Chapter 20 - Rahasia

200 20 19
                                    

"Terkadang hal sederhana yang ga berarti buat kita, sangat berarti buat orang lain."

Hari ini adalah hari penerimaan rapot seluruh siswa-siswi. Agnes selaku orangtua sekaligus wali Aletta dengan bangga mengambil rapot anaknya yang jelas menjadi juara umum diangkatannya.

"BAGUS YA, MAIN TERUS..!!" Suara itu terdengar dari mulut seorang wanita tua yang usianya tak jauh dari Agnes, ibu dari Kenneth.

"Yailah ma, itu nilai Kenneth uda ningkat kali. Bahkan Kenneth juga udah buang ranking akhir dikelas lagi." Celetuk Kenneth sambil menggaruk kepalanya meskipun tidak gatal.

"Iyaa, emang paling pinter ngejawab orangtua! KAMU EMANG BUKAN YANG TERAKHIR TAPI JADI KEDUA DARI TERAKHIR DIKELAS! Mama heran gimana kamu bisa masuk OSIS.." Aletta tertawa melihat Kenneth yang sedang dimarahi oleh ibunya sendiri, tawa itu disusul oleh Vino yang ternyata sedari tadi berada dibelakang Aletta.

"Vino?" Ucap Aletta kaget.

Seperti biasanya lelaki itu tetap dingin dan hanya memberikan senyuman tipis kepada Aletta serta Agnes.

"Eh Vino, apakabar kamu? Gimana udah baikkan?" Ucap Agnes sambil menoleh ke arahnya.

"Baik tante.." lagi lagi senyuman itu diberikan ke arah mereka.

"Rapot kamu gimana? Bagus nak?" Tanya Agnes lagi.

"Gak ada yang ambil rapot saya," Vino menjawab sambil tersenyum meski terpancar kesedihan dari mata Vino.

"Cha..Chandra gak dateng?" Ucap Agnes yang sebenarnya tidak ingin menyebut nama itu karena hanya melukai hatinya saja.

Vino hanya menggeleng tanpa menjawab sepatah katapun yang membuat Agnes merasa iba. "Gimana kalo tante yang ambil?" Agnes menawarkan dengan senyuman yang menghiasi raut wajahnya.

Awalnya Vino tentu menolak karena merasa tidak enak, tetapi Agnes terus memaksa hingga Vino pun tidak dapat menolaknya lagi. Baik bukan seorang Agnes ini?

***

"Alettaaa! Selamat ya Akhirnya lu juara umum! Gila gua ga nyangka temen gua sepinter ini ternyata?!" Ucap Cestey sambil memeluk erat tubuh Aletta.

"Aduh Teyy.. aku ga bisa napas kalo gini.." balas Aletta yang terkekeh.

"Weh jadi gimana rencana Bali kita?" Ucap Kenneth dengan wajah yang tak sabar menunggu jawaban teman-temannya.

Vino hanya mengangkat bahu yang menandakan tidak tau. Disusul oleh Eric yang hanya tersenyum menampakkan lesungnya yang dalam. Begitupun Aletta yang hanya menatap Kenneth sesekali curi pandang ke Vino. Ternyata Vino pinter juga, batin Aletta.

"KEN! Gua ga yakin lu boleh deh, nilai lu aja anjlok!" Ucap Cestey memasang wajah yang kurang bersemangat.

"Makanya belajar Ken," tepuk Eric pada pundaknya.

"Yailah, santuy kali, tar gua rayu dikit, pijet-pijet dikit nyokap gua juga luluh," ucapnya dengan santai sambil menyuapkan pilus ke mulutnya.

Ya, benar sekai! Mereka sedang berada di rumah seorang Melvino, tepatnya berada ditempat ternyamannya, kamar Vino. Mereka kembali membicarakan tentang Bali yang telah mereka "rencanakan" dan semoga bukan menjadi "wacana" saja.

"Aku sih boleh.. tapi Cestey harus ikut!" Ucap Aletta sambil melirik arah Cestey.

"Yah Taa.. gua juga boleh sih, tap—" ucapan itu potong oleh Kenneth dengan segera, "tenang aja babe! Aku pasti ikut kok!" Ucap Kenneth dengan genit.

"Apa sih lu!" Ucap Cestey dengan galak sambil memajukan bibirnya sebagai tanda meledek. Bagus deh kalo Kenneth ikut, memang itu yang gua harepin, batin Cestey.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aletta [On-going]Where stories live. Discover now