15. Pindahan

1.4K 218 43
                                    


Setelah setengah jam pembahasan aneh Rosé mengenai lampu di restoran hotel yang tiba-tiba mati dan berganti lilin. Jennie hanya mengangguk mendengar penjelasan Rosé, hingga sahabatnya pamit untuk membersihkan diri.

Ya. Kali ada hotel yang tiap malam ngadain candle light dinner untuk seluruh pengunjung, batin Jennie.

Tidak lama, Rosé sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian piyama miliknya. Ia menuju meja rias untuk melakukan perawatan kulitnya sebelum tidur.

"Jennie. Gue mau langsung tidur habis ini, ya."

Jennie yang merasa namanya dipanggil, segera masuk ke dalam kamar. Melihat Rosé yang masih duduk di meja rias dengan semua perawatan kulitnya.

"Kenapa Rosé? Gue lagi di balkon sama Jeno."

"Gue mau tidur duluan. Badan gue capek, belum lagi gue kenyang banget," kata Rosé yang diangguki oleh Jennie.

"Ya udah. Sebelum tidur minum susu dulu. Tadi, gue udah beli susu buat lo, Rosé. Udah gue tuang di gelas dan gue taruh di nakas. Nanti jangan lupa diminum, ya."

"Thank you, Love. You know me so well," kata Rosé mengucapkan terima kasih kepada Jennie.

"My pleasure, Love," balas Jennis yang ingin kembali ke balkon. Melanjutkan sesi pacaran dengan Jeno.

"Gue mau balik ke balkon lagi, ya."

Rosé mengangguk. Tetapi, ia segera mengalihkan perhatiannya kepada Jennie yang sudah berjalan keluar menuju balkon.

"Kapan Jeno masuknya, Jen?" tanya Rosé yang memang tidak mendengar suara Jeno dari kamar mandi saat kedatangan laki-laki itu.

"Kamar kita sama kamar mereka bersebelahan. Jeno tinggal loncat aja dari balkon kamarnya," jelas Jennie yang diangguki oleh Rosé.

Dasar bucin, batin Rosé menyelesaikan kegiatan perawatan kulitnya sebelum tidur.

Langkahnya membawanya menuju tempat tidur. Mengambil posisi duduk dan menyandar di kepala ranjangnya. Mengambil susu yang telah disiapkan oleh Jennie dan meminumnya.

Rasa kantuk yang sejak tadi sudah menguasai dirinya saat masuk kamar mulai kembali menyerang. Rosé mengubah posisi tidurnya dan mulai memejamkan matanya. Berlayar di alam mimpi menuju pulau kapuk yang terasa nyaman.

Sementara itu, Jennie mengintip dari luar kamar. Melihat Rosé yang sudah mulai tidur membuatnya menutup pintu kamar.

"Sayang. Maaf, ya, lama. Aku mau mastiin Rosé minum susunya dulu," kata Jennie meminta maaf kepada Jeno.

"Baru aja dia minum susunya?" tanya Jeno memastikan kapan Rosé meminum susunya. Jennie mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan kekasihnya.

"Tinggal nunggu waktunya aja. Kalau enggak dikasih obat tidur, bakal susah mindahin dia. Rosé, kalau udah tidur pasti malamnya gampang terusik," jelas Jennie.

Jeno mencubit gemas pipi Jennie. "Tega banget kamu sama sahabat sendiri."

"Sakit, ih! Jangan kenceng-kenceng." Jennie memukul pelan tangan Jeno.

"Lagian dia udah tidur di pesawat. Terus, Jaemin gimana?" tanya Jennie.

"Sehabis mandi, dia langsung tepar. Kayaknya dia memang capek banget. Tapi, enggak apa-apa. Karena ini memudahkan kita, bukan?" Jeno menaik turunkan alisnya dan membuat Jennie gemas yang lantas mencubit lengan kekasihnya.

"Eh. Kamu udah mandi belum?" tanya Jennie yang baru sadar Jeno masih mengenakan pakaian yang sama seperti sebelumnya.

Jeno menggelengkan kepalanya. "Nanti aja sehabis mindahin Rosé. Aku malas kalau harus bongkar pasang koper lagi.

Jennie mengangguk. Melanjutkan sesi makan malam yang tertunda. Mengambil piring makanan Jeno dan begitu sebaliknya dengan Jeno. Saling suap-menyuapi di bawah lagit yang dipenuhi oleh bintang dan bulan yang bersinar terang. Layaknya malam ini adalah malam yang berpihak kepada mereka untuk melaksanakan rencana yang telah tersusun rapi.

Setengah jam berlalu. Jeno segera berdiri untuk kembali ke dalam kamarnya.

"Aku mau ke kamar, ya. Mau lihat Jaemin dulu, sehabis itu baru bawa koper ke kamar kita," kata Jeno yang sudah siap melompat ke balkon kamar Jaemin.

"Aku enggak sabar meluk kamu sambil tidur, Yang. See you at our room." Jeno memberikan flying kiss sebelum masuk ke dalam kamarnya. Jennie? Seperti biasa, seakan menerima ciuman itu dan meletakkannya di dada kirinya. Dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Jeno melihat Jaemin yang sudah tertidur dengan posisi terlentang. Wajah kelelahan dan mulut yang terbuka sempurna.

"Maaf, ya, Jaem. Tetapi gue yakin, setelah liburan ini lo bakal berterima kasih sama gue. Jangan marah-marah sama gue besok pagi, ya."

Jeno menarik kopernya keluar kamar. Berjalan pelan menuju pintu. Membuka pintu kamar secara pelan-pelan dan keluar menuju kamar Jennie dan dirinya. Pintu kamar itu ia biarkan terbuka sementara untuk memudahkan proses pindah memindahkan Rosé.

Tangannya mengetuk pelan dan mendapati Jennie membuka pintu. Koper Rosé sudah ada di tangannya.

"Kamu bawa koper Rosé keluar dulu. Aku mau taruh koperku di dalam. Tapi, aku enggak apa-apa gendong Rosé?" tanya Jeno memastikan kepada sang kekasih.

Jennie mengangguk. "Iya, enggak apa-apa. Tapi, awas aja kalau tangannya ke mana-mana. Aku cubitin kamu sampai memar!" ancam Jennie yang langsung dicium oleh Jeno.

"Kamu belum mandi, ya!"

"Tapi aku masih ganteng, Yang. Kamu juga masih cinta aku, walau belum mandi."

"Ish! Udah sana cepet pindahin Rosé. Mau cuddle sama kamu, nih." Jennie mendorong pelan tubuh Jeno untuk segera masuk ke dalam kamarnya.

"Siap Ibu Negara. Bapak Negara mau menjalankan tugas dulu." Jeno berkata dengan memberi hormat kepada Jennie.

Setelah meletakan koper miliknya. Jeno berjalan pelan menuju tempat tidur.

"Maaf banget, ya, Rosé. Tapi, sejak awal kamar ini memang punya gue sama Jennie. Tenang aja, Jaemin tidurnya tenang, kok, enggak berisik," katanya sebelum menggendong Rosé.

Jeno berjalan pelan keluar kamar dan melihat Jennie sudah berada di depan kamar Jaemin. Melangkah pelan menuju kamar Jaemin yang juga kamar Rosé. Sesampainya di sebelah tempat tidur Jaemin, Jeno menurunkan Rosé perlahan.

Jennie membenarkan selimut milik Rosé dan melangkah menjauh dari tempat tidur diikuti oley Jeno.

"Rosé ... Jaemin ... maafin kita berdua, ya." Jeno mengucapkan kata permintaan maaf.

"Untung aja kamar kalian dapat twin bed. Jadi, kita berdua enggak repot-repot mikirin hotel lainnya," lanjutnya yang sudah merangkul pinggang Jennie.

"Jangan marah sama kita, ya. Kalian pulang juga enggak bisa. Tiket kalian sama kita berdua dan itu masih minggu depan," kata Jennie berujar sedih.

"Mau cari kamar lain atau sewa hotel lain juga enggak bisa. Soalnya disekitar sini udah penuh semua," tambah Jeno.

"Kalian mau pindah juga kita enggak apa-apa kok. Tetapi, hotelnya jauh, gimana dong?" Jennie tersenyum nakal.

"Yang. Balik kamar, yuk. Aku udah ngantuk. Kamu juga harus mandi." Jennie membalas pelukan Jeno pada pinggangnya.

Jeno mengangguk. Mendorong pelan badan Jennie seakan sedang bermain kereta. Meninggalkan Jaemin dan Rosé yang tertidur dalam satu kamar. Menutup pelan pintu, hingga kembali ke kamar mereka berdua. Rencana pindahan yang berjalan sukses.

***

June 10th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Where stories live. Discover now