26. Dilemma

1.8K 214 47
                                    

“Disaat dua pilihan menghampirimu, dan mustahil untuk memilih salah satunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Disaat dua pilihan menghampirimu, dan mustahil untuk memilih salah satunya. Akankah akhirnya mati ialah pilihan yang tepat?”

~ Happy Reading ~

--o0o--

Angin malam berhembus sesukanya, tak peduli dengan perasaan yang sedang melebur hancur seperti yang dirasakan lelaki berjas hitam dengan pandangan kosong dihalte.

Serta, menggenggam botol minuman memabukkan yang tinggal separo ditanggannya, hatinya sangat hancur. Jeno menangis dalam diam, dia nggak tahu lagi harus ngungkapinnya kayak gimana.

Harus apa?

“Bundamu bukan bunuh diri Jeno, melainkan dibunuh.”

Kalimat itu terus menguasai benaknya saat ini, kalimat dari pamannya beberapa hari yang lalu.

Tapi kenapa,

Kenapa harus ayah dari wanita yang ia cintai?

"Jihe...."

"Kenapa....?" Lirihnya pilu.

Jeno meneguk kembali minumannya hingga tak menyisakan satu tetespun. Memejamkan mata sembari mendongak, dunia memang kejam bahkan kata kejam pun tidak cukup.

This is Hell.

"Bunda...."

"Haruskah Jeno melaporkannya dan membiarkan gadis yang Jeno cintai sedih?" Lirihnya lagi.

"Atau sebaliknya?"

"Bunda, Jeno muak"

Perlahan Jeno meremat pangkal rambutnya, urat kepalanya nyaris keluar. Lelaki itu sudah cukup dipermainkan oleh hati, kenapa tuhan harus menciptakan hati.

Bukan, kenapa tuhan harus menciptakan cinta?

Dahulu dia sangat menyangkal adanya cinta. Kini, dirinya benar-benar dihantui hasrat itu.

Perasaan itu lebih sakit dan lebih tajam dibandingkan belati manapun.

"AAAARRRGH"

PRAAANG

Jeno melemparkan botol kaca itu ke arah kucing tak jauh darinya, kucing itu sedari tadi mengaung seolah meminta makanan.

Tewas.

Kucing lucu itu mengeluarkan darah dari kepala dan matanya, lemparan seorang yang sedang marah untuk hanya seekor kucing, itulah yang terjadi.

Darah mengalir dari tubuhnya. Jeno tak merasa bersalah, dia menatap kucing sekarat itu dengan tatapan kemenangan.

"Bunda...." Lirihnya, masih menatap kucing disampingnya.

Lelaki itu berjongkok mendekati kucing yang sudah tidak berdaya itu, menyentuh darah yang bercecer di aspal dan berakhir pada pecahan beling yang paling besar.

SO BAD | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang