High School • First Love - 01

82 7 1
                                    

–Selamat Membaca Kaum Rebahan–

Ayo, beri dukungan untuk cerita ini dengan memberikan saran dan kritik yang membangun.

Vote sebelum membaca :)

Share juga cerita ini ke teman-teman kamu!

[Jangan lupa baca cerita lainnya]

•••

Aku membuang napas untuk kesekian kalinya. Berdiri sendiri dikeramaian memang sangat menguras energi yang sudah hampir habis karena aktivitas sekolah. Aku menunggu Dion, sepupuku. Kami memang sering berangkat dan pulang sekolah bersama. Bahkan beberapa orang yang tidak mengenal kami mengira kami adalah sepasang kekasih.

Dion lebih tua dua tahun dariku, tapi jujur saja aku tidak pernah memanggilnya dengan sebutan kakak, abang atau semacamnya meskipun dia juga senior tingkat akhir.

Saat otakku sedang sibuk meresapi alunan musik yang tersalurkan melalui earphone, mataku menangkap bayangan seseorang yang ku kenal berlari kecil ke arahku dengan lambaian tangannya.

Aku melepas earphone-ku saat aku melihat gerakan di bibirnya.

"Ngomong apa tadi? Gak denger, sorry." Ucapku saat dia sudah berada dihadapanku.

Dia menghela napas pelan, "teman sekelas gue mau ketemu sama lo."

Aku mengerutkan kening. Apa aku sudah membuat masalah dengan seseorang. Aku mengingat-ngingat kesalahan apa yang telah aku lakukan beberapa hari ini.

"Maksud gue mau kenalan sama Lo." Lanjut Stevi dan tanpa membuang waktu dia langsung menarikku.

"Cepetan sebelum dia pulang," aku mengikuti langkah kakinya dengan terseok-seok.

Aku menarik tanganku paksa. "Apaan sih, Stev. Kalo dia mau kenalan sama gue harusnya dia yang nyamperin gue bukannya gue yang nyamperin dia." Ketusku sambil memperbaiki tali ranselku yang jatuh.

Stevi memelas, "aduh, Arabel sayang. Dia tuh tertarik sama Lo dari pertama MOS, tapi dia orangnya malu-maluin,—maksud gue pemalu. Udahlah ikut gue." Kali ini dia mengajak tanpa menarikku paksa, dia berjalan lebih dulu.

Mendengar pernyataan blak-blakkan dari Stevi entah mengapa aku merasa pipiku memanas.

Seseorang menyukaiku.

Untuk pertama kalinya.

Selain Papa.

Kepalaku terus mengulang kalimat-kalimat itu hingga membuatku sedikit pening, mungkin karena terlalu senang.

"Lah, terus Kenapa Lo tahu?" Tanyaku setelah mendapatkan kembali kesadaran ku.

Aku mengenal Stevi saat masih awal MOS. Itupun karena Stevi orangnya SKSD —sok kenal sok dekat, dan tanpa aku sadari Stevi malah menjadi teman pertamaku di SMA. Sayangnya kami terpisah saat pengumuman pembagian kelas.

Stevi berbalik menatapku, sedikit memiringkan kepala. "Ng," dia terlihat seperti berpikir sebentar lalu menggaruk tengkuknya.

"Ribet kalau mau di jelasin. Ayo ikut gue aja."

Aku mengikuti Stevi yang kembali berjalan. Ia menuntunku menuju kelasnya yang berada di bagian depan sekolah yang sudah mulai sepi.

Aku menatap ruang kelas dengan papan hitam kecil yang bertuliskan X IPA 4 menempel di atasnya.

Jantungku tiba-tiba berdegup dengan kencang. Aku meremas tanganku yang mengeluarkan keringat dingin.

Mataku mulai menjelajahi bagian dalam ruangan itu dan tidak menemukan siapapun.

"Mana temen Lo?" Bisikku sambil celingak-celinguk.

Stevi juga melakukan hal yang sama.

"Tio?" Panggil Stevi. "Tio Lo dimana?"

Aku mengerutkan kening. Tio? Setahuku orang bernama Tio di angkatan kami hanyalah Tio yang sekelas denganku.

"Kayaknya udah pulang deh," gumam Stevi yang entah mengapa membuatku sedikit kecewa.

"Lo sih banyakan nanya."

Aku hanya diam dan menampilkan ekspresi bersalah.

"Ya udah deh, Senin gue ajak Lo kenalan sama dia. Dan kali ini kagak ada yang namanya tunda-tunda." Aku mengangguk ragu namun jujur saja berbeda dengan respon yang di berikan jantungku.

"Gue duluan, bye!"

"Bye," aku melambaikan tangan. Berbalik dan berlari kecil menuju tempat parkir dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirku.

Pikiranku terus membayangkan rangkaian kejadian di hari Senin nanti saat aku bertemu dengannya, namun sampai aku duduk di kelas tiga, hari Senin yang di janjikan Stevi tidak pernah datang.

•••
To be continued

High SchoolWhere stories live. Discover now