🌠 3

1.2K 248 191
                                    

Sepuluh menit waktu berlalu, troli yang didorong Naero sudah hampir penuh. Kini dia tengah berada di lemari pendingin berisi daging mentah dan ikan. Dia mengambil daging sapi giling, paha ayam, ikan salmon, udang, sosis serta nugget masing-masing dua pack. Beberapa langkah ke kanan, dia memungut sayuran segar seperti wortel, timun, selada, bayam, asparagus, daun bawang, kentang juga beberapa jenis jamur. Mungkin di rumah nanti dia berencana memasak sup untuk gadis kecilnya.

Ketika dia berpikir hendak mengakhiri kegiatan berbelanjanya, tanpa sengaja pandangan Naero tertuju pada buah-buahan dengan warna sungguh memanjakan mata. Dia benar-benar tergoda hingga tiada berpikir panjang mengayun kaki ke rak berisi buah-buahan cantik nan menggiurkan itu. Tangannya cekatan memasukkan sekotak anggur, kiwi, buah plum, pisang, dan dua jenis berry. Senyumnya mengembang tampan seakan menampakkan kepuasan hatinya sebab telah mendapatkan semua bahan/barang yang diinginkan.

"Berkat anak Papa ini, belanja jadi lebih menyenangkan. Misi kita berhasil diselesaikan hanya dalam waktu delapan belas menit, sayang. Kita punya sisa dua menit lagi untuk sampai ke meja kasir." Himawari masih dalam mode celoteh. Pipi dan sekitar mulut yang lengket tak sedikitpun menghalangi semangatnya mengasah kemampuan berbicara. Dia mengangkat kedua tangannya yang mungil, berharap agar sang ayah bersedia menggendong dia. "Wait a few minute, ok?!" Seperti biasa di mana Himawari langsung menyahut lewat ocehan cadel. "Kita bayar dulu semuanya. Lalu, pulang!" Sejemang Naero mendesah lega setelah menemukan situasi di meja kasir kebetulan sepi. Dia jadi tidak perlu mengantre seperti yang terkadang terjadi di jam-jam segini.

Barang-barang di troli dipindahkan ke meja kasir. Staf yang bertugas saat itu cukup cekatan menggerakkan tangannya untuk men-scan barcode satu persatu barang sebelum dia memasukkannya ke dalam plastik lebih besar. Sementara, Naero bergegas meletakkannya lagi ke dalam troli.

"Naero, it's you?" Tiba-tiba perempuan cantik memegang pundak pria itu sambil menyebutkan namanya. Tak pelak si empu nama menengok, cukup tercengang menemukan sosok yang dia kenal berdiri sambil memperlihatkan senyuman semringah di belakang dia.

"Roseanna?!"

"Lama sekali tidak berjumpa dan kita bertemu di sini. Apa kabarmu?" Sejenak suasana di situ terasa canggung. Namun, Naero berhasil mengendalikan diri supaya bisa bersikap sewajarnya.

"Aku baik--kau pun tampak sama." Roseanna mengangguk-angguk, betah sekali membagi seringainya yang jelas amat cantik dipandang.

"Maafkan aku karena tidak dapat menghadiri pernikahanmu."

"Tidak masalah, aku mengerti kesibukanmu."

"Yah, pekerjaan selalu membuatku tidak berdaya sekalipun menyangkut urusan pribadi dan keluarga."

"Aku sangat sangat memahami situasimu, Rose. Jadi, kau mau berbelanja?"

"Uhm--" Roseanna mengedarkan pengamatannya ke penjuru toko, mencari alasan apa yang cocok dan tidak menimbulkan kecurigaan terhadap Naero. Pasalnya, dia masuk ke supermarket demi bisa menjumpai sang mantan pacar. Roseanna tidak ingin kesempatannya untuk melihat Naero kandas oleh keraguan yang dahulu sering dia alami. "Aku cuma ingin beristirahat sebentar sambil meminum kopi."

"Baru pulang kerja?!"

"Iya," tanggap Roseanna singkat disusul Naero mendekat ke meja kasir, membayar total harga belanjaannya. "Mau kubantu?"

"Tidak usah repot-repot, Rose. Mobilku pas di depan pintu keluar." Seringai sungkan di bibir perempuan itu. Roseanna seolah terjebak ke poros tahun-tahun mesra di antara mereka. Dia mendadak bingung untuk bersikap normal, kentara gelagapan walau dia tahu pria ini sudah menikah.

"Baiklah, aku hanya akan mengantarmu sampai ke mobil. Omong-omong putrimu sangat manis, siapa namanya?"

"Sunny. Tapi, istriku juga sering memanggilnya dalam aksara Jepang, Himawari."

"Cantik sekali, nama yang bagus."

"Terima kasih." Naero sekadar menanggapi seadanya.

Mereka berjalan beriringan, melewati pintu keluar. Dan seperti ucapan Naero semula, mobilnya terparkir di hadapan mereka.

"Ah, ada yang mau aku tanyakan." Penuturan ini kontan menghentikan pergerakan Naero. Dia baru saja membuka bagasi mobilnya. "Jika kau punya waktu luang, aku berharap kita bisa berbincang-bincang. Tolong, jangan salah paham. Aku bersumpah tidak bermaksud buruk." Sebesar apapun rasa cintanya di masa silam kepada Naero, tetap mustahil akan terjadi sesuatu yang serupa di masa kini. Apalagi Naero begitu menikmati dan berbahagia dengan keluarga kecilnya. "Aku berencana menikah dan butuh seseorang yang kupercaya untuk berbagi pengalaman dan saran. Kau tahu aku tidak pernah rukun dengan keluargaku sendiri, mereka juga tidak menyetujui gagasan ini--aku janji ini sebatas percakapan teman. Aku mengerti posisiku." Tak lama berselang embusan napas Naero mengudara rendah diikuti seringainya mampu melapangkan kegelisahan Roseanna.

"Aku hubungi kau di saat lenggang."

"Tentu, akan kuberikan nomornya."

"Rose, sudah!" cegah Naero di detik itu pula. "Nomor ponselmu masih ada padaku." Sekali lagi, Roseanna mengangguk bersama senyuman.

Ada lima bungkus belanjaan di dalam troli. Roseanna berinisiatif ikut memindahkannya ke bagasi. "Biarkan aku yang mendorong trolinya, angkat saja anakmu ke mobil." Perempuan ini sempat mengusap-usap secara lembut puncak kepala Himawari, menyebabkan gadis kecil yang menyukai sentuhan hangat di permukaan tubuhnya itu praktis tertawa dengan sangat menggemaskan. "Ya Tuhan, putrimu seperti boneka. Matanya besar, bulu matanya juga panjang. Aku jadi ingin mencubit pipinya." Namun, niat itu tidak dia lakukan. Roseanna lebih tertarik untuk membelai pipi tembam si gadis kecil.

"Sampai nanti, Rose," ucap Naero setelah dia mendudukkan putrinya di depan, memastikan pula dia memasang sabuk pengamannya dengan benar.

Deram mobil membuat Roseanna segera menyingkir dari area tersebut, menyorong pula troli ke dalam toko. Dia tidak melalaikan waktu untuk segera masuk ke mobilnya, kemudian berangkat pulang.

-----

Belum pukul sembilan, Hinata sudah sampai di rumah. Suasana sepi mengakibatkan dia sekalian mengunci pintu. Kakinya diayun ke lantai dua menuju kamar mereka. Himawari terlelap di dalam box-nya, sama halnya dengan Naero yang juga tertidur di kasur. Kedua sudut bibir Hinata terangkat, menghampiri kotak bayi dan mendaratkan kecupannya di kening si gadis kecil.

"Papa menjagamu dengan baik 'kan, sayang? Tidurlah yang nyenyak, Himawari." ucapnya lirih dini beringsut ke peraduan suaminya. "Maaf karena membuatmu mengurus Himawari sendirian seharian ini, padahal kau juga butuh istirahat di hari cuti." Tahu-tahu Naero mengerjap, menegakkan punggungnya untuk bersandar di kepala ranjang.

"Hai, sudah pulang, ya?! Aku ketiduran, sorry."

"Jangan begitu! Aku jadi makin merasa bersalah karena tidak membantumu merawat Himawari di hari ini."

"Itu sama sekali bukan masalah. Lagi pula aku ayahnya, tidak ada alasan apapun untuk menolak anakku sendiri. Aku malah senang bisa menghabiskan hari liburku bersamanya."

"Kau memang ayah yang terbaik, juga figur suami idaman. Nanti kau harus tahu bagaimana irinya Gabriella setiap kali melihatmu." Naero menyeringai sambil menundukkan wajahnya, cukup tersanjung atas pujian yang dilontarkan istrinya ini. Jangka mata dan mata asyik beradu, Naero mengangkat jemarinya ke dagu Hinata. Dia menatap lamat-lamat ke belahan ranum tanpa menyadari istrinya refleks mendekat lekas, memberinya permulaan pagutan manis nan panas.

Continue ...







Remake It to Me (FREE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang