7(Revisi)

8.4K 484 3
                                    

Bakalan next part,kalau udah lebih viewnya🙏

Tea telah selesai mempelajari file pada komputer serta map yang diberikan Daffa tadi. Jam juga sudah menunjukan pukul 13.00, berarti sekarang saatnya adalah jam istirahat serta makan siang.

Tea melirik ke arah pintu ruangan Daffa yang tertutup, sedari tadi pria itu tak beranjak keluar. Mungkin banyak pekerjaan yang sedang diselesaikan.
Ia mematikan komputer, lalu mengambil ponsel melanjutkan menonton drakor yang tersisa semalam.

Sebenarnya perutnya sedang berontak untuk minta diisi, hanya saja Ia merasa enggan untuk ke kantin kantor. Terlebih  jaraknya yang lumayan jauh ditambah ia tak punya teman untuk diajak ngobrol sekaligus menemani makan siangnya.

Tea membuka tas, mengeluarkan sebungkus roti serta sebotol air mineral yang sudah ia siapkan dari rumah pagi tadi.

"Hai! Kamu Asisten barunya, pak Daffa?" Suara halus itu menyapa indera pendengarannya.

Tea mendongak menemukan seorang gadis seusianya dengan mata tipisnya sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Hmm Iya. Ada apa, ya?" tanya Tea setelah mematikan tayangan Drakor pada ponselnya.

"Kenalkan Aku Rumi, karyawan divisi keuangan." Gadis bernama Rumi itu menyodorkan tangannya yang langsung disambut hangat oleh Tea.

"Aku Tea."

"Apa kamu ingin menemui Pak Daffa?" tanya Tea.

Rumi menggeleng menarik kursi yang berada di depan Tea lalu mendudukinya.

"Aku ingin ngajakin kamu makan siang di kantin kantor, kamu mau 'kan?"

Tea menyernyit bingung tak menyangka Rumi mau menghabiskan waktunya dari lantai dua hanya untuk mengajaknya makan, sedangkan keduanya tak saling kenal sebelumnya.

"Kenapa kamu ngajak aku? Bukannya kita tak saling kenal?"

Rumi nyegir. "Tadi 'kan kita sudah kenalan, lagian juga aku ingin tahu sosok asisten barunya pak Daffa."

"Sudahlah ayo! Mulai saat ini kita berteman, aku bakalan jemput kamu setiap jam makan siang. Kalau perlu sekalian sama jam pulang kantor, kamu mau 'kan?" tanyanya dengan tatapan memelas.

Tea terdiam, seraya berpikir. Melihat sifat ramah Rumi sepertinya tidak buruk menjadikannya teman ditambah Rumi sepertinya sangat humoris.

"Ayolah. Nggak usah kelamaan mikirnya, aku nggak bakalan jahatin kamu, kok," ujar Rumi langsung menarik tangan Ara menuju ke kantin. Bahkan Rumi menulikan pendengaran saat Tea meminta untuk pelan-pelan menarik tangannya.

Keduanya sampai di kantin yang terlihat ramai apalagi di jam makan siang seperti ini. Rumi masih menarik tangan Tea, menuju pada dua kursi kosong di tengah kantin.

"Kamu mau pesan apa? Biar aku pesanin sekalian," tanya Rumi.

Tea menatap Rumi sebentar. "Di sini yang paling enak apa?" Tea kembali memfokuskan perhatiannya ke sekeliling kantin.

Rumi menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Ayam gepreknya Mang Sardi. Tuh yang kedai paling kiri." Rumi menunjuk pada sebuah kedai dengan tulisan "Ayam Geprek Mang Sardi."

"Memangnya sampai level berapa pedasnya?"

"Sepuluh saja, sih, tetapi kayaknya kamu nggak kuat sampai sepuluh. Soalnya baru lima saja banyak yang sudah nyerah," ucap Rumi sambil terkekeh.

"Ya sudah aku level lima saja, soalnya takut mules. Oh, iya! Aku pakai uang kamu dulu, ya tadi ketinggalan nggak bawa dompet. Lagian kamu, sih langsung tarik saja," omel Tea.

Something(Sekuel you Are Mine)Where stories live. Discover now