Part 30

745 43 6
                                    

Ayodong follow, vote sama komentarnya kencengiiiinnn!!! Biar Author makin semangat lanjutin cerita ini... Jangan pada pelit2 ngapaaa, kan Author jadi lemah letih lesu dan gemulai jadinya... Hahahaha

Awas aja kalo gk pada follow, gak mau kasih vote sama komentar.. Author tampol onlen juga nih 🙊🙊

Happy reading, guys !!

*** 

Ally sedang mendorong troli belanjaannya, melewati lorong-lorong makanan dan memasukkannya ke dalam trolinya setelah memutuskan akan membeli makanan itu atau tidak. Isi lemari pendinginnya sudah hampir kosong, biasanya Max yang akan membeli kebutuhan pokok beserta stok makanan atau minuman untuk mengisi lemari pendinginnya bersama Katarina. Tetapi, pria itu akhir-akhir ini begitu disibukkan dengan pekerjaannya. Salah satu dokter di rumah sakitnya terkena kasus pelecehan seksual terhadap pasien yang ia tangani.

Jadi, mau tidak mau Max yang harus turun tangan dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh karyawannya. Masalah pelecehan yang dialami oleh pasien dari dokter itu mengajukan tuntutan ke pihak berwajib, sehingga permasalahan semakin melebar ke mana-mana. Meskipun si korban tidak melapor pun, masalah pelecehan seksual tidak bisa dianggap sepele dan dibiarkan begitu saja. Setidaknya pelaku harus dijerat hukuman yang sesuai agar jera.

"Ya, Sarah?" Ally mengangkat panggilan teleponnya.

"Pria bernama Jack datang mencarimu. Kau di mana, Ally?"

"Aku di supermarket. Dia sudah datang dari tadi?" Ally memasukkan sebungkus tepung terigu ke dalam troli belanjaannya. Kemudian tangannya dengan lincah memilih bahan-bahan lainnya.

"Dia baru saja datang."

"Ally sedang di supermarket. Anda mau menunggunya?" Ally bisa mendengar Sarah sedang memberi tahu Jack tentang keberadaannya.

"Sarah katakan padanya untuk menungguku. Aku sebentar lagi sele—" kalimatnya terhenti. Ia tidak bisa berfokus dengan apa yang matanya lihat. Pria Amerika itu berdiri tak jauh dari posisinya, yang menjadi perhatiannya bukanlah kehadiran pria itu sendiri. Melainkan troli belanjaan yang sedang ia dorong-dorong.

"Nanti aku telepon lagi!" Ally langsung mematikan panggilan telepon itu dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Mendorong trolinya mendekat ke arah pria itu dan menyapanya.

"Tuan Phyllis?" sapanya sopan. Pria itu menoleh dan berpura-pura terkejut karena bisa bertemu dengan Ally di tempat yang sama.

"Anda sedang berbelanja?" tanya Ally lagi dengan memperhatikan barang belanjaan Nicolas yang tak banyak itu. Hanya sekitar 10 jenis barang belaanjaan yang mengisi trolinya. Berbanding terbalik dengan troli miliknya yang hampir terisi penuh. Selain harus memenuhi kebutuhan pokoknya di rumah, ia juga harus menyetok persediaan di restorannya.

"Oh, kita bertemu kembali. Ya, aku sedang berbelanja. Kelihatannya belanjaanmu lebih banyak dariku." Nicolas menjawab dengan santai menggunakan bahasa nonformalnya.

Ally tersenyum sampai matanya turut membentuk sebuah senyuman yang indah. "Biasa, kebutuhan di rumah dan di restoran sudah mulai habis. Jadi belanjaan saya sedikit lebih banyak. Anda datang sendiri?"

Nicolas mengibaskan tangannya. "Jangan seformal itu padaku. Panggil saja namaku, umurku tidak beda jauh dengan temanmu, Jack." Ia tidak menjawab mengenai kedatangannya yang terlihat sendirian itu. Ally hanya tersenyum dan mengangguk.

Akhirnya mereka berjalan beriringan dengan troli masing-masing yang di dorong. Nicolas menukar troli belanjaan milik Ally karena terlalu banyak barang belanjaannya, menukar dengan troli miliknya yang lebih ringan saat di dorong. Ally ingin mengambil sesuatu dari rak paling atas, namun tangannya tidak bisa mencapai barang yang diinginkannya. Kedua kakinya menjinjit ke atas, tangan satunya mencoba meraih barang itu, dan yang satunya lagi memegang rak lainnya agar tidak terjatuh.

BRENDA HEATHERWhere stories live. Discover now