48

10.5K 334 7
                                    


Hari ini adalah hari pernikahan Stella dan Alex. Setelah melaksanakan akad pagi tadi, malam ini keduanya menggelar resepsi pernikahan di salah satu hotel bintang lima di ibukota. Dengan tema kerajaan, Stella dan Alex bak raja dan ratu malam ini. Semuanya terlarut dalam kebahagiaan keduanya, sangat berbeda dengan Daffa yang lebih memilih menjauh dari kerumunan acara.

Ada satu hal yang membuat dirinya memilih menjauh, lantaran di tengah-tengah tamu undangan ada sosok Gerald dan Tea yang malam ini sangat cantik dengan gaun peach yang menutupi kaki jenjangnya.

Daffa baru tahu kalau Gerald adalah rekan bisnis Alex, jadi tidak salah jika pria itu diundang ke pernikahan Alex.

Mata Daffa tak lepas sedikit pun dari Tea yang sedang bergelayut di lengan Gerald. Gadis itu beberapa kali menebar senyum kepada para pria yang kemungkinan besar kenalan Gerald.

Daffa menghela napas lelah sampai kapan dirinya seperti ini terus, sedangkan Tea sudah nampak bahagia bersama Gerald. Akan tetapi kenapa malam itu dirinya menemukan Tea yang menangis di taman. AAP gadis itu ada masalah? Ingin sekali Daffa bertanya tetapi, tetapi pria itu menjaga batasannya mengingat keduanya bukan siapa-siapa lagi.

Daffa sedikit heran saat tangan Gerald menarik Tea untuk mengikutinya. Entah apa yang merasuki pikirannya, sehingga langkah kakinya mengikuti sepasang kekasih itu yang berjalan ke arah belakang.

"Tea, aku harus berbicara sama kamu," kata Gerald serius.

Tea menatap Gerald bingung. " Apa Gerald?"

"Seperti kata Rian, kita akan segera menikah,"

Daffa yang mendengar itu, hanya bisa tersenyum getir. Berarti Tea dan Gerald belum menikah selama ini. Ingin sekali ia meninggalkan tempat itu, akan tetapi rasa penasaran akan jawaban Tea memaksanya harus tetap setia di balik tembok ini.

"Aku......."

"Tea! Tak bisakah kau berhenti bersikap seperti ini? Selama ini aku sabar Tea, tetapi sampai kapan? " tanya Gerald frustasi

"Gerald....." Tea berusaha memegang tangan Gerald, tetapi Gerald segera menepisnya.

Tea tergugu di tempatnya, ia menunduk dengan air mata yang mengalir. Lagi dan lagi ia terjebak pada situasi sulit seperti ini.

Gadis itu mendongak dan memejamkan matanya, berusaha sekuat tenaga untuk memberikan jawaban yang tepat buat pertanyaan Gerald.

Bayang-bayang percakapan Dirinya dengan Ara beberapa hari yang lalu, membuat Tea seakan bimbang menentukan pilihannya.
Ucapan Ara memang benar, dirinya tak boleh egois dengan mempertahankan masa lalu yang seharusnya ia kubur. Sedangkan di depannya sudah ada Gerald yang menantinya dan memperjuangkannya.

Soal cinta? Tea yakin ia akan berusaha mencintai Gerald, menerima pria itu untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Gerald!" panggilnya lirih.

Gerald tak menjawab, pria itu memandang kosong ke arah kolam hotel.

"Jika memang Jawabanmu adalah hanya sekedar membuat luka, pergilah! Aku sudah mengikhlaskan kamu!" perintah Gerald datar.

"Aku minta maaf. Aku mau menikah dengan kamu. Asal berjanjilah untuk selalu setia menemaniku dan bantu aku belajar mencintai kamu." Tea berbicara serius, ini adalah keputusan yang tepat. Ia menyadari jika dirinya dan Daffa memang tidak berjodoh dan sudah seharusnya keduanya melupakan semuanya.

"Kalau kamu hanya merasa kasihan denganku, aku tidak perlu itu!"

Tea menggeleng, ia berjalan mendekati dan memeluk tubuh tegap Gerald.

Something(Sekuel you Are Mine)Where stories live. Discover now