07. Sebuah Tantangan

1.7K 138 4
                                    

Seorang cowok berjalan membelah kerumunan di tengah ramainya koridor yang membentang panjang menghubungkan bangunan demi bangunan yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi.

Tatapannya yang tajam terus menatap kedepan tanpa memperdulikan tatapan memuja dari siswi-siswi yang sangat menggaguminya.

Kaki jenjangnya membawanya ke kelas jurusan Ips yang menjadi tujuan utamanya. Tanpa mengetok pintu pun, ia langsung menerobos masuk karena kelas tersebut sangat sepi.

Mata tajamnya seketika terfokus pada satu titik, dimana seorang gadis sedang menelungkupkan kepalanya di antara kedua lengannya. Sepertinya tertidur.

Sedikit demi sedikit, Guntur melangkah mendekati bangku gadis yang sedari tadi ia cari.

Alisnya terangkat melihat wajah lelah sosok yang ia klaim sebagai pacarnya dan juga sosok yang telah berani mengusiknya. Adara Nathania.

Duk.

Meja yang tadinya tempat nyaman bagi Dara gunakan sebagai tempat tidur kini menjadi sasaran dari kaki Guntur yang dengan sengaja menendang meja tersebut hingga mengenai kepala Dara karena mendapat dorongan tiba-tiba yang membuat kedua tangannya terlepas dari kepalanya.

Hap.

Niat Guntur ingin membangunkan gadis tersebut tetapi karena aksinya, tutbuh Dara justru kehilangan keseimbangan, ia langsung memeluk Dara secara spontan, jika tidak pasti tubuh mungil Dara akan jatuh kelantai.

Guntur menundukan kepalanya setelah berhasil menangkap tubuh mungil Dara dan sekarang ia duduk tepat di samping gadis ini yang sama sekali tidak terusik dengan pergerakan yang di buat oleh Guntur.  Wajah damai Dara ketika tidur sangat mengemaskan, berbanding terbalik dengan sikapnya yang wajib di acungi jempol.

Seketika Guntur mengelengkan kepalanya guna membuang jauh-jauh pikirannya tentang gadis yang berada dalam dekapannya. Tujuannya kesini bukan untuk memuji atau berdamai, melainkan sesuatu yang sejak tadi pagi tersimpan dalam otaknya.

"Bangun!" titah Guntur sembari meniup wajah Dara yang masih nyaman dalam tidurnya.

Plak.

Tangan Guntur mendarat di pipi kiri Dara ketika sang empu belum juga membuka matanya.

Dara merasakan sesuatu menempel di pipinya dengan keras, matanya perlahan mengerjap melihat benda apa yang telah menimpuk pipinya.

Matanya membulat ketika menatap sosok yang sangat dekat dengannya, bahkan tubuhnya berada dalam dekapan cowok yang ia cap sebagai musuhnya.

"LO," pekik Dara sembari mendorong dada bidang Guntur cukup kuat hingga empunya sedikit terhuyung kebelakang. Dara terkejut akan keberadaan Guntur dan malah memeluknya di saat ia tertidur.

"KALAU MODUS JANGAN SAMA GUE BANGSAT, GUE NGAK SEMURAH CEWEK JALANG DI LUARAN SANA YANG BISA LO SENTUH SEMAU LO," teriak Dara menggema didalam kelas yang tak ada seorang pun selain mereka berdua.

Nafas Dara terengah, emosinya sudah berada di ubun-ubun. Melihat sosok di depannya yang hanya terdiam, membuatnya percaya bahwa kelakuan cowok di sampingnya yang selalu semena-mena.

Sedangkan Guntur terkejut melihat perubahan cewek di sampingnya yang sepertinya shock dan ketakutan.

"Gue ngak-"

"Stop," sela Dara sembari menutup kedua telinganya, seketika air matanya meluruh membasahi kedua pipi mulusnya.

Guntur lagi-lagi terkejut melihat Dara yang kini mengeluarkan air matanya.

"Lo jangan salah paham sama gue," ujar Guntur tanpa suara bentakan.

Dara mendonggak melihat wajah Guntur dengan berlinang air mata.

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang