•••
Mobil putih mengkilap melaju memasuki pekarangan rumah mewah yang sangat asri dengan pepohonan di sekitarnya. Rumah berwarna putih dan berlantai dua itu tampak sepi.
Gadis cantik bersurai panjang keluar dari dalam mobil putih itu yang telah memasuki garasi.
Membuka gemboknya dan menyeret kopernya hingga ke lantai atas tepatnya di depan pintu bertuliskan nama pemilik kamar tersebut. Adara Nathania.
Dara menyimpan asal kopernya dan kembali berjalan menuruni satu persatu anak tangga menuju dapur.
Perutnya sedari tadi berdisko meminta asupan. Mentari telah di gantikan dengan bulan dan bintang yang setia menemani langit yang gelap gulita.
"Untung kulkas gue masih lengkap, masak apa ya?"
Dara berpikir sejenak memikirkan resep makanan yang akan ia buat dan pastinya ia santap.
"Telur ceplok," seru Dara dengan semangat empat lima menyebutkan resep makanan yang terlalu ringan untuk ia buat.
"Seandainya gue pinter masak udah gue sikat habis nih bahan-bahan. Sayangnya gue ngak pinter," keluh Dara menghembuskan nafas pelan. Ia harus mandiri, dunia semakin berkembang dengan adanya teknologi yang semakin canggih. Ia bisa belajar dari tutorial di youtubenya nanti.
"Kalau gue gini terus bisa-bisa badan gue makin kurus karena jarang dapat asupan, kayak anak gelandangan aja," gumam Dara membayangkan dirinya yang nantinya jarang memasak.
"Auto cari pembantu ini mah."
"Telur gue, ya ampun," Dara menghela nafas kasar melihat hasil masakannya yang kini berwarna hitam, dari warnanya saja pasti tidak layak untuk di makan.
"Pasti apinya kegedean nih," ucap Dara menerka-nerka akibat telurnya yang gosong.
"Daripada gue mati kelaperan di sini, mending gue keluar cari makan," final Dara berlari menuju kamarnya guna bersiap-siap.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk Dara menyelesaikan segala ritualnya.
Berjalan gontai menuju mobilnya terparkir dengan setelan hoodie berwarna hitam serta celana jeans putih sebagai pelengkap.
Jalanan cukup lengang, seperti mendukung perut Dara yang sejak tadi berdisko tanpa henti di dalam sana.
Sebuah warung kecil di tepi jalan menarik perhatian Dara ketika melihat warung tersebut yang begitu sederhana namun mampu menarik minat pembeli.
Dara memparkirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum berjalan menuju warung kecil di seberang yang tampak ramai.
"Pak, seblaknya satu sama batagor satu," pesan Dara kepada seorang paruh baya yang masih berkutat dengan makanan-makanan di depannya.
"Minumnya apa Neng?" tanya wanita paruh baya.
"Es teh aja Bu," setelah mengatakan pesanannya, Dara mengedarkan pandangannya kesuluruh tempat duduk guna mencari yang kosong.
Matanya terhenti pada meja pojok yang tidak berpenghuni. Kaki jenjangnya berjalan menghampiri meja tersebut. Bersamaan dengan kedatangan seseorang yang juga memiliki tujuan yang sama seperti Dara.
"Ngapain lo duduk di sini?" sentak Dara melihat cowok di depannya yang wajahnya tertutupi tudung hoodie.
"Duduk," balas cowok tersebut.
"Tempat duduk bukan hanya ini doang, buruan pindah!"
"Gak."
"Pindah ngak, gue ngak mau duduk bareng cowok ngak jelas kayak lo," kata Dara pedas menatap tajam sosok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR
Teen FictionCerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik atau bahkan di tantang. Jangan berani dengan Thanos Geng jika masih menyayangi nyawa, karena Thanos Gen...