15

19.1K 752 11
                                    

Sepeninggal Lucas dari kamarnya, Clara menarik Saskia ke sofa yang berada di kamarnya. Mereka duduk bersisian.

"Jadi, jelaskan padaku kenapa kau bisa berada di penjara ini?" tatapan Clara menajam, menyelidiki.

Saskia buru-buru menggeleng, menolak ucapan Clara. "Bagiku ini Istana, kak. Kakak tidak tau kan aku bersyukur berada di sini." Saskia menunduk, wajahnya berubah mendung.

Clara menggenggam tangannya.

"Kenapa, Kia?" tanyanya dengan suara pelan.

Saskia semakin menunduk, "Aku kotor kak, aku hina, aku tidak pantas hidup di dunia lagi, aku..."

"Sst..." Clara meletakkan telunjukknya di bibir Saskia, mencegah gadis itu melanjutkan cacian untuk dirinya sendiri.

"Nggak bagus ngomong kayak gitu, memangnya kenapa, sih?"

Lalu, mengalirlah cerita itu, sampai saat dimana ia akhirnya bisa berada di Mansion Lucas.

"Aku juga nggak nyangka Bosnya Sebastian membawaku ketemu sama kakak." Saskia mengakhiri ceritanya.

Clara hanya bisa terdiam, mematung mendengarkan. Matanya berkaca-kaca, satu tarikan napas, air matanya jatuh mengalir.

Clara tidak tau ingin mengatakan apa, semuanya terlalu-- mengejutkan untuk diterima pikirannya.

Hal pertama yang paling tidak disangkanya, bahwa Laras, ibu Pantinya ternyata keji, terlebih membuat fitnah untuk dirinya yang telah dijual kepada Lucas.

Hal kedua, ternyata Lucas tidak berbohong, Lucas memang membeli dirinya. Setelah tau bahwa ia sebenarnya adalah budak Lucas membuat Clara membenarkan perbuatan Lucas.

Wajar Lucas memukulinya karena memang Lucas lah yang berhak atas dirinya, meskipun perlakuan kasar tidak dibenarkan.

Lagipun, Lucas memberinya tempat tinggal, meskipun ia tidak boleh keluar kamar, tetapi Clara pernah mendengar dari teman seperkerjanya dulu, ada seseorang yang dijual dan ia kabur dari orang yang membelinya karena tidak tahan lagi.

Orang yang membelinya mengurungnya dikamar kecil yang gelap, dan hanya tersedia satu tempat tidur berukuran tiga kaki dan satu kamar mandi. Jika mereka diberi makan, akan diberi melalui sela-sela pintu.

Orang yang membelinya sesekali datang untuk meluapkan hasratnya, makanan mereka juga tidak enak dan terkadang mereka diberi makanan anjing.

Bukan hanya ia saja yang dibeli, ternyata ada belasan budak yang dikurung dalam penjara itu. Clara tidak dapat membayangkan jika dirinya yang berada di posisi itu.

Apa Clara bisa menyebut dirinya beruntung karena bertemu Lucas? karena Laras lebih memilih menjual dirinya kepada Lucas bukan ke Klub yang sering didatangi Laras.

Clara tersentak. Jika memang Laras mencari uang dengan melakukan pekerjaan hina itu, bagaimana dengan nasib anak panti yang lain? bagaimana dengan adik-adiknya?

Clara menggenggam tangan Saskia.

Menatap Saskia dengan serius. "Kita harus menolong yang lain." katanya mantab.

Saskia menghela napas. "Gimana caranya kak? kita nggak punya apa-apa buat lawan mereka."

"Kita balik ke Panti, terus kita aduin tuh perbuatan bu Laras sama kepala desa, sama warga-warga di sana. Oh, kita sebarin juga di internet supaya mereka berhenti nyumbang buat anak Panti." Clara berkata tegas, yakin dengan idenya.

"Kak..." Saskia balas menggenggam tangan Clara.

"Tidak semudah itu buat meyakinkan para warga, apalagi Bu Laras pandai berbohong, aktingnya juga bagus. Aku heran deh kenapa ibu itu tidak jadi artis saja, kenapa harus pekerjaan seperti ini yang dipilihnya. Dan lagi, mereka memiliki uang dan Klub Paradise ternyata Klub besar, kak."
Saskia menunduk lemas.

Clara PrisonWhere stories live. Discover now