COBA-COBA [14]

1.2K 181 56
                                    

"Chan,jadi lo mau gabung klub apa?"

Dengan santai Jeno meluruskan kakinya di undakan tangga lapangan outdoor sekolah yang sudah sepi.

"Hm.... Apa ya? Potografi cakep-cakep sih seniornya. Tapi ya gua gak bakat pegang kamera"

Haechan mengedikkan bahunya,setelah itu kembali pada es loli di tangannya.

"Awas aja Chan,kalo lo gabung klub tari!"

Ancam Chenle yang berada di samping kanannya,sama-sama tengah menikmati es loli juga.

Haechan yang diancam menoleh kearah Chenle.

"Eh emang lo udah masuk klub Le?"

Haechan menaikkan alisnya.

"Widih... Klub tari lagi. Gua pikir lo bakal gabung IT"

Jeno tertawa kecil,sementara Chenle mengerutkan keningnya.

"Candu nge'game' bukan berarti gua mau gabung klub IT ya No!"

Sekali lagi,Jeno yang mendengar itu kembali tertawa kecil. Namun kali ini,tawa Haechan juga ikut terdengar.

"Eh buruan abisin napa?! Gua mau kencan nih sama Nana!"

Omelan Jeno membuat kedua temannya ikut berdiri.

"Yee.. Bucin! Bilang daritadi kek! Yaudah balik duluan aja sono!"

Tukas Haechan yang disetujui oleh Chenle.

Jeno yang sudah mendapat izin dari kawan-kawannya meleos pergi dengan cepat keluar sekolah.

Kini hanya tersisa Chenle dan Haechan yang masih sibuk dengan es loli mereka kembali duduk di undakan tangga lapangan.

"Le,bisa gini gak?"

Haechan memasukkan es loli kedalam mulutnya,lalu memutar gagangnya menggunakan kedua tangannya.

"Ah gampang!"

Chenle yang melihat tingkah konyol Haechan pun ikut menirunya.

Makan es loli dengan cara itu,membuat lidah mereka cepat membeku.

Terererererereng... Tereng tereng... Tereng tereng...

Tiba-tiba saja suara bel sekolah yang  seharusnya sudah berbunyi 2 jam yang lalu terdengar ke penjuru sekolah.

Chenle dan Haechan saling tatap.
Tiba-tiba atmosfer disekitar mereka berubah menjadi horor.

"Le. Sekolah kan udah sepi?!"

Cicit Haechan sambil membulatkan matanya lebar.

"SIALAN!"

Chenle mengumpat dengan keadaan lidahnya yang membeku.
Setelah itu berlari masih dengan menggenggam es loli nya.

Haechan yang merasa ketakutan juga ikut berlari keluar sekolah.

Sementara itu di ruangan guru,seorang murid laki-laki yang mengenakan kaus basket tengah kebingungan di depan saklar berwarna putih yang berjejer.

Dengan canggung dia menggaruk kepalanya yang basah.

"Kok lampunya gak mati??"

Gumam anak laki-laki itu.

Akibat kejadian horor di sekolah tadi.
Chenle dan Haechan akhirnya tergesa-gesa pulang ke rumah mereka.

✃ɴᴜᴍᴘᴀɴɢ ┊ [ renle ]Where stories live. Discover now