31. She Get Sue

130 33 0
                                    

"Hah? Gimana? Coba cerita sekali lagi."

Seungsik mendengus kesal. Dia udah mripil cerita panjang lebar dari A sampe Z tapi malah disuruh ngulang lagi.

Untung Seungsik penyabar. Kalo bukan karena Seungwoo sohib terdekatnya di departemen jantung, mungkin udah dia-oke. Seungsik harus pengertian.

"Intinya, Hana digugat pasiennya." Ujar Seungsik diikuti ekspresi ga percaya dari Seungwoo.

"Kok gue gatau?" Tanya Seungwoo.

"Ya jangan tanya saya, bapak. Ente kan kenal deket sama Hana. Kalo ga salah, gugatannya baru masuk pengadilan kemarin apa dua hari yang lalu ya, lupa. Beritanya nyebar cepet banget. "

Seungwoo masih diam mencerna. Dia ga tau sama sekali soal gugatan itu.

Apa waktu Hana cerita, pas ga ada dia ya? Apa dia yang ga fokus waktu Hana cerita jadi dia ga denger? Apa Hana emang belum cerita ke dia? Ke Seungyoun?

"Bentar, sik. Gue beneran gatau Hana ada masalah sama pasiennya. Emang gugatannya apaan?"

Seungsik membenarkan letak kacamatanya sambil mengingat-ingat.

"Dugaan malpraktik. Pasiennya kena lumpuh habis operasi cidera otak sebulan yang lalu. Setau gue, ga cuma Hana yang kena, tapi juniornya juga. Namanya Jen... Jen... Jeni(?)"

"Jeno."

"Oh iya bener. Jeno. Tapi masa sih dokter kompeten kaya Hana, do something useless, like malpractice. Menurut ente, aneh gasih bang."

Seungwoo tampak berpikir sejenak.

Dia akui kalo akhir-akhir ini mereka bertiga jarang deep talk. Mentok cuma ngobrol basa basi pas istirahat siang, atau malem habis pulang kerja. Kesibukan menyita waktu mereka masing-masing.

Hana dengan pasien dan penelitian profesornya. Seungyoun dengan urusan rumah sakit dan proyek lagunya.

Seungwoo sendiri, apalagi kalo bukan pasien sama ngurus si anak di rumah. Merawat satu bocah sendirian bukan hal yang mudah.

"Tanyain temen lo lah, bang. Si pak direktur. Pasti tau kalo salah satu dokternya kena masalah hukum." Ujar Seungsik.

Pria pemilik senyum manis itu menepuk pundak Seungwoo sebelum akhirnya beranjak dari ruangan rapat departemen jantung.

Harusnya Seungwoo bisa mampir sebentar ke ruangan Hana untuk sekedar menyapa. Tapi karena makan siang hari ini diikutkan sekalian dengan rapat departemen, Seungwoo membatalkan niatnya.

Pria itu hanya mengirim sebuah pesan singkat untuk menebus rasa penasarannya.

((dua hari yang lalu))

"Sebelumnya saya sudah sampaikan bagaimana resiko yang akan terjadi pasca operasi. Dan anda juga wali anda sudah tanda tangan di atas persetujuan tindakan. Jadi sudah seharusnya anda tahu bahwa ini adalah kondisi pasca tindakan operasi. Bukan karena kesalahan." Ujar Hana berusaha tenang.

"JADI BU DOKTER GA MAU NGAKU SALAH? SAYA LUMPUH KAYA GINI GARA-GARA HABIS DIOPERASI SAMA BU DOKTER!!"

Jeno buru-buru menahan si bapak yang hampir mukul kepala Hana. Sampe heran si Jeno, baru sebulan selesai operasi bisa marah-marah kaya gini.

"Saya mohon maaf apabila Anda mungkin merasa kesal atau marah. Saya sudah sampaikan, ini hanya lumpuh sementara, tidak sampai tiga bulan lumpuhnya akan sembuh, pak." Jelas Hana lagi.

Hana membenarkan letak kacamatanya.

Firasatnya mengatakan kalo ini akan jadi hal rumit mengingat pasien dan keluarganya juga sangat alot sebelumnya saat berdiskusi soal tindakan operasi.

"Pak, ijinkan saya menjelaskan. Cidera otak yang anda alami bulan lalu melukai saraf pusat pergerakan tubuh. Saat tindakan operasi, sebagian besar kerusakan sudah diperbaiki dan kondisinya lebih baik dari sebelumnya."

Sebisa mungkin Jeno menjelaskan setiap detail alasan kenapa pasien itu lumpuhnya belum kunjung sembuh.

Dia juga sama kaya Hana, ga merasa melakukan kesalahan selama tindakan berlangsung. Mereka ikut prosedur.

Kelumpuhan itu memang resiko operasi, tapi lumpuhnya bukan permanen.

"JADI MAKSUD PAK DOKTER, KALIAN BERDUA GA SALAH?! TERUS INI LUMPUH GARA-GARA APA?!" Bentak salah satu anggota keluarga pasien.

Jeno kepayahan. Wajahnya mulai panik. Ga mudah ternyata menghadapi pasien dan keluarga yang main ngegas gini.

Hana menarik nafasnya panjang sebelum menjelaskan lebih jauh. Mau gimanapun dia merasa sudah menjalankan pekerjaan sesuai tata caranya.

Dia juga paham hukum yang mengikat pekerjaan para dokter. Sebelumnya juga dia udah ambil sumpah dokter lho. Buat apa dia repot-repot mencelakai pasiennya sendiri.

Serius, ini yang  pertama buat Hana. Dapat pasien yang ngamuk hanya karena belum sepenuhnya paham bagaimana kondisi pasca operasi.

"Begini pak. Luka di otak tidak seperti luka pada jaringan yang lain. Di otak, semua koordinasi tubuh berkumpul jadi satu mulai dari penglihatan, pergerakan, dll. Karena kemarin bapak cidera di bagian saraf pergerakan, maka dari itu-"

"SAYA GA BUTUH PENJELASAN BU DOKTER! SAYA BAKAL BAWA KASUS INI KE PENGADILAN! ANDA HARUS GANTI RUGI SAMA KAKI BAPAK SAYA YANG LUMPUH!"











... to be continued

Special guest

Special guest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Unbelievable | HSW, CSY ✔Where stories live. Discover now