2 (putri milik pangeran)

8 1 0
                                    


Jangan pergi. Tolong hidup lebih lama lagi. Jantungku akan berhenti berdetak jika kamu tak lagi di sisi.

***


"Lama banget sih," decak Ken dengan sebal. Matanya berkali-kali melirik jam tangan Nicolas Rieussec seri terbaru milik Montblanc yang harganya dapat digunakan untuk membeli sedan keluaran terbaru miliknya itu. Hari ini cuaca sedang panas-panasnya, mungkin beberapa pakaian yang dijemur bisa kering hanya dalam waktu setengah jam saja.

Ken mengutuk hari tersial dalam hidupnya saat ini, gara gara cewek gorila yang diberinya teh kotak saat di kantin, bahunya terasa sangat remuk sekarang. Mau tak mau ia memutuskan untuk untuk memanggil supirnya daripada harus mengalami kecelakaan karena tangannya cukup sakit saat digerakkan.

Ken menatap Lisa yang bersandar pada pilar gedung sekolah, tubuhnya terlihat lemas dan lunglai memprihatinkan, apalagi bibirnya yang selalu memamerkan leluk senyum itu sekarang pucat, "lo masih bisa bertahan 'kan, Lisa?" tanya Ken lembut, tak ingin membuat Lisa terkaget. Meksipun begitu sikap Ken kepada Lisa memang secara otomatis berbeda daripada ia memperlakukan perempuan pada umumnya.

Baginya Lisa adalah mayapada untuknya. Tempat nya berotasi juga menghidupi diri. Tak ada hal yang lebih penting daripada kehadiran Lisa dalam hidupnya.

"Gue gak papa kok, lo santai aja Ken," balas Lisa seraya tersenyum lemah. Perempuan itu! Selalu berkata bahwa ia baik baik saja, selalu mengatakan bahwa ia tak merasakan rasa sakit, selalu menahan suatu kejanggalan dari tubuhnya. Ken benar-benar tak habis pikir, mengapa Lisa masih berpura-pura untuk tetap terlihat baik baik saja di depan lali-laki yang sudah menghabiskan waktu bersamanya sejak kecil.

Bersamaan dengan itu, sebuah sedan keluaran terbaru berwarna putih mengkilat melintas tepat di depan mereka berdua. Membuat Ken seketika mendongak, dengan gerakan cepat ia membuka pintu mobil, memapah Lisa untuk masuk ke kursi penumpang.

"Mobil gue ada di parkiran," ketus Ken sembari melemparkan sebuah kunci jaguar miliknya kepada salah satu supir yang mengenakan seragam hitam licin. Sang Supir hanya mengangguk dan keluar dari mobil secepat yang ia bisa, dilihat dari raut muka Ken saat ini, Sang Tuan bisa saja memecatnya dengan segera karena terlalu lelet.

"Jalan, Pak. Buruan," ucap Ken ketus pada supir yang lain. Moodnya hari-hari benar-benar buruk, siapa yang mengganggunya akan ia tebas dengan katana.

Sedan putih itu membelah jalanan ibukota dengan cepat, menyalip beberapa pengendara lain yang melontarkan makian keras. Sang supir hanya tak ingin membuat tuannya bertambah marah jika harus menunggu lama dalam perjalanan.

"Sshh," desis Ken pelan saat bahunya tak sengaja terantuk kursi mobil. Ia memegangi bahunya pelan, merasakan sakit yang luar biasa di sana seperti tersetrum listrik beberapa saat kemudian diikuti ngilu.

"Keren banget ya cewek tadi," cetus Lisa tanpa dosa, membuat Ken seketika melotot dengan sebal. Keren darimananya? Cewek gorila seperti itu harusnya tak bersekolah di SMA Starlight. Bisa-bisa merusak citra sekolah dengan tingkahnya yang bar bar itu. "Gue pengen deh temenan sama dia."

"Jangan macem-macem ya! Bisa-bisa lo celaka deket sama perempuan kasar itu."

"Dia gak kasar Ken, mungkin dia bener-bener gak suka waktu lo sentuh tadi," bela Lisa sambil bersungut.

"Tetep aja, dia bener-bener keterlaluan dan itu bikin gue malu," tangkas Ken dengan sebal.

"Alah, lo kan emang malu-maluin sebenarnya," jawab Lisa seraya terkekeh pelan. Ia tampak cantik meski bibirnya terlihat sedikit pucat

"Idih enak aja!" sela Ken tak terima. Cowok itu memilih untuk tak membahasnya lebih lanjut karena itu hanya akan membuatnya bertambah kesal. Ia mengambil botol tumblr motif kuda poni berwarna ungu pucat dari ranselnya kemudian mengangsurkannya pada Lisa

"Makasih, Ken," ujar Lisa dengan tersenyum manis. Ken ini seperti asisten pribadinya Lisa. Barang-barang yang menurutnya berat lebih baik diletakkan di dalam ransel Ken, sebab ia tak ingin Lisa kelelahan. Ia selalu berharap Lisa baik-baik saja.

Sesampainya di sebuah komplek perumahan elit, mobil itu berhenti pada bangunan megah yang dikelilingi tembok setinggi 7 meter dengan pagar berwarna emas yang terbuka otomatis saat sedan itu hampir mendekat. Hampir setiap hari Ken berada di rumah Lisa sehingga para satpam, tukang masak dan tukang kebun mengenalnya dengan sangat baik.

Halaman rumahnya sangat luas, banyak tanaman yang cukup tinggi yang membuat halaman ini terlihat sangat asri, juga beberapa lampu jalan setinggi 2,5 meter berada pada beberapa titik tertentu.

Ken memapah Lisa untuk istirahat di kamarnya, gadis itu tampak kelelahan. Apalagi di sekolah tadi gadis itu sempat diare yang mengakibatkan tubuhnya sekarang lemas.

Ken menuntun Lisa untuk ke kamarnya yang terletak di lantai dua kemudian membantu gadis itu berbaring diatas ranjang king size berwarna biru tiffany

"Minum obat dulu," sela Ken saat Lisa hendak memejamkan matanya untuk tidur.

"Entar aja, Ken," jawab Lisa Lesu. Ia malas sekali harus menelan pil-pil itu, lagian ia baik-baik saja, Ken saja yang terlalu berlebihan.

"Jangan males, masak mau dipaksa lagi sih," decak Ken sedikit menggerutu.

Lisa tak mengucapkan sepatah kata, tapi matanya membulat sehingga terlihat berkilau saat diterpa cahaya, apalagi ia melengkungkan bibirnya ke bawah terlihat seperti anak anjing yang terlantar dan berharap dipungut. mau tak mau hal itu membuat Ken mendesah pasrah, ia selalu kalah jika berhadapan dengan Lisa dan tatapan matanya.

"Yaudah, sekarang tidur istirahat yang banyak," putus Ken pada akhirnya yang dibalas dengan senyuman sumringah oleh gadis itu.

"Selamat tidur princess," bisik Ken kemudian mengecup dahi Lisa. Interaksi semacam itu memang sudah biasa dilakukan mereka berdua, keduanya pun juga tak masalah. Lagian Ken memang benar-benar menyayangi Lisa seperti ia menyayangi nyawanya sendiri.

Sweet RevengeWhere stories live. Discover now