Episode 25

4.7K 478 10
                                    

Ben duduk terdiam di sofa sambil menatap tangan kanannya yang terasa sakit dan bengkak karena mati – matian memukul Romeo menyalurkan kekesalannya pada sahabatnya itu. Maaf, satu kata yang menjadi momok, membuat Ben geram. Dia ingin memaafkan tapi hati kecilnya sama sekali tidak mengindahkan. Dia masih belum rela jika Renata menjadi milik sahabatnya, Renata miliknya walau wanita itu mengandung bayi Romeo.

Kenyataan itu jelas menyayat hati Ben, luka yang sudah terbuka semakin menganga menyadari kenyataan itu. Dia tidak perlu menyuruh orang untuk menyelidikinya, cukup melihat bagaimana interaksi mereka, Ben sudah bisa menebak.

Pantaskah Romeo bahagia diatas penderitaannya?

Ben tidak ikhlas.

Jujur.

Sangat tidak ikhlas dan dia tidak akan bisa tenang sebelum memisahkan mereka. Kenapa harus memisahkan? Karena Renata hanya miliknya.

Demi tuhan! Renata miliknya.

Berkali – kali Ben bertanya apa Romeo mencintai wanita itu, jawaban Romeo tetap tidak. Tapi, lihat! Inilah yang terjadi.

Ben menghembuskan napas kesal, beranjak dari sofa melangkah menuju mejanya, mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Aku akan mengirim foto dan kau harus melakukannya dengan bersih."

"Baik, Pak..."

Ben menutup sambungannya, melakukan sesuatu dengan ponselnya.

"Aku akan membuatmu menjauh dari Renata, Rome." Lirih Ben sambil menyimpan ponselnya.

[]

Romeo tidak tahu apa yang sekarang sedang terjadi. Dia duduk dengan pikiran kosong, bingung harus melakukan apa dengan berita yang datang. Paolo muncul di ruangannya tiba – tiba memberikan kabar buruk, sesuatu terjadi di Paris, tepatnya di restorannya, dia harus kembali.

"Aku sudah memesankan tiket untukmu..." Paolo muncul di ruanganya meletakkan tiket diatas mejanya.

"Kau sudah membatalkannya?"

Paolo mengangguk. "Sebaiknya kau segera menyelesaikan masalah restoran dan kembali untuk melamar Renata."

Romeo menghela napas. Selama dua minggu terakhir dia sudah menyiapkan acara spesial ini dan sekarang harus dia batalkan. Perasaan aneh menyelimutinya, kenapa ada perasaan enggan untuk pergi ke Paris?

"Ya. Terima kasih. Apa tidak masalah kau di sini? Sedangkan kau sedang masa pengobatan?"

"Aku akan menyuruh Banyu menghandel semuanya. Kau tenang saja. Memang tidak akan sesempurna dirimu, karena itu kau harus segera kembali."

Romeo tersenyum dan Paolo berpamitan meninggalkan Romeo yang kembali merenung. Dia menatap ponselnya gusar hendak menghubungi Renata. Kenapa harus di saat seperti ini. Benar – benar sial!

Mau tidak mau Romeo harus membatalkan rencananya untuk melamar Renata malam ini. Ponselnya tiba – tiba berbunyi, membuat Romeo terkejut dan lebih terkejut lagi karena yang menghubunginya adalah Renata.

"Ren?"

"Rome? Kau baik – baik saja?"

Kening Romeo berkerut dalam. "Ya. ada apa?"

"Ben menghubungiku barusan, dia bilang ada masalah di restoranmu di Paris. Apa itu benar?"

Ben? Dia tahu? Bagaimana dia bisa tahu?

"Rome? Benar atau tidak?"

Romeo berdeham, mengambil napas panjang dan menjawab, "Ya. malam ini aku harus berangkat. Kurasa kita bisa makan malam setelah aku kembali."

"Tentu saja. aku menunggu. Setelah pulang kantor, aku akan ke apartemnmu, ku bantu kau berkemas. Tidak apa, kan?"

"Tidak apa. Aku akan menjemputmu nanti."

"Oke. Jangan terlalu dipikirkan, aku yakin tidak ada yang serius."

"Ya." Aku harap begitu, lanjut Romeo dalam hati.

"Sampai ketemu nanti sore."

"Sampai ketemu nanti sore."

Renata memutus sambungan dan Romeo kembali merasakan sesuatu keanehan.

"Ben menghubungiku barusan, dia bilang ada masalah di restoranmu di Paris. Apa itu benar?"

Darimana Ben tahu?

Daripada menerka – nerka, Romeo memutuskan menghubungi Ben, dan belum sempat dia membuka suara saat Ben menjawab panggilannya, Ben sudah membuat Romeo tercengang.

"Renata sudah menghubungimu?" kalimat Ben membuat Romeo terdiam. Keningnya terus berkerut. "Kau ingat relasiku di sana banyak, jadi aku memberi tahu Renata, ku pikir kau sudah memberi tahu Renata, nyatanya belum, buktinya kau menghubungiku sekarang."

"Apa maksudmu dengan memberi tahu Renata masalah ini?"

"Tidak ada maksud apapun. Aku hanya menjalin hubungan baik dengan Renata. Apa aku salah?"

Sejak peristiwa Romeo babak belur karena Ben, hubungannya dengan Ben renggang. Tidak sekali dua kali dia melihat Ben terus mendekati Renata, dan saat bertatapan dengan Romeo, pria itu menghindar. tatapan berbeda menimbulkan ketidaksukaan pada diri Romeo. Tapi dia tidak bisa menunjukkan dengan jelas ketidaksukaannya pada Ben saat di depan Renata.

Kenapa?

Karena Ben bilang sudah merestui kami dan Renata mempercayainya dengan mudah. Oh, kenapa Renata harus percaya begitu saja?

Romeo tahu Renata akan marah padanya jika mengetahi Romeo berprasangka buruk terhadap Ben padahal mereka teman dekat.

Semuanya jelas berubah, bukannya Romeo tidak mengakui Ben sebagai sahabatnya, tapi sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Ben. Renata bahkan hanya terdiam saat mengobati luka lebam pada wajahnya karena ulang Ben, kemudian berkata, bahwa dirinya sendirilah yang bilang jika sudah siap mendapatkan pukulan dari Ben.

Romeo tidak lupa dengan ucapannya sendiri, tapi nyatanya ada yang ganjal. Ben lebih sering datang ke restoran, mengobrol dengan Paolo dan saat Romeo meminta kejelasan, Paolo hanya bilang Ben ingin menanam modal di restoran. Aneh. Setahunya Ben tidak terlalu suka menanam modal dalam bidang kuliner, pria itu lebih tertarik pada real estate dan mengembangkan TV Home Shopping yang jelas – jelas memberinya banyak keuntungan.

"Aku sudah memberikan restu. Dan saat aku memukulmu, aku sudah melampiaskan semua kekesalanku padamu. Aku lega, dan jelas aku kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Renata memilihmu, aku bisa apa?"

Ya. Ben bisa apa? Mencoba memisahkan mereka?

"Renata pasti tidak mau melihat dua pria terus bertengkar hanya masalah percintaan. Dia pasti sedih."

Renata pernah bercerita soal itu. Jujur, wanita itu tidak mau ada yang terluka dan tetap mempertahankan persahabatannya dengan Ben. Dia ingin menjalin hubungan baik, kebahagiaan harus dibagi, itu katanya.

"Kau mendengarku?"

"Ya. Aku juga tidak mau hubungan kita canggung, tapi, sepertinya kau yang menjauh dariku."

"Semua butuh proses, Rome. Dan sebuah proses tidak harus berlarut – larut, kan? Dengan cepat aku harus menyesuaikan diri dengan hubungan kalian."

"Kau benar. Aku juga tidak mau kehilangan persahabatan kita, Ben. Aku benar – benar minta maaf..."

"Terlalu banyak maaf. Hentikan! Dengan mengatakan itu kau seperti merendahkanku."

"Aku tidak bermaksud begitu, kau tahu itu."

Kemudian Romeo mendengar gelak tawa dari seberang sana. "Kau tidak perlu mencemaskan Renata, aku akan menjaganya untukmu."

Senyum Romeo tercetak, "Ya. Aku titip Renata."

[]

Sweet Dessert [TAMAT]Where stories live. Discover now