17. Damn! Intruder!

45.4K 2.5K 66
                                    

Aku tahu kalian penasaran banget sama kelanjutannya kan? WKWK pede banget Atha :)

ENJOY THE STORY LUV 🌞

*

17

"DEANNA!" sayup-sayup teriakan kencang Alex yang mengisi genderang telinga Deanna, perlahan memudar saat ia terus menggerakkan kakinya berlari pergi dari tempat itu. Menuruni undakan tangga, melewati beberapa lorong besar, terus berlari dengan ketakutan, dan baru berhenti saat dirinya menjejakkan kaki di antara pepohonan lebat nan rimbun.

Sebelah tangannya bertopang pada sebuah pohon di dekatnya, sementara tangan lainnya menepuk-nepuk dadanya yang sesak karena berlari jauh tanpa pemanasan.

Sejujurnya ia tidak menyangka jika mansion ini memiliki luas yang sangat spektakuler. Membuatnya sampai harus kehabisan napas, hanya karena ia berlari keluar dari rumah pria sialan itu menuju sisi lain dari rumah ini. Deanna mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan baru menyadari bahwa ia telah memasuki sebuah hutan lebat. Oh, Deanna berharap suatu hari nanti ia bisa memiliki rumah sebesar ini agar bisa memasang banyak perangkap jika suatu saat Alex berusaha mengejarnya.

Deanna menoleh. Tidak, Alex tidak mengejarnya. Pun dengan anak buahnya yang sepertinya acuh saja dengan hal itu.

"Aku aman," ujarnya lega seraya menyeka peluhnya perlahan.

Jika kalian bertanya mengapa ia berlari sejauh ini? Jawabannya hanya satu, takut.

Ya! Deanna telah menendang junior pria itu, dengan sangat kencang. Dan mengingat bagaimana teriakannya yang menggelegar, disusul bayangan puluhan anak buahnya yang bertubuh kekar, membuat Deanna kehilangan akal. Yang ada di pikirannya hanyalah, bagaimana caranya ia menghindari serangan tiba-tiba Alex. Berlari pergi dari pria itu, dan bersembunyi untuk sementara waktu. Karena jika ia berlari menuju kamar tempat tidurnya, Deanna tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dan sekarang—Deanna kembali mengitarkan pandangannya. Sejauh mata memandang, ia tidak melihat ujung terakhir dari hutan yang dimasukinya ini. Membuat ia kembali bertanya-tanya berapa besarnya luas hutan yang didominasi pepohonan rindang dengan beberapa benalu yang mengikat di sekelilingnya ini. Persetan dengan apapun, Deanna memutuskan untuk kembali berjalan. Menapaki tiap daun-daun kering yang menimbulkan suara gemerisik pada pendengarannya, dan mencari jalan keluar.

*

"Argh, SIAL!" Alex menendang meja kerjanya kencang, dan kembali meringis tertahan saat juniornya berdenyut kesakitan. Sembari menyebarkan sumpah serapah pada bibirnya, Alex memutuskan untuk duduk kembali pada kursi di balik meja kerjanya.

Bedebah! Alex tidak menyangka jika Deanna akan se-berani itu padanya tadi. Menghunuskan tatap tajamnya sebelum akhirnya menendang juniornya dengan sebelah lutut. Membuat ia harus jatuh tersungkur dengan posisi yang sangat memalukan. Sial!

"Aku benar-benar tidak akan pernah mengampunimu karena ini Deanna. Dan aku tidak akan pernah lagi memperlakukanmu dengan lembut! Argh!" Alex berteriak berang. Persetan dengan juniornya yang masih berdenyut ngilu, ia harus menghukum wanita lancang yang berani membuatnya sampai berjalan pincang seperti ini.

James yang berjaga di dekat pintu, langsung tersedak melihat tuannya berjalan dengan pincang sembari memegangi juniornya dengan sebelah tangan. Alex mendesah kasar "Sekali saja aku dengar kau mentertawakanku, aku akan jadikan kepalamu sebagai hiasan di atas perapian anjing-anjingku James." gertaknya tajam.

YOU'RE MINE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang