NOVENA

51 5 1
                                    

Sehun Natanael Teofani

Pada suatu malam, dia datang. Dengan segala pesona, dia bertanya, "Kenapa malam-malam di sini? Awas lo di serang dedek gumush. Tampang lo tampang mau di makan."

Saat itu, dia mengenakan baju gaun biru yang berantakan. Namun, aku tidak bodoh. Aku paham pakaian itu menandakan dia dari kalangan yang berada. Lalu, aku yang penasaran bertanya, "Cewek kek lo baru pulang jam segini? Gak bener."

Lalu, dia tertawa. Sangat manis. Namun, malam itu aku membenci tawa itu. Suaranya melengking di telingaku. Seperti tawa seorang nenek lampir. "Heh! Emang kalo gue keliaran sampe jam berapa pun, urusannya sama lo itu apa?"

Lalu, aku yang kesal dengan suara nenek lampirnya itu hanya mendengus. Berniat pergi karena bagiku dia hanya orang gila yang akan membuang waktu berhargaku. Aku hanya perlu pergi, meninggalkan dia, salah satu manusia bahagia yang bisa mendapat apa saja yang dia mau tanpa bersusah payah. Tapi, malam itu, dia menarik tanganku. Mencegahku untuk pergi. Aku berbalik, dan menemukan dia menatapku sendu dan dalam.

"Don't leave me. Alone is really bad."

Yang berarti : Jangan tinggal aku. Sendiri itu sangat tidak enak.

Aku menatap manik matanya. Mata itu tidak menangis, namun berkaca-kaca.

"Gue gak mau." Jawabku saat itu.

Lalu dia melepas tanganku begitu saja.

"In that case, I'm leaving. I really don't deserve to be fixed by anyone."

Yang berarti : Kalau begitu, aku pergi. Aku memang tidak pantas untuk dipantaskan oleh siapa pun.

Malam itu, aku membiarkan dia pergi dengan langkah sempoyongannya. Membiarkan seorang perempuan melintasi gelapnya malam di pukul satu pagi. Aku tidak peduli, sekali pun hatiku berteriak untuk mencegahnya pergi.

Dan malam itu, aku, Sehun Natanael Teofani menyesal telah melepasnya. Malam itu, aku membenci diriku yang bodoh karena melepas seorang N.O.V.E.N.A.

Gadis yang manis dan ceria, dengan sejuta misteri di dalamnya.

"Novena, biarkan aku mencabut lukamu. Novena, biarkan aku mendengar ceritamu."

ⓝ ⓞ ⓥ ⓔ ⓝ ⓐ









NOVENA | OSHWhere stories live. Discover now