4 - Caffe Qilla Carry

709 103 8
                                    

"Dia itu seperti bunglon, beda tempat beda sifat." —Author cakep.

Apa? Ngga terima? Kuy lah baku hantam!😂

•••

Sepulang sekolah, Rara tidak langsung pulang ke rumah untuk istirahat. Ia menyebrang jalan raya menuju caffe yang tak jauh dari sekolah barunya.

Rara meninggikan pandangan melihat tulisan besar yang berbalut lampu di sepanjang sisinya; Caffe Qilla Carry. Lonceng depan pintu berbunyi ketika terbuka, Rara memasuki caffe itu untuk bekerja memenuhi kebutuhannya yang kian bertambah. Rara memulai bekerja di sini sudah dua Minggu berjalan.

"Hay Ra!" sapa Cristin, gadis berpakaian khas karyawan caffe, gadis cantik sederhana yang memulai kerja di sini sejak lama.

"Hay Cristin!" sahut Rara.

Gadis berusia delapan belas tahun yang tinggal bersama ibu kandungnya, ayah nya telah meninggal Dunia sejak dirinya berusia tujuh tahun lalu. Ia adalah anak tunggal yang bekerja keras mencari uang, karena ibunya yang sakit-sakitan.

Rara kenal baik dengan Cristin, dia adalah orang pertama yang dianggap sebagai teman baik, dari segala bajingan kebanyakan.

"Pak bos nungguin lo katanya, nggak tau mau bicara apa. Buruan kesana gih," suruh Cristin.

Rara menyerngit bingung, tumben. "Gue ada salah apa ya?" ujar Rara.

"Gue nggak tau, kayak nya enggak deh," ujar Cristin.

"Ya udah gue ke sana dulu ya, do'a-in gue baik-baik aja," pamit Rara.

"Yeeee, di kira mau diapain. Mentang-mentang bos nya masih muda!" teriak Cristin, karena Rara yang sudah cukup dari sisinya.

•••

Rara menimbang-nimbang untuk mengetuk pintu yang terpampang jelas tulisan MANAGER di sana. Dia takut dimarahi habis-habisan karena sebuah kesalahan yang dia saja tidak tahu.

Dengan helaan nafas teratur, tangan Rara mengepal guna mengetuk pintu besar itu. Meski sudah dua Minggu bekerja, ada rasa canggung menemui bosnya yang mirip oppa-oppa Korea.

"Rara?"

Rara tersentak, tangannya hampir saja mengetuk pintu, dan pintu itu baru saja terbuka oleh sang pemilik.

Rara selangkah mengundurkan diri, memberi jarak lebih banyak dengan bosnya.

"Udah lama nunggu? Maaf bapak nggak denger kamu mengetuk pintu tadi," katanya, lalu mengulas senyum ramah kepada Rara. Ini bukan pertama kalinya!

"O-oh nggak pak, tadi saya belum ngetuk pintu, hehe," sahut Rara.

"Oh ya udah, masuk dulu," suruh nya, meminta Rara untuk masuk terlebih dahulu.

•••

Di dalam ruangan, Pak bos yang bernama lengkap Adreson Rega Madelda biasa terpanggil Rega, tengah sibuk mengutak-atik satu buku besar ditangannya. Buku bersampul cokelat tua yang terlihat tebal nan besar membuat Rara ingin sekali melihat isi buku tersebut.

"Umur kamu berapa Ra?" tanya nya masih terfokus kepada buku.

"18 tahun pak," balas Rara seadanya. Mungkin ini wawancara, ya! Mungkin saja. Rara pikir begitu.

Rega manggut-manggut mengiyakan, lalu membuka halaman baru dalam buku.

"Tinggi badan?"

"170 cm."

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang