARA LO!"

"Kalo lo gak mata-matain geng kita, Galaksi gak akan bubar!"

Fahra melotot kesal. "Galaksi itu geng gak bener! Nabrak gak tanggung jawab, pake nyekap gue, terus nusuk perut pacar gue pake pisau. Bersyukur banget gue karena Galaksi bubar!"

Salah satu dari lima cowok itu menjambak rambut Fahra. Fahra meringis menahan sakit, namun ia berusaha untuk tidak menangis. Ia akan kalah kalau menangis di depan lima cowok kejam ini.

"Fafa, lepas!" ucap Fahra dengan suara tertahan.

"Lepas?" tanya cowok bernama Fafa. "Cewek penghianat kayak lo gak pantes buat sekolah di SMA Tunas Bangsa!"

Bughh

Gibran menjotos pelipis Fafa hingga ia terpental jauh. Fahra segera berlindung dibalik punggung lelaki itu.

"Berani cuma sama cewek! Keroyokan lagi! Laki lo?" bentak Gibran.

"Nah nah nah, ini dia cowok yang bikin Fahra berkhianat sama Tunas Bangsa. Lo dikasih apa, Ra, sama dia? Dikasih mobil, motor, rumah?" ucap Fafa setelah dirinya bangkit.

"Fa," panggil salah satu teman Fafa.

Fafa melihat ke arah depan, ia baru menyadari kalau Gibran tidak sendiri. Ada banyak anak Zolvenior di belakang cowok itu.

"PERGI LO SEMUA!!" bentak Gibran membuat mereka berlima lari terbirit-birit.

Gibran menghadap ke Fahra, gadis itu terlihat ketakutan. "Kamu gak pa-pa?" tanya Gibran.

Fahra menggeleng lemah. "Gak pa-pa, kok."

"Makasih ya, Bro!" ucap Gibran sedikit berteriak pada anak-anak Zolvenior yang masih bertengger di motor masing-masing.

"Sama-sama, Bran. Kita ke warung Mang Wedi dulu," balas Lino ditanggapi anggukan oleh Gibran. Seperti biasa, anak Zolvenior akan nongkrong di warung Mang Wedi sepulang sekolah. Tapi, tadi Gibran meminta bantuan, jadi mereka ikut menghampiri Fahra dulu.

Fahra naik ke motor Gibran. Ia memeluk perut cowok itu dan menyandarkan kepalanya di punggung Gibran.

"Makasih ya, Bran."

"Gak usah makasih."

"Kita langsung pulang aja, ya. Aku capek," ucap Fahra lemah.

Gibran diam. Tidak biasanya Fahra seperti ini. Biasanya, sepulang sekolah Fahra akan minta diajak jalan-jalan sampai sore. Sampai di depan rumah Fahra, Gibran tidak membiarkannya masuk. Gibran menahan Fahra.

"Kamu ada masalah?" tanya Gibran.

Fahra menunduk setelah mendengar pertanyaan Gibran.

Gibran menarik dagu Fahra agar ia mengangkat wajahnya. "Ada masalah, Ra?" tanyanya lagi.

Fahra menggeleng dan tersenyum tipis. "Nggak kok, Bran."

"Jangan bohong, Ra. Aku tahu. Kamu nggak kayak biasanya," ucap Gibran.

"Anak satu sekolah bully aku," ucap Fahra. "Mereka ngata-ngatain aku pengkhianat dan bilang kalo aku yang nyebabin Galaksi dibubarin sama kepala sekolah."

Gibran mengusap rambut Fahra yang cokelat alami. "Jangan didengerin. Kamu bisa tutup telinga kamu kalau kamu gak mau denger sesuatu."

"Aku juga gak punya temen, Bran. Semuanya jauhin aku. Sampai sahabat deket aku juga ngejauh semua."

Gibran menangkup kedua pipi Fahra dan menatap manik matanya. "Pindah aja ke SMA Pancasila."

^^^^^

JASEN (End)Where stories live. Discover now