10. Gadis Misterius

7.5K 529 22
                                    

"gimana dek? Ada yang bully Lo nggak?" Pertanyaan yang tiba-tiba saja terlontar dari bibir Aldo membuat Nathan yang berjalan dengan gontai menatap wajah sang kakak yang sedang tersenyum lebar.

"Nggak" jawab Nathan ketus

"Yahhh, gue kan pengin Lo di bully" helaan napas kecewa terdengar dengan jelas di kedua telinga Nathan membuatnya seketika memanas

"Ngomong apa Lo tadi!" Pekik Nathan sambil berlari menangkap Aldo

"Nggak kena wle" ejek Aldo sambil memeletkan lidahnya

"Mandi sana, bau hih" ucap Aldo sambil mengapit hidungnya membuat Nathan mendengus kesal

"Awas Lo nanti" ancam Nathan sambil menyeret tas buluknya kedalam kamar

****

"Gimana ma, pa?" Tanya Mila tiba-tiba membuat kedua orangtuanya menatapnya bingung

"Gimana apanya?" Tanya Deci dengan bingung sambil menatap anaknya penuh tanda tanya

"Mela, udah ketemu?" Jelas Mila membuat Damian serta Deci menghembuskan napas berat

"Mila, dengerin mama. Mela sendiri yang keluar dari rumah kita, Mela sendiri yang milih buat ninggalin keluarga ini. Jadi mama mohon kamu stop mikirin dia." Ucap Deci dengan tegas

"Mila nggak mau tau, pokoknya Mela harus ada disini!" Ucap Mila tak terbantahkan

"Mila, kalaupun kita cari Mela, gimana nyarinya?" Tanya Damian yang sejak tadi terdiam menyimak perbincangan antara ibu dan anak itu

"Mela hilang sejak sepuluh tahun yang lalu, kamu nggak mikir sekarang Mela kayak gimana? Wajah Mela seperti apa? Kamu nggak mikir itu?!" Tanya Damian sambil menatap tajam Mila

Damian menghembuskan napasnya dengan berat

"Lupain Mela, anggap aja dia udah mati" ucap Damian dengan dingin membuat Mila menatapnya penuh dengan kekecewaan

"Papa ngomong apa barusan? Anggap Mela udah meninggal? Sampai jasad Mela belum ada Mila nggak akan percaya. Dan Mila nggak segila papa sama mama yang nganggep anaknya sendiri udah mati" pekik Mila dan detik itu juga ia berlari menuju kamarnya

"Apa lagi ini pa" tanya Deci dengan lirih

"Semua ini gara-gara anak pembawa sial itu! Keluarga kita jadi berantakan! Kalau nanti aku ketemu dia, aku bakal langsung bunuh dia detik itu juga" ucap Deci dengan dingin

Dan tanpa mereka sadari seseorang baru saja melihat dan mendengar semua pembicaraan yang terjadi di sini. Gadis itu menyeringai lantas mengambil sesuatu di laci kamarnya, setelah itu ia menatap benda itu dengan seringaiannya

Benda itu adalah pistol yang berwarna black silvernya, ia mengelus pistol itu dengan lembut. Pistol yang ia beli dengan harga fantastis yang jika ia menembak sesuatu maka benda tersebut akan hancur.

Pistol kebanggaannya ketika ia menembak atau membunuh seseorang, pistol yang terdapat tulisan namanya. Pistol itu, akan membunuh dua orang lagi.

Gadis itu menyeringai dengan lebar menambah kesan menakutkan, lalu ia mengetuk pelan pistol itu

"Tuhan, bolehkah aku bahagia dengan caraku sendiri? Yaitu dengan membalaskan seluruh dendamku!" Gumamnya dengan pelan dingin nan menusuk.

****

Ela berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah datar nan dingin serta tatapan mata yang tajam. Semua siswa maupun siswi yang berpapasan dengannya tampak menundukkan kepalanya ketika mata tajamnya menatap mereka. Tapi tak jarang ada siswa maupun siswi yang menatapnya penuh kekaguman

[1]  AMELAWhere stories live. Discover now