"Refa, ngagetin aja." Ucap Naya sambil tertawa kecil. Persis seperti anak kecil.
"Ya lo sih melamun. Kenapa, ada masalah?" Tanya Refa. Tangannya masih sibuk memakan pocky rasa coklat yang baru saja di beli nya.
Naya tersenyum kemudian menggeleng. "Engga kok. Lagi cape aja." Ucap Naya. Membuat Refa menyipitkan matanya sambil memandang Naya curiga.
"Serius kan lo? Entar kalo ada apa-apa gue lagi yang disalahin Kak Langga." Ucap Refa. Memang sudah menjadi tugasnya untuk memastikan Naya baik-baik saja. Naya lecet sedikit, habis dia sama Langga.
Pernah tuh waktu itu. Naya diam-diam memakan seblak yang di jual di kantin. Kebetulan saat itu Refa sedang ada rapat Paskibra, jadinya tidak bisa menemani Naya ke kantin.
Keesokan harinya Naya terkena maag. Membuat Refa terkena amukan Langga karena tidak bisa menjaga Naya dengan baik. Alhasil penjual seblak yang ada di kantin di usir dari sekolah.
"Serius Refaa." Ucap Naya.
Refa menatap Naya tidak yakin. kemudian menghela nafas. "Yaudah tapi Inget, kalo ada apa-apa bilang gue." Ucap Refa.
Naya mengangguk dengan cepat sambil tersenyum menatap Perempuan yang ada di depannya itu. Merasa beruntung bisa bertemu dengan sosok baik dan penyabar seperti Refa, Satu-satunya teman yang dia punya. Orang lain tidak ada yang berani berteman dengannya. Kenapa lagi kalau bukan karena Langga, laki-laki itu mengancam satu sekolah agar tidak ada yang mendekati Naya. Alhasil hanya Refa yang dia punya.
"Oh iya. seingat gue Kak Langga nyuruh lo ke lapangan basket deh. Ga jadi?" Tanya Refa.
Perkataan Refa membuat Naya menepuk dahinya pelan. Naya lupa bahwa dirinya harus selalu menonton Langga bermain basket, kalau tidak cowok itu akan marah padanya seharian.