Chapies #17

10.2K 2.3K 350
                                    

Hari sabtu, hari ketiga dan Beomgyu belum bertemu Taehyun lagi setelah adegan yang menguras emosi di parkiran sekolah kala itu. Kata Jinyoung sebagai penerima titipan uang traktiran seblak dari Taehyun bilang kalau sang pacar sedang sibuk dengan Pak Seokjin.

"Mamah sama papah nanti mau makan di luar. Abang kamu mau ngapel ke rumah pacarnya. Kamu mau ikut yang mana?"

Mamah masuk ke kamar Beomgyu yang pintunya memang sedari pagi tidak ditutup. Anak bungsunya itu masih betah saja movie maraton dari bangun tidur sampai sekarang sudah sore menjelang malam.

"Aku di rumah aja, Mah. Nanti delivery."

"Duitnya mamah taruh di atas kulkas, ya. Kamu jangan lupa mandi. Seharian belum mandi loh jorok banget."

Beomgyu hanya menggangguk saja tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ipad. Tadi dia pakai laptop lalu baterainya habis dan berganti ke ipad. Ponselnya sendiri tak terjamah sedikit pun sejak pagi. Sedang tidak mau diganggu kecuali oleh Kang Taehyun katanya.

Beomgyu malas-malasan bangun saat ponselnya berbunyi di atas meja belajar. Kalau sampai menelpon berarti penting karena dia mensilent semua notifikasi dari sosial media manapun sejak mulai movie maraton. Sayangnya yang menelpon adalah nomor asing namun karena penasaran tetap diangkat olehnya.

"Halo?"

"Halo, bisa bicara dengan Choi Beomgyu?"

Beomgyu mengernyitkan dahi, mencoba mengingat-ingat suara siapa yang barusan menyapa di telinga. Dia menjauhkan ponselnya hanya untuk tertawa karena sudah tahu identitas nomor asing yang menelpon.

"Iya, saya sendiri."

"Kok sendiri? Kan udah pacaran sama aku?"

"Taehyun, bentar ya aku mau pingsan dulu nih."

"Jangan dong, aku malem mingguannya sama siapa kalau gitu?"

"Oke dicancel aja pingsannya jadi besok."

Taehyun tertawa dan Beomgyu juga ikut menertawai kebodohannya.

"Nasgor atau bakso?"

"Mau mie ayam."

"Gak ada dipilihan."

"Mie ayam bakso kalau gitu?"

"Yuk, siap-siap. Nanti jam tujuh aku udah di depan rumah kamu. Aku tutup ya."

Beomgyu langsung bersiap setelah sambungan diputus langsung oleh Taehyun. Yang pertama dia lakukan adalah mandi karena hari libur sama dengan libur mandi. Dia sendiri tak mau ambil pusing dengan baju yang akan dikenakan. Cuma makan mie ayam bakso kok bukan mau jalan jauh.

"Mah, pamit ya mau pacaran."

Sudah jam tujuh tepat dan Taehyun sudah menunggu di depan. Mamah Beomgyu kaget sendiri karena anak bungsunya tidak pernah cerita apapun soal pacar. Sang mamah sampai mengawasi anaknya dari balik jendela.

"Maaf ya pake sepeda. Ini juga minjem sepedanya Kak Soobin. Motor aku dipake ibu soalnya."

Beomgyu mengangguk kemudian menempatkan diri duduk menyamping di boncengan sepeda. Beruntung sepeda yang dipakai Taehyun memikiki boncengan dibelakang jadi tak perlu khawatir pegal berdiri.

"Kamu kenal Kak Soobin?"

"Kita tetangga. Makanya aku pinjem sepedanya."

"Ngomong-ngomong, kamu kemana aja kemarin? Lagi sibuk banget ya?"

Beomgyu sebagai pembuka pembicaraan. Basa basi sebentar dulu sebelum masuk ke pertanyaan inti. Dia merasa sia-sia sekali satu hari pacarannya kemarin karena Taehyun hilang tanpa kabar.

"bantu-bantu Pak Seokjin."

Beomgyu mengangguk sebagai jawaban. Tangannya yang berada di atas kedua pahanya saling bertaut sejak tadi. Ragu ingin berpegangan pada Taehyun. Soalnya sang tangan inginnya main langsung peluk saja lalu kepalanya disenderkan pada punggung Taehyun. Aduh nikmat sekali dunia.

"Katanya ini yang paling enak. Bonusnya adalah murah meriah."

Beomgyu turun saat Taehyun menghentikan sepedanya di sebuah warung bakso yang cukup ramai. Dia menunggu Taehyun memarkirkan sepedanya kemudian mereka berdua baru masuk bersama.

"Masih tetap mie ayam bakso, kan?"

"Iya, minumnya es teh ya."

Taehyun mengangguk dan berjalan untuk memesan. Meja keduanya hening karena Taehyun langsung sibuk dengan ponselnya setelah selesai memesan, sedang Beomgyu sibuk memperhatikan Taehyun dengan raut wajah kesal dan bibir yang mencebik.

"Kak Soobin nanyain sepedanya. Katanya aku mau ngapain minjem sepeda malem-malem gini."

Taehyun menjelaskan pada Beomgyu setelah menaruh ponsel diatas meja. Dia paham betul pacarnya sedang kesal karena merasa dicueki.

"Ngobrolnya sama aku aja gak usah sama yang di hape."

"Iya, sayang."

Taehyun ini pintar sekali. Beomgyu langsung luluh hanya dengan kalimat sesingkat itu. Wajahnya yang kesal berubah malu-malu dengan semburat merah di kedua pipi sampai telinga.

"Kamu kenapa malah diem? Katanya aku disuruh ngobrol sama kamu aja?"

Beomgyu mengunci mulutnya rapat-rapat bahkan sampai pesanan keduanya datang lalu Taehyun sudah menghabiskan semua bakso yang kecil-kecil.

"Makan itu gak boleh ngomong. Kalau kita sambil ngomong nanti makanannya malah salah masuk saluran karena epiglotisnya kebuka. Kamu mau batuk-batuk gara-gara kesedak doang?"

Alibi Choi Beomgyu yang begitu ilmiah. Padahal dia hanya masih malu dan kehabisan topik pembicaraan.

Taehyun menanggapinya hanya dengan kekehan gemas. Mereka bertahan sampai akhir untuk tetap diam dan menikmati makanan masing-masing. Kalau tanya siapa yang bayar jelas jawabannya adalah Taehyun.

Beomgyu memilih duduk menghadap belakang kali ini. Dia akan berpegangan pada ujung boncengan saja daripada terus menerus berharap bisa berpegangan pada Taehyun. Awalnya pusing tapi lama kelamaan nyaman karena bisa bersandar pada punggung Taehyun.

"Taehyun, aku ngantuk soalnya kekenyangan."

"Jangan ketiduran nanti kamu jatuh."

"Tapi ngantuk."

"Pegangan, aku mau ngebut nih biar cepet sampai rumah kamu."

"TAEHYUN INI KALAU AKU BENERAN JATUH GIMANA?!"

Beomgyu panik karena Taehyun sungguhan mempercepat kayuhannya. Polisi tidur saja main dilawan tanpa rem sampai yang di bonceng kaget. Untungnya Beomgyu bisa sampai rumah dengan selamat walaupun harus olahraga jantung.

"Makasih, ya."

"Iya, salam buat ibu sama bapak kamu. Tapi jangan disalamin ke Bang Yeonjun juga."

"Kenapa emangnya?"

"Takut ditonjok soalnya berani banget ngajak adeknya keluar malem sepedahan terus cuma dijajanin Mie ayam bakso sama es teh."

Beomgyu tertawa mendengar penuturan Taehyun. Sesungguhnya Yeonjun jauh lebih tidak modal daripada Taehyun. Kakaknya itu lebih senang malam mingguan di rumah sang pacar daripada keluar kesana kemari. Irit uang jajan katanya lumayan buat beli bensin.

"Besok-besok jajanin aku yang mahal kalau gitu."

"Nanti ya kalau tanggal muda."

"Udah sana katanya mau pulang. Nanti di cari ibu kamu."

"Aku beneran pamit nih sekarang. Ketemu hari senin, ya? Besok aku ada acara keluarga."

"Iya, kita ketemu hari senin."

Taehyun mengayuh sepedanya meninggalkan rumah Beomgyu. Sang tuan rumah baru masuk setelah pacarnya berbelok di tikungan. Wajahnya cerah dan berseri sekali dengan senyum yang tak luntur juga sampai papah dan mamah yang sedang menonton tv heran melihat sang anak bungsu.

Beda memang kalau sedang kasmaran sampai-sampai tanggal saja lupa. Jangan bilang Beomgyu kalau empat hari kedepan itu  belum masuk wilayah tanggal muda.

Koi No Yokan ; TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang