♪ ♬ 21 ♬ ♪

4K 383 41
                                    

Rencana untuk pindah ke apartemen itu benar-benar terlaksana, bukan hanya sekadar wacana belaka. Sebulan setelah urusan kemalingan di kosan Aga selesai, Surya langsung menyuruh seluruh pegawainya yang ngekos untuk pindah ke apartemen yang sudah ia sediakan. Iya, hanya untuk pegawai yang mengontrak saja, kalau masih tinggal di rumah atau malah sudah punya sendiri, tidak bisa. Selain keamanan, Surya juga ingin meringankan. Tidak ada yang tidak adil. Justru Surya adil. Yang punya rumah tidak perlu bayar uang kos, pun, yang kini tinggal di apartemen tidak perlu lagi bayar uang kos. Masalah, kalau si pegawai itu masih nyicil rumah, ya bukan urusan Surya.

Polisi yang menangani kasus kemalingan Aga itu bekerja dengan sangat cepat, hari ini melapor, besoknya sudah memberi kabar kalau pelakunya tertangkap. Tidak lain, kecurigaan Alfi dan Galuh memang benar, penghuni di daerah kosan Aga yang mejadi pelakunya. Tidak perlu dibeberkan alasannya apa, yang namanya mencuri, tetap perbuatan kriminal. Iba? Untuk apa Surya dan Evan iba pada orang yang melakukan kejahatan? Permintaan maaf tidak diterima, ia dipenjarakan, meski tidak lama. Jangankan Evan yang dingin, kalau sudah seperti ini, Surya bisa kejam juga.

Sebenarnya, kamar apartemen yang Surya sediakan juga tidak terlalu beda dengan kamar kos-kosan, mungkin hanya lebih lebar saja, spacenya lebih luas. Yang Surya pikirkan hanya keamanan dan kenyamanan pegawai-pegawainya. Itu. Masalah uang sewa apartemen, tidak terlalu Surya pikirkan, toh, game hasil kerja para pegawainya juga bisa menututupinya.

Hampir genap enam bulan mereka tinggal di apartemen, tidak jauh beda dengan kos-kosan. Paling hanya ada rasa bosan karena rasanya sejak melek mata sampai mau tidur lagi, yang dilihat, orangnya itu-itu saja. Tapi biarlah, hanya perasaan semata, toh, dengan tinggalnya di apartemen, mereka malah jadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan tidak jarang begadang sampai pagi hanya karena main game bersama. Biasanya di kamar Aga, karena hanya kamar Aga yang rasanya stok makanannya tidak pernah habis. Meski kadang animator yang lain yang datang juga membawa makanan.

Seperti hari ini, sekitar jam tujuh pagi, semuanya baru keluar dari kamar Aga dan kembali ke kamar masing-masing. Kantungmatanya menghitam. Karena sekarang hari Sabtu, makanya semalam mereka begadang demi main game. Mereka berempat, di kamar Aga, hanya untuk menamatkan game Zombie.

Handphonenya berdering nyaring, baru saja Alfi mau membaringkan tubuhnya di kasur, siap tidur, tapi deringan handphonenya itu buat Alfi harus menunda tujuannya. Dengan lemas ia mengjawab panggilan untuknya itu.

“Iya?”

“Sayang?”

“Oh.. Dear.. kenapa?”

“Kok lemes gitu?”

Alfi melirik jam dinding di atas tv gantungnya, setengah delapan. “Kenapa nelpon aku pagi-pagi begini Dear?”

“Loh? Kok kenapa? Kemaren kamu yang minta lho untuk jemput kamu pagi-pagi, aku udah di besmen ini.”

Alfi diam lagi sejenak, mengingat-ingat kapan ia pernah membuat janji seperti itu dengan Evan. Tapi terlalu lelah, Alfi tidak bisa berpikir, untuk mengingat juga sulit. “Dear.. sorry.. aku lupa. Aku ngantuk banget. Baru balik dari kamarnya Mas Aga.”

“Main game lagi?”

“Iya.. maaf Dear. Aku turun sekarang.”

“Nggak usah, nanti sore aja aku jemput ya? Kamu tidur aja. Udah makan?”

“Udah makan mie tadi subuh.”

“Sayang..”

Sorry Dear.. gamenya seru banget. Gak bisa ditinggalin. Besok gak lagi-lagi deh.”

Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang