28. Terdengar Khawatir

1.2K 198 35
                                    


Rosé dengan perlahan menuruni tangga yang cukup terjal. Tangannya menahan bagian bawah gaunnya agak tidak terangkat karena angin yang berhembus. Dan melindungi dari orang yang berlawanan arah untuk kembali naik ke atas. Semenatara Jaemin, berjalan di depannya. Langkah laki-laki itu pelan ketika menuruni tangga.

"Tangganya terjal juga, ya."

Satu kalimat yang diucapkan Rosé membuat Jaemin menghentikan langkah turunnya. "Bisa, enggak? Atau mau pegangan?" tanya Jaemin tanpa melihat ke belakang.

Jaemin sendiri tidak tahu seberapa jarak anak tangga antara dirinya dan Rosé. Ia tidak berbalik hanya untuk menghindari perempuan itu berada cukup jauh di atasnya. Dan membuat dirinya dapat melihat bagian dalam dari gaunnya saat tiba-tiba ada angin yang bertiup.

"Bisa kok. Untungnya gue pakai sepatu sandal tanpa heels. Jadinya enggak kesusahan," balas Rosé.

"Lo sendiri bagaimana?" tanya Rosé yang sudah tepat di belakang Jaemin.

"Gue? Lah? Gue mah biasa aja, Rosé," balas Jaemin yang bingung dengan pertanyaan perempuan itu.

"Kalau lo mau istirahat ngomong, ya. Jangan sampai lo berhenti, terus gue enggak tahu. Eh, akhirnya gue udah di mana, lonya masih jauh di atas."

Rosé sedikit tertawa. "Iya, Jaem, Iya. Senang, deh. Ada yang khawatirin gue."

"Lagian lo tenang aja. Ini cuman turunan. Tadi, lo dengar sendiri yang turis asing lain bilang, kalau saat naik lebih menguras tenaga."

Jaemin mengangguk. Sesekali dia berhenti lebih lama untuk mengambil foto di sekitarnya.

"Iya. Kita bisa bayangkan dari terjalnya ini tangga," kata Jaemin yang diangguki oleh Rosé.

"Pas kita naik nanti. Lo yang di depan, ya, Rosé."

Rosé menatap tidak mengerti dengan perkataan Jaemin. Kenapa dirinya harus berada di depan?

"Kenapa gue yang di depan?"

Jaemin mendengus. "Gue cowok, stamina gue lebih tinggi dari lo, Rosé. Dan lagi kalau lo di belakang gue, yang ada lo ketinggalan."

Rosé mengangguk.

"Belum lagi, kalau gue di depan pas naik. Memangnya gue bisa mantau lo? Jennie kan ada Jeno, sementara lo? Cuman gue di sini yang ada, Rosé. Udah pasti gue yang harus mantau lo dalam kondisi begini."

Perasaan Rosé tiba-tiba menghangat mendengar perkataan Jaemin. Membuat kedua sudut bibirnya terangkat dan membentuk sebuah senyum.  Namun, Rosé dengan cepat menepis semua itu. Dirinya belum siap untuk menerima siapapun saat ini.

"Jaemin," panggil Rosé.

"Kenapa, Rosè? Mau istirahat?"

Rosé mengangguk walau Jaemin tidak dapat melihatnya. "Iya. Gue capek banget. Semenit aja."

"Lo beda berapa anak tangga sama gue?" tanya Jaemin.

Rosé terlihat melirik sekilas sebelum menjawab. "Empat anak tangga, Jaem."

Jaemin mengangguk. "Okay. Kalau udah tepuk pundak gue aja."

Jaemin terdiam sebentar. Namun, kemudian memanggil Rosé lagi.

"Habis ini lo turun pegang pundak gue aja. Beda empat anak tangga lumayan juga. Kalau lo pegang pundak gue, lo enggak akan ketinggalan kayak sekarang, Rosé."

***

June 13th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora