Part 11 (Lola/ Yuri)

224 41 0
                                    

Yuri Cyzarine Darya

Aku terbatuk hingga menekukkan lutut ke perut, ketika sebuah tangan menarikku keluar dari dalam tanah. Mataku belum bisa melihat dengan jelas, masih berbayang. Perlu waktu lama untuk kembali normal dalam wujudku semula. Hingga perlahan-lahan sosok yang menolongku tergambar jelas di netra.

Wanita berpakaian khas pengantin Jawa dengan payung yang tidak pernah ketinggalan sebagai ciri khasnya. Dia Juminten.

“Jum, makasih ya udah nolongin aku. Nggak tahu deh kalau kamu gak datang tepat waktu. Mungkin aku udah sama Sansha di sana.” Aku membersihkan sisa-sisa keributan lelakut tadi di tubuhku. Beruntung bekas tusukan benda besi tajam tadi sudah sembuh.

“Sama-sama,” jawabnya sambil memutar payungnya.

“Tapi, kenapa kamu bisa tahu aku di sini?”

“Aku ini hantu berusia ratusan tahun lebih. Kemampuanku jauh di atasmu, hal-hal seperti ini bisa dengan mudah aku rasakan. Yang susah itu melupakan kenangan bersama mantan.” Dia memulai mengingat kenangan lama. Drama.

“Oh gitu, kalau gitu kita kembali ke tempat kita masing-masing, ya. Aku masih nggak berani keliling tempat ini sendirian, arwahnya jahat-jahat semua.”

“Coba kamu lihat tanah di sekeliling sini, perhatikan baik-baik.”

Aku mencoba apa yang ia katakan, mulanya tidak terlihat apa-apa, tetapi semakin lama terlihat asap hitam pekat memenuhi ladang jagung ini.

“Apa maksudnya ini, Jum?”

“Artinya, ini tempat pembantaian, jadi tidak usah heran kalau arwah di sini jahat-jahat. Mereka tidak segan-segan membunuh siapa yang dianggap bersalah. Dendam sudah menjadi warna aura mereka.”

“Kalau gitu kita pergi saja dari tempat ini. Nanti datang lagi arwah jahat lain yang mau bunuh kita.”

“Aku masih lebih hebat dari mereka. Kalau butuh bantuan, kamu tinggal bilang saja. Bisa jadi hiburan buatku.”

Juminten, hantu dengan baju pengantin itu memegang tanganku. Dengan sekali kedipan mata, aku kembali ke kediamannya di pekuburan kuno kerajaan. Setelah mengucapkan terima kasih aku berlalu meninggalkannya dengan menaiki beberapa kali kendaraan kosong. Untuk terbang lagi, tenagaku belum cukup pulih pasca ditusuk oleh besi tajam itu.

***

Sampai di depan rumah Ares, kuntilanak kembar penghuni pohon di depan rumah itu memandangiku dengan iba. Tumben sekali, mungkin mereka kasihan melihatku yang biasa tampil cantik jadi babak belur dan baju robek di sana sini. Dengan sekuat tenaga, aku melompati pagar besi rumah Ares yang terkunci agar tubuhku tidak terluka lagi.

 Ini berarti Ares sedang tidak di rumah. Namun, pemandangan lain berhasil tertangkap olehku. Lelaki dengan sepeda motor biasa itu kembali mengawasi rumah Ares. Andai tenagaku sudah pulih seperti biasa, pasti sudah aku cari tahu siapa dia.

Memasuki ruang tamu, benar saja tidak ada siapa pun di sini. Di kamar pun tidak ada. Sepertinya, dia memang pergi selama berhari-hari seperti perkataannya waktu itu. Aku merasa lelah teramat sangat hingga menjatuhkan diri di ranjang yang biasa ia tiduri.

Nyaman sekali berada di tempat aman seperti ini. Sebelum beristirahat, aku sempat memandangi foto-foto yang tertempel di dinding yang ia beri rangkaian benang merah. Ada foto laki-laki berkacamata dan berhodie hitam di sana. Nanti saja ketika aku sudah pulih akan kucari lebih jauh tentangnya. Saat ini aku bahkan lupa di mana letak ladang jagung itu. Aku tersenyum getir mengingat perkataan Ares, kalau otakku ini memang loading-nya sangat lama.

SASSY GHOST (END) Where stories live. Discover now