caffe.

936 117 3
                                    

Iqbaal memakirkan mobilnya di halaman rumah (Namakamu). Sedari tadi (Namakamu) tersenyum saat ia memandang hadiah yang si beri oleh Rike, yaitu Bunda nya Iqbaal. Bahkan sampai ia lupa bahwa Iqbaal berada di sampingnya, saat Iqbaal ingin bicara wanita itu sempat-sempatnya tidur.

“Dear. Udah sampai,” bisik Iqbaal di telinga (Namakamu). Gadis itu membuka matanya perlahan dan menatap Iqbaal yang ada di depan wajah nya.

“Hadiah dari Bunda mana?!” tanya (Namakamu). Iqbaal menarik nafasnya kasar dan memberi kotak kecil bewarna hijau tosca itu kepada (Namakamu).

“Bagus,” gumam (Namakamu) saat itu. Ia membuka sedikit kotak itu dan menaruh ke dalam tasnya.

Iqbaal yang merasa di cuekin pun ia kembali menutup pintu mobil tersebut dengan kencang yang membuat (Namakamu) tersentak. (Namakamu) tersenyum melihat Iqbaal yang memainkan handphone nya dengan wajah yang sangat abstrak.

(Namakamu) membuka perlahan pintu mobil itu dan membawa Iqbaal ke dalam rumah nya. Sudah pukul 11 malam, keadaan rumah sudah sepi dan hanya dua orang tersebut yang masih ada di ruang tamu.

Iqbaal duduk di sofa empuk dan membiarkan (Namakamu) berjalan menuju dapur. Iqbaal yang merasa sangat lelah pun ia merebahkan badannya dan memandang langit-langit ruangan tersebut yang bewarna putih.

Iqbaal memejamkan matanya sebentar. Sementara (Namakamu) sibuk membuatkan Iqbaal teh hangat. Tanpa ia tahu bahwa seorang kekasihnya sudah tertidur lelap di sofa. (Namakamu) kembali dengan membawa  dua gelas yang sudah terisi teh hangat.

(Namakamu) tersenyum renyah. Ia meletakkan nampan itu di atas meja, ia mendekati Iqbaal dan mengelus puncak kepala milik lelaki tersebut. Iqbaal menggerakkan kepalanya dan melihat wajah (Namakamu) disana.

“Kamu tidur di kamar aku aja ya, Dear? Kayak nya kamu cape banget. Nanti aku izin sama Bunda biar kamu disini dulu, baru besok pagi pulang. Gak ada kerjaan kan?” ujar (Namakamu) dan ia hanya mendapat gelengan dari Iqbaal.

“Sebentar aku telepon Bunda,” ucap (Namakamu) dan mengambil handphone di dalam tas bermerk Gucci.

“Hallo Bunda. Assalamualaikum, (Namakamu) mau minta izin Iqbaal disini dulu ya, Bun? Ini dia udah tidur ngantuk banget kayak nya,” ucap (Namakamu). Sedangkan Iqbaal hanya menatapnya.

“Iya sayang. Asal tidak merepotkan yaa,”

“Iya, Bunda. Makasih, Bun. Assalamualaikum,”

“Ayo ke kamar,” ajak (Namakamu). “Mau bikin anak yaa?” tanya Iqbaal dengan percaya diri.

“Bikin anak mulu tau nya!” balas (Namakamu) sambil menoyor kepala Iqbaal, hal itu membuat Iqbaal tertawa.

“Terus aku tidur dimana, Dear?” tanya Iqbaal. (Namakamu) menarik nafasnya. “Di kamar aku,”

“Seranjang? Asik!” balas Iqbaal semangat.

“Gak! Kamu di atas aku di bawah. Kan ada tiga kasur di kamar aku. Biasanya Dianty sama Amanda yang pake, sekarang kamu. Gantian,” ucap (Namakamu) dan di angguki oleh Iqbaal.

(Namakamu) menarik tangan Iqbaal dan Iqbaal mengikuti gadisnya dari belakang. Ia menaiki tangga untuk menuju kamar (Namakamu) yang berada di lantai dua.

(Namakamu) menghidupkan lampu kamar nya. Kamar yang penuh dengan warna hijau tosca, yakin lah bahwa (Namakamu) penyuka warna hijau tosca. (Namakamu) menutup pintunya dan ingin merebahkan badannya disana.

Hal itu di tahan oleh Iqbaal, lelaki itu membawa (Namakamu) ke pojok ruangan. (Namakamu) mundur perlahan dan tak di sangka ia sudah bersandar di dinding. Iqbaal tersenyum smrik yang membuat jantung (Namakamu) berdegup kencang.

ITCHY [IDR]Kde žijí příběhy. Začni objevovat