°01°

26 6 9
                                    

Happy reading!

Sorry ya kalau ceritanya gaje:)

Jangan lupa vote dan coment!

Typo tandai, kalau ada tanda baca salah, tandai ya!

***

"Nih cuci dulu baru pergi" baru saja membuka pintu Miza sudah di suguhi pemandangan yang sangat tidak enak.

Miza Agustine, gadis cantik,rambut sepinggang, kulit putih nan lemah lembut dalam segala hal, tapi tidak kehidupannya hidup sangat keras, pukul, cambuk, tendang, dan tampar menjadi makanan sehari hari gadis cantik itu. Hidupnya tak seindah namanya, sejak kecil sudah di tinggal ayahnya tinggal bersama mamanya dan saudara perempuannya.

"Maaf mah tapi ini udah jam setengah tujuh." ucap Miza takut takut karena jika seperti ini ibunya akan langsung bertindak.

Plak

Plak

Dua tamparan sudah mendarat di pipi kanan dan kiri Miza hingga meninggalkan bekas darah di sudut bibirnya. Miza memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit yang menjalar di wajah cantiknya, pasalnya tadi malam ia juga sudah mendapatkan tamparan.

"SUDAH BERANI NGELAWAN KAMU! SIAPA YANG NGAJARIN HA?!" teriak Santika-mama Miza menggelegar di rumah minimalis tersebut.

Plak

"Berani ngelawan! Ha!" teriak santika lagi.

Plak

Kini sakit di wajah Miza sudah teramat sakit ia tidak bisa membendung air matanya lagi.

"Simpan air mata kamu! Saya nggak butuh, cuci ini cepat baru boleh pergi!" ucap Santika final, setelahnya ia meninggalkan Miza yang sedang memingguti baju baju kotor yang harus di cuci, bersama dengan itu air matanya sudah turun dengan deras.

"Ayah.... " lirih Miza yang teringat oleh sang ayah.

Miza mencuci baju baju kotor itu dengan cepat, karena 30 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.
Setelah mencuci baju bajunya, Miza mengambil tas yang ia letakan di samping kulkas sebelum ia mencuci tadi. Setelah mengambil tas ia bergegas mengambil masker yang ada di tasnya dan memakainya untuk menutupi bekas lukanya.

Miza berlari menyusuri trotoar yang ramai akan para pejalan kaki, tak jarang pula ia menabrak orang orang yang berlalu lalang, dan tak jarang pula Miza meminta maaf kepada orang yang ia tabrak.

Setelah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya Miza menatap gerbang sekolahnya yang bertuliskan 'SMA Antariksa'  sekolah elit ini yang terletak di pusat kota, yang didalamnya terdapat siswa siswi orang berada dan juga siswa siswi berprestasi. Miza di terima di sekolah ini karena ia memiliki otak yang yang sangat encer, selalu mendapatkan juara umum setiap tahunnya.

"Pak, tolong bukain dong gerbangnya," ucap Miza kepada petugas satpam yang menjaga gerbang sekolahnya.

"Aduh, nggak bisa atuh neng Miza, harus dapat izin dari guru bk neng." ucap pak satpam merasa tidak enak.
"Yah..." kini Miza tidak ada pilihan lain selain menunggu untuk di izinkan masuk ke dalam.

"Miza Agustine, kenapa telat?" Miza menganggkat kepalanya yang semula menunduk dan ia melihat pak Suprapto yang sudah memasang wajah garangnya. Miza jadi gelagapan sendiri.

"Emm.. Anu pak saya kesiangan." dusta Miza, tidak mungkin kan ia berbicara jujur?

"Alasan! Sekarang berdiri menghadap bendera sampai pelajaran kedua selesai!" ucap pak Suprapto seraya membuka gerbang dan mempersilahkan Miza masuk.

Girl SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang