03.don't be remembered(LIB)

110 69 24
                                    


Shania bangun pagi sekali,dia sedang menonton mamanya yang sedang memasak bersama Rexa. Shania hanya menonton sambil duduk di kursi yang ada di dapur,sebenarnya dia sudah tak pernah memasak lagi.

Semenjak laki-laki yang dengan suka rela mau memakan setiap resep baru nya pergi,Shania tak memasak lagi. Dia menghilangkan hobi nya yang satu itu. Berusaha keras keluar dari rasa terpuruk dalam waktu cepat bukan berarti dia bisa melakukan semua nya tanpa mengingat Karel.

"Tadaaa,masakan ala Chef Rexa udah jadi" Rexa membawa semangkuk besar sup,menaruhnya di atas meja.

"Nampak meragukan nih masakannya" Shania memandang setiap masakan yang sudah tersusun rapi di meja makan.

"Spesies manusia yang nggak bersyukur. ini gue tamu tapi dengan suka rela mau masak,harusnya lo bersyukur gitu..!"

"Pamrih..?"

Menyebalkan bukan,Shania itu suka sekali mengejek Rexa."Tante....Shania tuh". Adu Rexa kepada mama Shania yang masih menyelesaikan pekerjaan didapur.

"Kalian nih...." Tegur Om Redi yang baru datang,dia papa Shania."Ribut terus".

"Rexa duluan tuh Pa".

"Enak aja,masa aku dibilang pamrih Om. Kan emang..."

"Tuh kan ngaku".

Seperti itulah Shania dan Rexa,kadang ribut seperti saudara. Meski begitu mereka juga tak melupakan untuk saling menjaga,dua bulan saling kenal sudah membuat mereka sedekat itu.
Harus orang tua Shania akui juga bahwa hadirnya Rexa sudah membawa semangat baru bagi Shania.

Shania tertawa mengejek kearah Rexa.
"Gue drible juga lo.."Rexa hampir saja melempar sendok.

"Si Phobia bola ngerti drible juga..?" Ejek Shania membuat Rexa memicingkan mata ke arahnya.

"Hey udah,kalau ribut terus kapan sarapannya. kapan berangkat sekolahnya..?" Mama Shania menengahi dua gadis itu,dari pada didiamkan tidak akan selesai. Yang satu cerewet dan yang satu sangat jail.

***

Dua rusuh masuk gerbang sekolah. Ralat,sebenarnya hanya satu yang rusuh. Yang satunya lagi itu Kalem,sangat Kalem.

"Waaah,parah nih parah..!". Teriak Rexa histeris. Shania mengikuti arah pandang Rexa.

"Mobilnya bagus ya..?Pasti mahal".

Rexa langsung menepuk bahu Shania,lumayan kencang sampai Shania menjerit."Sakit kali..!"

Tak menjawab Shania,si bawel itu justru menatap tajam mobil sambil berjalan menghampirinya.
Sesampainya disamping mobil Rexa pun langsung rusuh menendang-nendang mobil MAHAL itu.

"Woy,mobil orang mahal tuh. Lecet gimana..?"Shania menarik Rexa yang sudah seperti orang kesetanan saat menendang mobil itu.

"Bodo amat sama lecet..!"

"Lo mau ganti,aduuuh". Shania melihat sekeliling,sedikit lega karena sekolah masih lumayan sepi.

"Gue masih mampu buat ganti kok. Jangan lupa sama Ronaldo yang bisa gue gadai".

Shania melotot..! Menjual Adiknya..? Astaga,bisa-bisa Rexa di sleding Papa nya jika sampai itu terjadi.
Ronaldo itu ibarat berlian bagi Papanya.

Kepanikan Shania makin menjadi saat melihat cowok bermuka bantal keluar dari mobil yang baru saja jadi bahan amukan Rexa."Apaan sih. Eh lo ngapain..? Stop oy".

"Oh jadi ad orang nya...."

Shania mengerjap. Akan ada keributan setelah ini.

"Lo ganggu gue tidur tau...?"

Let it be,(DENDAM)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن