15 . Jangan Salah Sangka

5 2 0
                                    

Jangan Salah Sangka

•Jerat Rindu•
Ig @windanur_halizah

****

Selamat dan semangat membaca!

Giana tampak berbeda. Jika biasanya dia pergi ke kampus lebih suka mengenakan celana bahan dengan kardigan panjang, hari ini Giana mengenakan gamis yang menjuntai.
Entah, Giana ingin sekali memakainya. Gamis ini adalah hadiah saat wisuda SMK nya dua tahun lalu dari Rasmi. Sebenarnya gamis ini satu set dengan jilbabnya namun Giana enggan memakai karena ukurannya yang terlalu lebar jadi dia menggantinya dengan pashmina senada.

Giana segera menutup pintu kamarnya saat jam menunjukkan 07.35. Setelah kejadian siang kemarin Giana tak keluar kamar sama sekali. Ada sedikit kecanggungan, apalagi nanti saat bertemu Ginanda. Rasanya belum siap.

"Gi, ayo sarapan!" Rasmi menginterupsi Giana saat gadis itu tak kunjung turun dari tangga.
Perlahan Giana menuruni tangga sambil mata yang bergerak kesana-kemari.

"Loh, kamu nggak kuliah?" Tanya Rasmi saat Giana sudah dekat dengan meja makan.
Giana mendudukkan diri,"Kuliah kok Uti."

"Oh.. nanti ada kajian ya?" Tebak Rasmi lagi. Baru Giana mengerti maksud neneknya, dia menunduk melihat apa yang dia kenakan.

"Giana lagi pengen pakai gamis Uti. Nggak pantes ya, karena nggak terbiasa." Giana nyengir lebar.

"Siapa bilang?. Cantik banget malah, bidadari aja pasti iri lihat kamu." Ucap Rasmi sambil mencubit kecil pipi cucunya. Giana tertawa juga disusul Rasmi. Selalu saja neneknya ini bisa mencairkan suasana.

"Kakak mana?" Tanya Giana sedikit ragu.

Rasmi langsung memegang. Pasalnya jarang sekali Giana menanyakan perihal kakaknya.
"Udah berangkat ke kantor, tadi pagi."

"Uhhuk..." Rasmi menyodorkan air pada Giana sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Pelan-pelan."

Giana mencebik, "Harusnya di rumah dulu, Kemarin aja baru pulang. Benci!" Inilah hal tidak Giana sukai dari seorang Ginanda. Dia selalu memaksakan dirinya untuk bekerja. Tidak sayang kah dia pada tubuhnya? Padahal tubuhnya juga butuh istirahat.

****

"Eh, maaf maaf.." Giana menangkupkan tangannya seraya memasang wajah panik pada orang yang di tabraknya.
Giana sudah telat lima belas menit. Dan ini jamnya pak Andi, dosen itu tidak segan mengusir muridnya yang terlambat.

Dengan tergesa Giana membuka pintu tanpa salam, "Maaf pak saya telat."

Semua orang yang ada di kelas kompak menoleh kerah Giana.

"Pak Andi-,"

"Telat delapan belas menit. Itu artinya kamu tidak berhak mengikuti kelas saya." Ucap dosen to the point.

Giana mendadak lemas. Giana beralih menatap teman sekelasnya satu persatu, mereka juga menatap Giana kasihan.

"Tapi pak sa-,"

"Kamu boleh ikut jam saya minggu depan, untuk saat ini silahkan pergi."
Giana hanya bisa menunduk lesu, dia sudah tahu apa yang akan terjadi jika terlambat kelas dosen Andi. Tapi Giana tak menyangka jika kejadian ini juga akan menimpanya.
Giana menghembuskan napas perlahan lalu mengangguk."Baiklah."

"Semangat Gi!" Seru salah satu temannya. Giana mengulas senyum lalu perlahan menutup pintu.

Giana berjalan gontai menjauhi kelasnya. Menyusuri koridor yang tak tentu arahnya, dia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Sampai Giana berada di pelataran masjid kampus Giana baru tersadar. Entah, seperti ada hal yang menuntunnya kemari.

Baiklah. Giana akan melaksanakan sholat Dhuha dan bermunajat kepada Allah agar hatinya tenang. Jauh di dasar hati Giana ingin membuka maafnya untuk orang tuanya meski Giana sadar pasti butuh waktu dan usaha yang keras. Tapi Giana akan berusaha meski dengan langkah yang pelan. Toh .. semua yang telah terjadi tidak dapat di ulang kembali, ini hanya sebuah takdir.

Giana duduk di teras masjid untuk melepas sepatunya. Udara yang sejuk dan suasana yang tenang membuat hati Giana tentram.

Saat hendak berdiri Giana tak sengaja melihat sosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi di seberang jalan sana, dengan seorang perempuan yang usianya sudah tak muda lagi yang juga menatapnya sambil menunjuk-nunjuk padanya. Apa yang mereka lakukan?

****

29 Juni 2020

Salam

Winda

Jerat Rindu ( Telah Terbit )Onde histórias criam vida. Descubra agora