Part 18: Wedding

82 5 3
                                    

Waktu terasa sangat cepat bagi Airin yang sebentar lagi akan duduk di pelaminan bersama seseorang yang bahkan sudah Airin anggap sebagai sahabatnya dan hal terpenting yang ia cemaskan saat ini hanyalah satu, perasaan Aldo saat tahu bahwa ia akan segera menikah dengan sahabat kecilnya yang bahkan sudah Aldo anggap sebagai keluarga, Airin terlalu sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri dan tanpa sadar seseorang telah berada didepannya dengan tatapan aneh.

"Jangan kebanyakan bengong, setan ngantri noh" suara yang sangat tidak asing lagi ditelinga Airin membuyarkan lamunannya.

"Rin soal kemar-"

"Gapapa kok" timpal Airin memotong ucapan Aldo yang belum selesai.

"Rin gue mau ngomong sesuatu sama lo tapi gak disini" pinta Aldo saat tahu bahwa Airin segera beranjak dari tempat duduknya.

"Ikut gue" ucap Aldo sambil menarik tangan Airin dan menuntunnya menuju atap sekolah.

"Huh... GUE MAU KEHIDUPAN GUE YANG DULU!!! HAH-HAHAHA" Teriak Airin dengan tawaannya yang terkesan paksa dan entah kenapa ia langsung meneteskan air matanya begitu selesai berteriak.

"Maafin gue ya, gue gak bisa ngubah apapun di kehidupan lo" Ucap Aldo tiba-tiba membuat Airin sedikit terkejut.

"Lo gak salah do, mungkin ini udah jadi takdir tuhan buat gue"

"D-do?" Ucap Airin sedikit ragu karena ia berniat untuk memberitahu tentang perjodohan sekaligus pernikahannya dengan Diaz.

"Hm?"

"Gue gak bisa bareng lo lagi, sorry" Ucap Airin sambil menunduk saking takutnya.

"Gue gak berhak maksa lo buat tetep jadi pacar gue, jadi silahkan"

"Tapi seenggaknya gue berhak tau alasan lo ninggalin gue" Tambah Aldo.

"G-gue.."

"Airin calon istri gue" Seseorang yang tak asing bagi keduanya muncul membuat mereka, terutama Aldo merasa terkejut.

"Gak nyangka kisah cinta gue harus kayak gini ujungnya ck" Ucap Aldo sambil berdecak.

"Semoga bahagia yas, jaga Airin buat gue" Tutur Aldo sambil menepuk pundak Diaz lalu berjalan meninggalkan keduanya yang masih menatap punggung Aldo yang semakin lama menghilang.

"Kok bisa tau gue disini?" Tanya Airin kepada Diaz yang sedang berdiri dihadapannya.

"Kebetulan lewat"

"Yaudah gue ke kelas duluan yas"

"Rin, kalo emang gak bisa gausah dipaksa" Ujar Diaz sembari mencekal tangan Airin.o

"Sekeras apapun gue nolak, bokap gue tetep sama yas, jadi percuma" Terlihat sekali Airin menampilkan senyum palsunya.

---

Waktu berjalan begitu cepatnya, semenjak kejadian di atap sekolah itu, Airin dan Aldo sama sekali tidak saling bertegur sapa, dan dengan Diaz, entahlah rasanya Airin pun sedang tidak ingin bertemu dengannya. Ia hanya ingin sendiri, ya sendiri, benar-benar sendiri.

"Rin, besok kan kamu udah mulai ujian, jadi pihak keluarga kita dengan keluarga Diaz sudah membuat undangan pernikahan kamu, gimana?" Ujar papa Airin membuat Airin merasa sebal.

"Airin serahin ke papa aja, PAPA KAN TAU YANG TERBAIK BUAT IRIN" Jawab Airin penuh penekanan.

"Kamu tinggal pilih aja temen kamu yang mau kamu undang"

"Ya makasih, Airin cuman ngundang satu orang aja" Kata Airin dan segera mengambil kartu undangan yang ada didepannya dan kembali ke kamarnya.

Tak terasa besok adalah hari berharga sekaligus mengerikan bagi Airin, umumnya jika tidak ada insiden perjodohan ini, Airin akan menghabiskan waktu bebasnya setelah mengalami ujian yang amat sangat ruwet dengan pergi ke taman bermain bersama sahabatnya namun itu hanyalah sebuah angan baginya sekarang. Pada Kenyataannya ia harus menikah muda dengan orang yang bahkan tidak ia cintai.

ALDONAVA [On Going]Where stories live. Discover now