BINGKAI 2

3 0 0
                                    


Di sebuah warung dekat pinggiran kanal yang airnya tidak beraturan warna serta baunya itu Raya memberanikan diri untuk menelpon Ray, teman kampusnya yang ia rasa bisa menolong setidaknya membantu mencarikan tempat tinggal atau sekadar teman untukk ngobrol saja dulu.

"Halo Ray!!! Sibuk?", Tanya Raya dengan hati-hati

"Apasih Raya basa basi banget itu"

"hmm temuin aku ditempat biasa yuk"

"tempat biasa? Yang mana dulu ini taman kota atau warung langganan mu hahaha?"

"hmm taman kota aja deh"

"oke, meluncur yah"

Aku dan Ray memang sering sekali nongkrong di taman kota yah itung-itung tempat nongkrong gratis tapi jeleknya kalau hujan saja tidak ada tempat berteduh. Di taman kota banyak hal bisa Aku dan Ray lakukan mulai dari diskusi, kerjakan tugas, hunting foto sampai ngobrol tidak jelas. Aku suka suasananya banyak orang yang bisa dilihat. Yah tentunya jika sudah dari situ akan ku ajak Ray pergi ke warung favorite ku. Ibu warungnya suka curhat masalah pembelinya. Mulai dari belanja dengan uang besar tapi yang diambil cuman permen dua ribu rupiah saja sampai melayani pembeli yang cerewetnya tingkat dewa tapi ujung-ujungnya tidak jadi beli. Aku suka melihat raut wajah penjual di warung kecil yang terlihat penuh kerja keras dan pantang menyerah.

Untung jarak taman yanyg ku maksud untuk bertemu dengan Ray tidak terlalu jauh untuk ku berjalan kaki saja, yaah alasannya apalagi kalau bukan menghemat uang yang aku punya, soalnya atm yang isi uang bulanan dari orang rumah aku tinggalkan dimeja kamar. Uang hasil kerjaan motret ku tidak banyak itu juga ku dapat dari menang lomba foto belum ada pekerjaan tetap yang ku tekuni tapi mulai sekarang harus. Dari kejauhan ku dapati senyum khas Ray dengan lambaian tangannya, sepertinya Ray sedang senang. Akan ku ceritakan sedikit tentang Ray.

Ray bukan teman pertama ku dikampus, ku kenal dia dari salah seorang teman perempuan ku yang kebetulan kita semua sejurusan. Aku memang tidak pernah memperhatikan siapa saja teman kelas ku, cuek sih memang banget malahan. Masuk kelas disaat dosen sudah berada se-sentimeter dari pintu kelas begitu dosen keluar kaki ini langsung mengikuti sampai keluar kelas pergi ke warung dekat kampus begitu terus sampai tiga tahun. Lalu ku temui Rani karena kami disandingkan oleh dosen mata kuliah untuk tugas kelompok. Ternyata Rani orangnya suka bicara dan mempunyai banyak teman sempat beberapa kali aku diajak untuk ikut ke tempat tongkrongannya tapi sepertinya keramaian tidak cocok untuk ku. Rani lalu mengenalkan ku kepada Ray yang katanya bakalan se-frekuensi dengan diri ku yang kurang suka ditempat ramai. Pertama mengenal Ray agakk aneh juga karena bisa cepat akrab dengan laki-laki tapi memang Ray orangnya gampang untuk berbaur dengan segala tipe orang di dunia ini sepertinya. Ia sangat mengerti dengan ku yang lebih suka menikmati keramaian dari jauh saja tidak terlibat didalamnya. Ia mengerti dengan kegemaran ku mengelilingi jalan dan lorong kota dan singgah di setiap warung. Aku dan Ray lalu cocok begitu saja tanpa ada kejelasan dan penjelasan panjang. Ray sangat baik terhadap ku setiap datang ia pasti membawakan ku sesuatu terserah itu makanan atau minuman bahkan permen sekalipun.

Aku menceritakan semua yang ku alami pada Ray. Ia paham kondisi ku dan meminta ku untuk tinggal dikontrakan nya saja daripada menyewa kamar. Awalnya ragu sih karena dia laki-laki masa tinggal berdua doing tapi dia yakinin kalau dia pun jarang tinggal dikontrakannya juga. Aku sepakat tapi begitu aku punya uang untuk sewa kamar yah aku akan pindah. Banyak hal percakapan kami hari itu hingga malam tiba kami tidak juga beranjak dari taman. Nasi goreng yang dibawa Ray langsung ku makan karena kebetulan perut ku menuntut untuk diisi.

"Raya sampai kapan kamu mau memusuhi keluarga mu seperti ini?" Tanya Ray dengan mulut yang penuh dengan gorengan di dalamnya.

"Ihhh ini namanya bukan memusuhi"

"Yaahh terus apa namanya"

"Menikah adalah pilihan yang sakral menurut ku dan dipaksa bukanlah jalan keluarnya. Menurut ku mereka sudah kelewatan kalau sampai mengurusi aku akan nikah dengan siapa"

"Raya kamu sepertinya belum siap menikah saja"

"Itu tidak pernah ku pikirkan sebelumnya memang tapi kenapa aku tidak bisa memutuskan sendiri setiap hal dalam hidup ku. Kenapa selalu mereka yang punya hak atas diri ku"

"Yah karena kamu bagian dari keluarga mereka. Kamu seorang anak dan adik"

"Ia aku tahu tapi aku juga berhak memilih sendiri pasangan hidup ku kan aku yang nantinya akan jalani bukan mereka" ku sanggah Ray dengan mata melotot.

"iya iya jangan marahh begitu dong. Cepat habiskan ini gorengan dari tadi ku perhatikan mulut mu tidak berhenti mengunyah terus nasi" ledek Ray mencairkan suasana.

"Kamu sih tidak pernah berada diposisi ku. Lagian siapa coba yang setiap ada penjual lewat selalu dipanggil"

"Soalnya cerita enaknya sambil makan sih hehehe. Tapi kamu suka juga kan kalau penjual-penjual itu ku panggil" Tanya Ray dengan muka mengejek.

"Iya sih TOP deh kamu Ray untung kita temenan"

"kok untung memangnya bisa lebih dari itu?"

"Bisa dong" jawab ku dengan sedikit senyum.

"Jadi apa coba"

"saudara contohnya"

"oh iya yah. Ayuk lah kalau begitu bawa saja pulang gorengannya kali aja mau dicemilin dijalan"

Raya!Where stories live. Discover now