-29-

1.5K 108 20
                                    

Hidup itu sekali, mati sekali, cinta sekali dan menikah itu boleh berkali-kali---hish! Tidak untuk Azri, Ghania akan memotong asetnya kalau prianya berniat menduakan Ghania.

Kenapa juga Ghania berpikir demikian, Azri itu cinta bangetan sama Ghania. Jadi enyahlah khayalan yang baru saja terlintas di otaknya.

Tidak jauh di depan sana, Ghania melihat jelas sosok Azri yang begitu menjulang tinggi. Tanpa sadar Ghania tersenyum, menatap punggung besar dan lebar milik Azri, kelihatan kekar dan kuat. Nyatanya prianya telah menyimpan banyak luka dan segala yang membebani dirinya. Tidak heran, sebab karena didikan papa Azri yang begitu keras pada putranya, telah menjadikannya sosok bengis, kelam dan tentunya tak terkalahkan.

Apapun yang Azri inginkan, harus bisa didapatkan. Termasuk jiwa, raga dan hati Ghania, kini Azri memang harus bersukur banyak-banyak terhadap Sang Maha Kuasa, karena bukan cuman memiliki, Azri telah berhasil mendapatkan cinta dari Ghania.

"Melamun?" Tepukan ringan mendarat di bahu kiri Ghania. Mengerjap, Ghania menoleh pada sosok wanita paruh baya yang sudah menempatkan diri duduk bersebelahan dengannya.

"Mikirin apa hm?" Beliau mengusap halus pipi gembul milik Ghania.

Ghania menggeleng lalu ikut balas tersenyum hangat pada beliau, sebelumnya Ghania harus menerima fakta baru dan mengejutkan kalau ternyata Mama Emy adalah Mama dari Azri.

"Mikirin Azri," tebak Emy tepat sasaran. Tertawa saja, Ghania menunduk malu-malu.

"Terima kasih ya sudah mau menerima segala yang ada pada diri Azri, putra mama memang banyak kekurangannya," ucap Emy tiba-tiba. Beliau menjangkau dan memegang lembut kedua tangan Ghania. Ghania terpengah. Memberanikan diri untuk balas menatap Mama Emy, beliau berkaca-kaca.

Menggeleng, Ghania balas berkata, "Harusnya, Ghania yang berterimakasih pada Mama. Terima kasih karena telah melahirkan putra sekuat dan seperhatian Azri. Mama harus tau kalau Azri itu adalah sosok yang begitu Ghania kagumi, lalu entah bagaimana secepat itu Tuhan mengabulkan keinginan Ghania yang ingin memiliki Azri seutuhnya, walaupun pertemuannya juga tidak terduga," kekeh Ghania, mendengarnya Emy makin tertarik.

"Seperti Azri juga, Ghania pun ingin terikat lebih erat pada Azri. Ma, Ghania benar-benar jatuh cinta pada Azri." Ghania tidak sedang membual, kata itu keluar tulus dari hatinya.

Emy tidak kuasa, pecah sudah tangisnya.

"Kemarilah." Emy merentangkan kedua tangannya, membuka diri untuk memeluk tubuh Ghania sangat erat dan penuh kasih.

Tanpa tau, bahwa interaksi keduanya sedari tadi telah diperhatikan lamat-lama oleh Azri. Melihatnya, bibir pria itu melengkung membentuk sebuah senyuman.

A & G

"Bosan," tegur Azri, berbicara tepat pada telinga kanan milik Ghania.

Keterkejutan Ghania bertambah saat dengan tiba-tiba Azri membopong Ghania di depan tubuhnya.

"Maaf ya, mas sibuk sekali seharian ini."

Ghania bisa apa selain mengangguk lemah, semua rencana yang Azri susun itu memang tidak terduga. Ghania bahkan baru tau kalau saja Mama Emy tidak menceritakannya duluan. Dan ternyata, rumah dan kamar yang Ghania tempati, semua itu milik Tuan Besar alias Bertoldi.

Azri itu kelewat misterius dan jujur Ghania tidak suka itu, prianya jadi memiliki kebiasaan kurang terbuka.

Dengan pelan, Azri menurunkan Ghania di atas sofa empuk yang terdapat di dalam kamar milik Azri.

"Besok, acarannya akan dimulai. Mas harap Ghania tidak gugup," ujarnya sembari menciumi kening Ghania.

Tangan Ghania mengalung ke leher Azri, posisi Azri membungkuk dengan Ghania yang duduk.

Tattoes? No Problem Or Problem [2]Where stories live. Discover now