BINGKAI 3

2 0 0
                                    


Sudah beberapa hari ini Aku tinggal di kontrakan Ray yang kelihatannya seperti rumah untuk pasangan baru saja. Semua barang-barang rumah tangga ada disini. Anehnya Ray kelihatan jarang sekali menggunakannya mungkin seperti itulah bujang. Ray sendiri tidak nginap disini selama aku ada, ia masih setiap hari datang menjemput atau sekadar menemani ku agar tidak jenuh jika malas keluar rumah. Kata Ray ia akan tidur di rumah temannya untuk sementara waktu untuk menghindari perasaan canggung antara kami berdua jika tinggal bersama tapi setelah dipikir-pikir tidak enak juga begini keadaannya. Terkesan aku yang mengusir Ray dari kontrakannya sendiri. Dia yang berbaik hati menyediakan tempat ku untuk beristirahat tapi dia juga yang harus ribet-ribet tidur di rumah orang.

"Ray kan di rumah ini kamarnya ada dua kenapa kamu tidak tidur disini saja daripada harus mondar-mandir begitu" Tanya ku saat aku berboncengan dengannya menuju kampus.

"Iiih modus yah kamu ngajak tinggal berduaan" ledek Ray sambil melihat ku dari kaca spion motornya

"Enak aja. Itukan kontrakan kamu tidak enak kalau malah kamu yang harus tidur dirumah teman mu hanya karena ada aku"

"Tidak papa toh kamu pasti risih kalau ada laki-laki tinggal sama kamu cuman berduaan juga"

"Bukannya risih sih kan kakak ku di rumah laki-laki semua. Cuman memang agak aneh kalau cuman kita berdua sih"

"Itu sudah ku bilang juga apa, kalau aku sih aman-aman aja tinggal berdua sama kamu apalagi aku memang jarang di rumah. Kamu nya itu"

"Aku sih bagaimana yahh, tidak enak juga kalau misalnya kamu yang punya kontrakan tapi kamu yang tidur ditempat lain"

"Yah sudah nanti kita coba. Aku nginap di rumah deh malam ini tapi kamu jangan modus yah"

"iihh najis lah aku modus ma kamu"

"ia iaa oke kalau begitu turun dong masa kita mau ngobrol terus di atas motor kan sudah sampe juga ini"

Aku dan Ray pun sontak tertawa bersama melihat kekonyolan kami yang tidak disadari itu. Ray memang sebaik itu, ia jarang sekali menolak permintaan ku. Setiap aku butuh Ray selalu langsung datang begitu ku telpon. Bagaimana dengan Rani? Belum ku ceritakan yah.

Rani teman dekat pertama ku yang memutuskan menikah saat kami semester enam. Begitu menikah ia dihadapkan dengan pilihan melanjutkan kuliahnya atau ikut suaminya keluar kota disaat yang sama ia pun hamil. Begitu menikah langsung hamil yahh itulah namanya. Suami Rani tidak pernah memaksa Rani untuk mengikutinya ke luar kota hanya saja ia tidak enak dengan keluarga suaminya. Apa dikata nantinya kalau aku hamil dan memilih melanjutkan kuliah daripada mengurus suami dan ikut pindah. Ia pun tidak mau terus-terusan kepikiran dengan hal itu takutnya mempengaruhi kandungannya. Rani memutuskan tidak melanjutkan kuliahnya dan pergi mengikuti suaminya. Ku lihat raut kekecewaannya karena tidak bisa mendapatkan gelar sarjana yang ia mimpikan selama ini. Aku dan Ray mengantar mereka ke Bandara. Rani memeluk ku dengan erat dan berbisik "Sarjana dulu baru Nikah!". Aku dan Rani langsung tertawa karena memang kalimat itu menjadi bahan ejekan buat kami berdua. Tapi gilanya kalimat itu juga yang terngiang-ngiang diotak ku.

Dijalan pulang sehabis mengantar Rani...

"Ray, menikah itu pilihan atau kewajiban sih?" Tanya ku sambil ku pandangi wajah Ray yang mulai mengerutkan dahinya.

Raya!Where stories live. Discover now