Gundah

48 7 2
                                    

Arkan termenung diruangan kantornya. Ia menatap kosong ke langit-langit ruangan. Agendanya untuk sunting gaun kemarin hancur total. Bahkan kehancuran tersebut berdampak pada semangat bekerjanya sekarang.

Kemarin, Arkan memutuskan untuk mengajak Airin pulang. Ia tak tega melihat gadis yang ia cintai itu menangis histeris dikoridor. Ya, Airin tetap berusaha menyusul kepergian Rayn kemarin hingga ujung batasnya.

Sedih, kecewa, dan pastinya kesal. Perasaan Arkan campur aduk menanggapi kejadian tak masuk akal kemarin. Ia tak habis pikir bagaimana sosok yang sudah hilang dari muka bumi itu tiba-tiba datang kembali. Sosok yang sudah membuatnya kalah 3 tahun lalu kini benar-benar menghantuinya lagi.

Jangankan didalam mobil, hingga Arkan sampai mengantarkan Airin kerumah saja, gadis itu tetap menangis sejadi-jadinya. Saking tergesah-gesahnya mengantarkan Airin pulang, dirinya sampai lupa berpamitan dengan Tessa yang mungkin juga terkejut setengah mati.

Arkan mengalah. Ia membiarkan Airin masuk kerumah begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun kepadanya. Ia memberi ruang kepada Airin, ia memberi waktu kepada gadis itu untuk berfikir dan menenangkan pikiran.

Hanya ada 1 orang yang ada dipikirannya sekarang, yaitu Albert. Pasukan bayaran itu adalah kunci untuk mendapatkan sebuah kejelasan yang belum Arkan dapatkan kemarin.

"Halo Al." Panggil Arkan begitu panggilannya tersambung.

"Elo lagi Kan, ada apa?? Udah dapet info baru kah sama kasus elo?" Tanya Albert.

"Gw mau ngomong sama Rayn sekarang." Tanya Arkan dengan nada serius.

"Ma... Maksud elo apa sih?? Elo mau ketemu Rayn?" Tanya Albert. Ia berusaha untuk tidak terlihat kikuk.

"Gw mau ngomong sama Rayn sekarang." Tanya Arkan penuh kenyataan.

"Elo lagi ngingau apa?? Elo mau ngomong sama Rayn?? Berarti elo mau kesurga gitu??" Tanya Albert sok polos. Padahal dia sudah tau tentang pertemuan Rayn dan Airin kemarin.

"Tapi gw juga enggak tau sih Rayn masuk surga apa neraka, nanti elo cari tau sendiri aja kalo udah kesana." Albert berusaha mencairkan suasana.

"Gw serius Al!!!" Bentak Arkan. Emosinya sudah memuncak karena merasa ditipu.

"Gw.. ju...juga serius Kan..." Albert memukul jidatnya kasar. Udah susah ini mah!!!!

" Kalo emang dia enggak punya nyali buat ketemu gw, gantiin dia buat ketemu gw!! Ketemuan dikafe tempat kita pertama ketemu buat misi Airin dulu!" Pinta Arkan kemudian langsung menutup panggilannya.

*****

Rayn memandang langit-langit dari Rooftop markas BB. Perasaan yang ia rasakan kali ini tak jauh beda dari kematian sesungguhnya. Dari lubuk hatinya yang terdalam merasakan kehancuran. Ia merasa bersalah karena telah memilih pilihan yang salah 3 tahun yang lalu. Rasa bersalahnya semakin dalam karena perlakuan acuhnya kemarin.

"Minum dulu Rayn." Pinta Salsa. Perempuan itu kembali mengganti minuman yang sebelumnya sudah ia berikan kepada Rayn ,tetapi tak kunjung pria itu sentuh.

Salsa menghela nafasnya. "Dari kemarin malem gw liat elo belom makan apapun Rayn."

"Gw enggak napsu Sal." Jawab Rayn. Ia menutup kedua matanya dengan lengan.

"Terus mau elo apa sekarang Rayn?" Tanya Salsa. Setelah menyerah dengan perasaannya terhadap Rayn, sekarang satu-satunya tujuannya adalah untuk tetap membuat Rayn tersenyum dengan kondisi apapun.

Rayn bangkit dari tidurnya. "Apa pilihan gw dulu salah ya Sal?"

"Apa pilihan gw buat ninggalin Airin salah ya Sal?" Rayn menatap minuman pemberian Salsa yang ada diatas nakas.

My RegretWhere stories live. Discover now