18._.

10 1 0
                                    

Sudah 2 minggu sejak kepindahan Clarisa kedharma bhakti 2 minggu pula pasangan sahabat ini tak terlihat bersama, semua siswa bertanya tanya kemanakah pasangan itu pergi, mengapa kini mereka tak seperti biasanya?
Reygan menggandeng Clarisa kedalam kelas mengantarnya hingga kebangku, sedangkan Atara masuk seorang diri, raut wajahnya datar, tak berniat untuk memberi sapaan seperti biasanya, ditambah lagi ia merasa kesepian semenjak Reygan tak lagi bersamanya, ia ingin sekali memarahi pria yang kini tengah bercanda gurau dengan orang lain, tanpa menghiraukan kedatangan Atara, apalah daya, bagi Atara, ia sendiri pun tak mempunyai hak untuk melarang Reygan dekat dengan siapa pun, siapa dia?
Gerald tersenyum merasakan atmosfer kelas terasa panas dan pengap, ntah apa yang terlintas dibenaknya ia menyampirkan tangannya dibahu Atara yang melangkah kebangku, Atara mengernyit bingung, ia menepis kasar tangan Gerald yang bertengger dibahunya.

"Aw.. Kasar amat dah, pantesan aja Reygan cari yang lain!" ucapan Gerald terdengar menyindir, Atara jengah meliat Gerald yang mengejeknya

"Gaje".

Reygan merasa dirinya tengah disindir pun tersenyum kecut.
Sedangkan Atara, ia memilih untuk membuka laptop, Gerald kembali bersuara saat melihat layar laptop Atara yang menampilkan wajah Reygan yang tersenyum lebar,

" Pantes aja lu gagal move on! " sungut Gerald disamping telinga Atara, Atara menutup laptopnya kasar, meninggalkan Gerald yang kini terpingkal pingkal merasa puas menggoda Atara, jujur saja Reygan tak terima, ketika Atara  dibuat kesal oleh orang lain selain dirinya, Clarisa yang menatap raut wajah Reygan pun tersenyum menepuk punggung tangan reygan.

" Kenapa kamu masih disini? Kejar Atara, dan jelasin kalo kamu sama aku gk ada apa apa."

perkataan Clarisa diluar dugaan Reygan pun mengangguk seraya tersenyum lebar, ia berlari mengejar Atara yang ntah pergi kemana, Reygan mencari kesana kemari menjelajahi seluruh penjuru sekolah hanya satu tempat yang belum ia datangi yaitu rooftop gedung seni yang jarang sekali didatangi para siswa siswi,

Reygan menaiki anak tangga satu persatu tepat dianak tangga terakhir,  ia mendengar tangisan seorang yang ia kenali suaranya begitu akrab didaun telinga pria ini, yang tak lain ialah Atara. Gadis itu merunduk memeluk lutut sambil menatap bangunan gedung gedung sekolahnya, ia menangis.

Reygan yang melihat itu pun mendekat,  Atara yang mendengar derap langkah kaki mendekat segera menghapus kasar air matanya, dilirik dari ekor mata ia kenal dengan sepatu pria yang kini ia belakangi. Satu langkah lagi kaki itu berada tepat diujung sepatu Atara.

ia beranjak menepis kasar tangan yang kini meraihnya, mencoba menjauh dan tak ingin menatap manik mata pria ini, namun kalah cepat dengan ia yang kini merengkuh erat tubuh atara.

"Siapa yang berani buat lo nangis? " Atara melepas rengkuhan pria yang bertanya siapa pelaku yang membuat dirinya menangis, perlukah pria ini bercermin, agar menemukan tersangka yang ia tanyakan.

"Bukan urusan lo" Atara membelakangi Reygan, pria itu mendekat, mengikis jarak diantara keduanya, menyuruh sang gadis menatap matanya, dengan enggan gadisnya menatap Reygan dengan pandangan rindu yang terdalam akan perlakuan manis sahabatnya.

"Jawab gue, siapa yang bikin lo nangis? "Reygan bertanya sekali lagi, Atara mendorong kuat tubuh Reygan hingga mundur beberapa langkah,

"Kenapa lo perduliin gue, lo punya prioritas yang lainkan? " todong Atara, Reygan tersenyum merangkul Atara dan mencapit hidungnya dengan jari manisnya yang telah merindukan sahabatnya ini.

"Jadi ceritanya lo marah?"
ledek Reygan,bukannya dijawab ia malah mendapat jitakan yang cukup kuat didahinya membuat ia meringis kesakitan,

"Hidih" ketus Atara, matanya menatap tajam Reygan yang menyengir tak berdosa, Reygan mengalah, diajaknya Atara untuk duduk disofa yang menghadap atap bangunan sekolah.

"Maaf.. Gue cuek selama 2 minggu, gue fikir kalo gue beri lo ruang lo bakal bebas dan nggak ngerasa terkekang sama gue, tapi malah buat lo mewek nggak jelas gini"
jelas Reygan mengacak rambut Atara asal lagi lagi tangannya mendapat cubitan kecil Atara yang menciptakan merah disana..

"Ya lo pikir aja sendiri! Gue nggk pernah sekalipun merasa terkekang didekat lo"

Atara mengerucutkan bibirnya "Disaat gue lagi terpuruk lo malah happy happy sama caca,lo inget kejadian lo nitipin gue kegerald? " Reygan mengangguk ia siap menerima konsekuensi karena ulahnya waktu itu,

" Lo tega, batalin janji cuma karena lo mau bareng caca"suara Atara sedikit menekan kalimat terakhir, Reygan menggeleng

" gue pikir lo seneng karena bisa balik sama Gerald, secara lokan deket sama dia, ya gue sih ngasih ruang aja buat kalian bareng bareng"

Atara tertegun mendengar penuturan Reygan pria ini mengira Atara memiliki rasa pada sahabatnya yang tak lain ialah Gerald,

"Tapi kejadian itu juga ajang balas dendam gue, ketika lo balik sama cowok lain" lanjut Reygan, Atara menoleh kearah Reygan memperhatikan pria yang kini meluapkan isi hatinya. Pria yang dimaksud Reygan ialah fikri

" Dia Fikri, sepupu gue dari Devan"Reygan semakin bingung dengan nama nama yang disebutkan atara semua terasa asinh dutelinganya

"Gue mau ngejelasin siapa Devan dan Fikri saat gue ajak lo pulang bareng, tapi gagal karena lo sendiri milih balik sama Caca waktu itu " Reygan merasa bersalah ia menundukkan kepalanya semakin dalam

"sorry"

Atara menepuk kepala Reygan, lagi lagi reygan mengaduh sakit karena tingkah sahabatnya ini begitu kasar. Suka sekali bermain tangan.

"Biar nggak ada salah paham lagi, lo mau anterin gue balik? " Reygan mengangguk Menerima uluran kelingking Atara pertanda ia sudah berjanji dengan gadis ini, dan  harus ditepati.

Sepulang sekolah, Atara bangkit dari kursinya menaruh beberapa buku diloker dan kembali menguncinya,Reygan yang telah siap berbenah menghampiri Caca terlebih dahulu...

"cha,  gue balik sama ibu ketu, lo balik sendiri nggak papa kan? " claris mengangguk, setelah itu reygan meninggalkan clarisa menuju bangku atara,mereka pun keluar kelas.
Tinggallah Clarisa sendiri didalam kelas ia menelfon asisten pribadinya untuk menjemput, ternyata ia sedang sibuk menemani papa meeting, ia pun memilih pulang dengan ojol,belum sempat memesan seorang ojek online menghampirinya.

" Neng chacha ya? "Clarisa mengangguk bagaimana ojol ini tau namanya, ia tidak seterkenal itu sampai tukang ojek mengenal dirinya,

" Ayok neng saya diamanahkan mengantar sampai tujuan"ucap tukang ojek yang dihadiahi gelengan kepala oleh clarisa,

"Maaf mas, tapi saya belum sempat memesan ojol"jujur Clarisa, tukang ojek online yang sedari tadi memakai masker pun membukanya, mata Clarisa membulat ternyata pria itu ialah Gerald yang menyamar menjadi tukang ojek online. Clarisa canggung dibuatnya.

"Masih mau nolak ojol cakep kayak gue? "goda Gerald, Clarisa reflek memukul lengan Gerald,

"gk ata nggak elo sukanya mukul, cantik cantik ganas" gumam Gerald namun masih bisa terdengar oleh Caca yang lagi lagi menghadiahi cubitan dilengan kekarnya meninggalkan bekas merah meski tidak terasa apa apa.

"Lo mau balik, apa diem disitu aja?" tarik Gerald menyuruh Clarisa naik keatas motornya, Pantesan Clarisa sedikit bingung, ketika ojol mengaku sudah dipesan atas namanya, dari tampilan motornya saja motor anak anak orkay.ia pun berakhir menaiki motor gerald dan diantar hingga tujuann.





Hay..... Maafkeun... Ata yang jarang update, karena ata masih banyak pekerjaan
Secepatnya ata rampungin deh ni reygan wkwkw...

ReytaraWhere stories live. Discover now