23

8.4K 1.4K 30
                                    

"Ellysha!" seruan dari Iriana yang menyambut kedatangan ku. "Astaga! Darimana saja kau? Kami sudah mencarimu kemana-mana," omelnya dengan wajah khawatir.

Aku memaksakan senyum ku, menghalau rasa takut yang dapat membuat badanku kembali bergetar hebat. "Kau pikir aku anak kecil?" sinis ku dengan nada sedikit bergetar.

Iriana mengerutkan dahinya. "Kau baik-baik saja, kan?" Iriana memicingkan matanya menatap ku.

Aku menelan ludahku kasar. Mendengus pelan lalu memalingkan wajah. "CK, memangnya kau berharap aku akan kenapa?"

"Sepertinya kau baik-baik saja." Iriana menyengir. "Kalau begitu, ayo masuk!"

Aku menghela napas. Baguslah, Iriana tak menyadarinya. Dengan langkah pelan, aku mengikuti Iriana, masuk kedalam gua.

"Kupikir kau sudah dimakan hewan buas di hutan ini," ujar Louise menyindir diriku, begitu kakiku menginjak dalam gua.

Aku menatap sengit Nenek Sihir itu. "Sayangnya para hewan di hutan ini tak bernafsu memakan daging makhluk rendahan ini," balas ku ikut menyindirnya.

Louise mendengus, kemudian memalingkan wajahnya kesal.

"Kau darimana saja, El?" tanya Gaery begitu aku sudah mendudukkan diri.

"Kau baik-baik saja, kan?" Luke ikut bertanya.

"Kau tidak terluka, kan?" Gaery kembali bertanya.

"Apa ada yang mengganggumu?" Luke tak mau kalah.

Aku mengerutkan dahi ku. "Hey, kenapa kalian jadi cerewet sekali?!" ketusku.

Luke dan Gaery menghela napas bersamaan. "Dia baik-baik saja," tutur Gaery menatap Luke. Luke mangangguk pelan.

Dahiku semakin berkerut. "Hey, apa maksud kalian?"

Gaery tertawa pelan. "Bukan apa-apa," jawabnya singkat dengan raut gelinya.

Aku hanya mendengus kesal.

"Oh ya, dimana Leo?" Luke menatap ku tanya. Aku menoleh menatap sekitar.

Benar juga, tak ada Leo di sini. Tapi, hey kenapa bertanya pada ku?

"Mana ku tahu," jawabku acuh.

"Kupikir dia pergi bersamamu," balas Luke berujar acuh. "Tapi sudahlah, aku yakin dia akan baik-baik saja."

Suasana Kembali lenggang setelah itu. Pikiran ku kembali melayang mengingat kejadian dimana para serigala-serigala tadi yang tiba-tiba jatuh kesakitan hingga akhirnya mati.

Jika diingat-ingat, ini bukan pertama kalinya aku mengalami hal ini. Aku ingat, Iriana juga pernah bercerita mengenai kami yang diserang para penyihir hitam.

Saat itu, aku sedang tertidur, dan seorang penyihir hitam hendak menyerang ku dengan sihirnya. Namun, belum sempat penyihir itu melemparkan sihirnya, dia sudah lebih dulu jatuh kesakitan hingga akhirnya meninggal.

Cerita itu sama persis dengan apa yang dialami para serigala yang menyerangku tadi.

Tapi masalahnya, jika itu memang kekuatan dari buku Sahargaratta, bagaimana buku itu bisa melindungi ku? Karena tadi aku tak membawa buku itu. Aku meninggalkannya di gua.

Apa jangan-jangan, aku memang memiliki sihir tersembunyi?

Ah, tidak-tidak, itu tidak mungkin. Aku sangat yakin aku hanya manusia biasa.

Lalu kenapa penyihir dan serigala itu bisa begitu?

Apa kalian punya teori yang dapat menjelaskan kejadian aneh yang sudah dua kali kualami ini?

Lamunan ku itu langsung buyar saat Leo yang tiba-tiba datang berseru menyuruh kami segera meninggalkan gua. Tanpa banyak bertanya dan protes, kami menurut, pergi meninggalkan gua.

Sebelum benar-benar pergi, aku mengambil buku sahargaratta ku yang kutaruh di atas batu besar di dalam gua.

"Ada apa Leo?" Iriana bertanya penasaran dengan kaki yang terus melangkah.

Leo tak membalas ia terus berjalan cepat, diikuti yang lain. Iriana pasrah ia memilih diam.

Kami terus melangkah cepat meninggalkan gua dengan pertanyaan yang memenuhi otak kami.

Namun, pertanyaan itu segera terjawab saat seekor hewan raksasa mengaum kencang di depan kami.

Itu hewan yang sangat besar, tingginya sekitar lima meter, aumannya amat kencang, dengan taring panjang yang nampak saat ia mengaum. Punggungnya ditumbuhi banyak mawar dengan warna nila.

"Halsyie, berubah menjadi Haly!" titah Leo menatap serius Halsyie, gadis itu mengangguk paham, ia langsung berubah menjadi serigala berbulu putih yang amat cantik.

Pandangan Leo beralih menatap ku yang sedikit bergidik melihat hewan besar itu. "Naiklah ke atas tubuh Haly!" Leo memberi ku perintah. Aku yang tersadarkan dari lamunan akan hewan menyeramkan itu mengerutkan dahiku hendak protes. "Tak ada waktu untuk protes, Ellysha!" ujarnya dengan wajah yang amat serius.

Ini pertama kalinya aku melihat wajah serius Leo. Aku terdiam sejenak. Kemudian naik ke atas tubuh Haly. "Kalian pergilah ke luar hutan, aku dan Luke akan mencegah makhluk ini, kami akan menyusul segera!" Kini Leo melayangkan perintahnya pada kami semua, kecuali Luke.

"Tapi-" Louise hendak protes. "Pergilah, Louise, bantu Gaery menjaga mereka," ujar Luke memotong bicaranya.

"Cepatlah!" seruan tegas Leo saat hewan besar itu mulai melayangkan serangan pertamanya.

Tak tunggu waktu lagi, kami langsung berlari menuju ke luar hutan. Meninggalkan Leo dan Luke yang mulai menghadapi hewan raksasa menyeramkan itu.

***

Author POV

Selepas kepergian Ellysha dan yang lainnya, Leo dan Luke mulai terlibat pertarungan sengit dengan hewan raksasa menyeramkan.

Leo berkali-kali menebaskan pedangnya ke arah tubuh besar hewan itu. Namun, hanya luka kecil yang muncul akibat goresan pedang Leo.

Luke tak mau kalah, ia terus melayangkan bebatuan di sekitarnya ke arah hewan besar itu. Namun, dengan gesit, hewan itu terus menangkis bebatuan yang melayang ke arahnya, dan melemparkannya kembali ke arah Luke.

Merasa serangan mereka sia-sia, Luke dan Leo mundur sejenak, menyusun strategi menghadapi hewan besar yang semakin mengganas itu.

Hingga sebuah batu yang Luke layangkan tak sengaja mengenai mata makhluk besar itu. Makhluk itu mengaum kencang, seakan tengah kesakitan.

Leo dan Luke saling berpandangan, seakan menyadari sesuatu. Mereka kembali maju hendak menyerang hewan raksasa itu.

Leo melemparkan batu ke arah wajah hewan raksasa, hewan itu menggeram marah. Ia mengejar Leo yang berlari menghindari serangannya.

Sesekali, Leo kembali melempari hewan itu dengan batu, tepat di wajahnya. Membuat hewan itu semakin marah, dan semakin semangat mengejar Leo.

Memanfaatkan keadaan itu, Luke dengan lincah memanjat sebuah pohon besar yang berdiri tak jauh darinya, tangannya bergerak mengangkat bebatuan yang berada di bawahnya dengan kekuatan telekinesisnya.

Luke yang sudah berada di atas pohon dengan bebatuan yang melayang di sekitarnya memberikan tanda pada Leo.

Leo mengangguk paham, ia berlari ke arah pohon yang dinaiki Luke.

Dengan penuh perhitungan, Luke langsung melemparkan bebatuan yang ia bawa menuju sebelah mata hewan besar yang belum terkena batu.

Hewan itu langsung mengaum kencang, kesakitan untuk kedua kalinya. Beberapa kali hewan itu menabrak pohon besar di sekitarnya, hingga membuat pohon-pohon besar itu tumbang.

Luke turun dari pohon, berdiri di samping Leo. "Bidikan yang bagus, Luke," puji Leo dengan wajah acuhnya.

"Terimakasih," balas Luke tersenyum tipis. "Kalau begitu ayo, sebelum hewan itu membangkitkan indra pendengarannya untuk mengejar kita."

Leo mengangguk, mereka langsung melesat berlari diantara pepohonan, dengan hanya bayangan mereka yang terlihat, saking cepatnya.

Salah satu kelebihan vampir.

TERPILIH (Lengkap)Where stories live. Discover now