Chapter 08

1.6K 54 4
                                    

Selama perjalanan pulang tidak ada satupun diantara mereka yang berbicara, suasana benar-benar terasa canggung.

Evelyn melirik ke arah Luther. Wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, sama seperti biasanya. Seolah-olah ciuman yang mereka lakukan tidak pernah terjadi.

Seharusnya Evelyn mendorong pria itu saat menciumnya tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukannya. Ciuman itu terasa ... menakjubkan.

Evelyn menggelengkan kepalanya Dia tidak boleh terperangkap dengan Luther hanya karena berciuman dengannya. Lain kali dia akan lebih berhati-hati dan mengendalikan hormonnya.

Tunggu sebentar, lain kali?

Apa dia mengharapkan kejadian akan terulang kembali?

Luther benar-benar membuat pikirannya berantakan hanya dengan satu ciuman dan dia mengharapkannya lagi?

Ok Evelyn, kau harus benar-benar berhenti memikirkannya.

Stevan akan tertawa jika mengetahui tentang hal ini.

Ngomong-ngomong soal Stevan, melihatnya setelah sekian lama membuat hati evelyn merasa tenang.

Dia sangat khawatir saat meninggalkan Stevan. Khawatir jika pria itu terluka atau yang terparah yaitu mati.

Stevan satu-satunya orang yang berani melindunginya di depan si pembunuh itu. Bahkan Stevan tidak takut terluka untuk melindunginya.

Saat Evelyn merencanakan untuk melarikan diri. Dia mengajak Stevan untuk pergi bersamanya namun steven menolak.

"Aku akan tetap di sini. Aku akan mengawasi dari dalam agar kau tetap aman berada di luar. Jika mereka mencoba mencari di mana kau pergi. Aku bisa memberitahukannya kepadamu atau mencegah mereka."

"Jika mereka mengetahuinya, kau bisa dibunuh Stev."

"Jangan khawatir soal itu."

"Stev-"

"Aku sudah menanggapmu sebagai adikku sendiri. Sebagai seorang kakak, tugasku adalah melindungimu. Jangan khawatirkan aku."

Evelyn benar-benar berhutang budi kepada Stevan. Berkat pria itu, dia bisa hidup hingga saat ini. Walaupun dia mengabaikan perintahnya untuk menjauh dari masalah.

Evelyn hanya ingin mewujudkannya salah satu keinginannya yaitu hidup tenang dan terbebas dari hal-hal yang melibatkan pembunuh itu.

Suatu saat Evelyn harus memberitahukan kepada pria di sebelahnya tentang semua rahasianya. Apalagi Luther memiliki hubungan dengan si pembunuh itu.

Semakin lama Evelyn berada di sisi Luther, semakin dekat dia dengan si pembunuh.

Haruskah dia kabur? Tapi dia tidak yakin jika dirinya bisa kabur dari Luther.

Evelyn menghembuskan nafasnya. Semua pemikiran ini membuat kepala Evelyn menjadi sakit. Dia bersandar pada kursi mobil dan memejamkan matanya.

Luther yang mendengar Evelyn menghembuskan nafasnya, melirik ke arah Evelyn.

Luther mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Bagaimana bisa dia melakukan hal bodoh seperti itu?

Sebelumnya Luther tidak pernah kehilangan kendali namun saat berhadapan dengan Evelyn dia benar-benar tidak bisa mengontrol tubuh dan pikirannya.

Luther tidak bisa melupakan ciuman mereka. Bibirnya yang lembut besentuhan dengan bibirnya, jarinya yang mencengkeram erat rambutnya.

Tidak, dia harus bisa melupakannya. Terikat dengan gadis ini hanya akan menyusahkan dirinya di masa depan. Ya, dia benar-benar harus merupakannya.

Chain'sDonde viven las historias. Descúbrelo ahora