06┊ pesisir pantai dan cerita terbaiknya

1.4K 340 46
                                    

sore itu terik, mana pula raganya menukik di ujung geladak kapal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sore itu terik, mana pula raganya menukik di ujung geladak kapal. chandra mengulurkan tali temali dari kabin, berniat melemparkan menuju daratan kala menyadari ada orang lain yang berdiri persis di sebelahnya. mala, dengan kalung kompas yang sama dengan tiga tahun lalu, tersenyum manis bermandikan peluh di ujung dahi.

"biar kubantu." ujarnya, mengambil alih tali yang dieratkan terlebih dahulu pada tiang kapal.

taruna dengan senyum lebarnya itu akhirnya memilih berjalan menjauh, mendudukkan diri di kapal yang dekat dengan tangga. menghela nafas seraya menegak habis air putih yang tersisa satu, sengaja ia minta pada beberapa awak kapal yang sudah lebih dulu pergi.

"sudah, chandra?" nirmala menghela nafas panjang, ikut duduk di samping chandra sambil kepalanya mendongak. sore sudah memeluk mereka, beberapa menit lagi akan ada suara dari tapakan kaki anak-anak muda pulang sekolah.

"bisa dilanjut besok. kayaknya. ah, mala?" chandra berdehem dahulu, menyita netra mala yang langsung menatapnya. "kamu dan yanuar... punya sesuatu, ya?"

mala terkesiap, mungkin agak terburu-buru kalau chandra membicarakan ini sekarang. maksudnya, masih ada hari esok, begitu. tersentak sebentar, mala tersenyum tipis.

"sama sepertimu dan rea, chandra. sayangnya harus terpisah paksa. tau siapa yang jahat?" kalimat itu merujuk tiga tahun mereka. tiga tahun dukacita soal ini itu yang bermasalah.

"sudah tau, mala. tidak usaha dijelaskan apalagi diperjelas." chandra meremat botol plastik sambil berjalan menjauh. mengingat lagi soal malam-malam panjang di jakarta, menghindar dari kerumunan orang bersenjata yang siap sedia menarik pelatuk kalau-kalau dia salah bicara atau bernafas dengan gusar.

chandra mengulang lagi, saat menginjakkan kaki di ibukota tempo lalu. saat pertama kali menatap takjub senyum mala. semuanya diingat persis. mala, mala, sungguh. aku kasihan dengan nasibmu sampai harus menghindar sedemikian rupa dari pemerintah. tidak adil? sebut saja begitu. sebut saja karena wajah cantik mala itu...

punya garis keturunan tionghoa.

chandra menghela nafas. kenapa pula harus dia yang disamping mala.

"sore kak chandra!" benar kan, anak muda sudah berlarian keluar dari sekolah dengan tembok yang sudah hampir dimakan rayap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"sore kak chandra!" benar kan, anak muda sudah berlarian keluar dari sekolah dengan tembok yang sudah hampir dimakan rayap. iya, dari kayu, jangan bertanya lagi.

"sore juga, rea. bagaimana sekolahmu?" chandra berujar pendek, sibuk menyingsing lengan sambil bertegur sapa sesekali dengan para nelayan yang—kalau boleh bertaruh, sedang menyiapkan perahu untuk mencari ikan nanti malam.

rea tersenyum lebar. "tebak siapa yang dapat nilai sempurna untuk ujian tengah semester?!"

"pasti si rendra." iseng, padahal chandra tahu jelas siapa yang dimaksud gadis kecilnya itu.

"ah, kak chandra mah." ujarnya kesal. rea mencebikkan bibir sambil menenteng tas kainnya, berjalan mendahului chandra yang mengulum senyum. ditahan mati-matian supaya tidak terlihat jejaknya.

"rea! tunggu dulu!" chandra berlari, diiringi tawa yang menguar. hawa kota mereka, bersama semilir angin dari pesisir pantai membuatnya rindu. rindu soal semua yang sudah terlewat.

"rea!" taruna dengan senyum manisnya itu mendaratkan tangan di bahu sang gadis, mengajaknya jalan beriringan menyapa penduduk, sesekali berhenti untuk menghindar dari laju truk pengangkat muatan.

rea diam saja, tanda marah. bisa-bisanya chandra membalas rendra? si pemuda idiot tukang jaga ikan di pasar? rea makin memuncak emosinya.

"jangan marah ah, cantiknya hilang dikit-dikit."

"berisik." jawabnya ketus, tapi sendirinya masih nyaman membiarkan bahunya jadi tumpuan siku si pemuda.

mereka menatapi sekitar, memperhatikan satu dua orang menenteng keranjang, mungkin isinya sayuran baru dipetik atau ikan segar. juga melihat beberapa anak bermain layangan,  mencari angin yang diperhatikan tidak mau lewat dengan kencang. lainnya kejar-kejaran pakai sepeda, dengan botol bekas di antara roda dan tempat duduk. maklum, sedang tren. konon bisa memberi suara seperti pembalap sungguhan di layar tancap.

pesisir pantai memang tempat terbaik untuk bercerita, menyulam kisah, dan merajut perasaan.

"rea, aku sangat rindu bintan." chandra berucap, menyiapkan perasaan dahulu sebelum menatap langit-langit angkasa.

"aduh, heran banget sama kak chandra. toh, sekarang sedang di bintan. rindu apanya lagi?"

"sewot betul. aku tuh mau berbicara puitis seperti aktor-aktor hebat di bioskop." ujarnya, terkekeh sebentar. "lain kali aku ajak kamu ke bioskop tengah kota, saat pasar malam buka. mau?"

rea menimang-nimang. kelas akhir, susah mencari waktu luang kalau yanuar saja seperti mengawasinya dua puluh empat per tujuh. "boleh, saat libur semester aja tapi. sibuk, kak."

chandra mengangguk, jemarinya turun kebawah. perlahan, menikmati sekat-sekat telapak tangan gadis itu yang sedang disapu angin. sempurna, mereka bergandengan pulang ke rumah membawa hari-hari lama.

tetap saja, rasanya sedikit janggal kalau chandra yang melakukannya.

"eh, kak chandra tidak sedang mabuk, 'kan?!"

"melantur sekali mulutmu, andrea pradnya nishita. tidak aku belikan buku baru tau rasa kamu, ya!"

mereka berdua tertawa, bahagia.

note:kepo nih, udah ada yang bisa nebak belum?antara latar waktu sama garis keturunannya mala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note:
kepo nih, udah ada yang
bisa nebak belum?
antara latar waktu
sama garis keturunannya mala.

tebak kenapa mereka balik ke bintan?
ketebak banget harusnya meong
apalagi udah aku senggol gini.

drop ur opinion readerss!!
((PLIS AYO PEKA.))

©jenoctopush

langit dan lautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang