Secret 25 - Trial and Error

1.8K 144 24
                                    

Sehabisnya dari kamar mandi, Kiya sempat melihat kembali kelasnya untuk memastikan apakah anak Menteng masih menunggunya di kelas atau tidak. Melihat keadaan kelas yang kosong dengan lampu yang sudah dimatikan, gadis itu lega, jika ternyata para sahabatnya sudah pulang. Sebenarnya dia juga tidak minta ditunggu.

Kiya menunggu Shaka selesai mengajar di lantai satu. Kebanyakan kelas, di jam-jam lewat ashar seperti ini biasanya sudah selesai sehingga lantai satu jadi satu-satunya tempat yang ramai karena masih banyak orang berseliweran. Satu jam yang dia habiskan untuk menunggu Shaka dengan memainkan Instagraam, tidak buruk.

Melihat satu jam sudah berlalu, Kiya yang melihat ini sudah jam lima, mulai beranjak berdiri dan keluar gedung fakultas. Tanpa melihat kalau Shaka, justru tepat berada beberapa langkah di belakangnya. Lobby sedang tidak begitu ramai tapi, ada juga mahasiswa yang masih nongkrong untuk merumpi dan mengerjakan tugas juga beberapa dari mereka yang mengucapkan salam begitu dia lewat. Dalam hati, andai Shaka bukan dosen rasanya dia ingin bilang, "Kiya, tungguin bentar ayo bareng."

Sesampainya di parkiran, Shaka tersenyum melihati Kiya bersandar di pintu samping kemudi. Menekan tombol buka kunci, bunyi bip dari mobil Shaka, ternyata membuat gadis itu terkejut. Kiya menoleh, baru sadar kalau ternyata Shaka di sini.

"Aku tadi ada lima langkah di belakang kamu. Ayo masuk." Arshaka masuk ke pintu kemudi sementara Kiya juga masuk dan duduk di kursi samping kemudi.

Arshaka mulai menghidupkan mobilnya. "Maaf nunggu lama, aku baru tadi banget beres ngajar. Kamu udah makan belum?" Ketika dia mulai melajukan mobil, mendapati Kiya tidak menjawab apapun Shaka menoleh, agak kaget mendapati jika pacarnya tengah melihatnya. "Dek, kamu udah makan belum? Makan dulu mau?"

"Harusnya aku yang tanya kakak, kakak udah makan atau belum?" Mungkin kedengarannya lebay tapi tahu kalau Shaka punya magh, Kiya justru khawatir kalau pacarnya ini telat makan. "Aku udah makan, Menteng ditraktir Yangyang tadi. Pasti kakak yang belum makan, kan? Pecel lele di tempat biasa? Apa mau drivethru?"

Kelihatannya bagus tapi Arshaka tahu, setiap salah paham, harus diperbaiki. Kiya perhatian serta tahu benar dirinya seperti biasa, mereka bertindak seperti biasa.

Tapi tentunya, itu tidak benar. Mereka bertindak biasa saja, menutupi segala kesalahpahaman yang mereka punya. "Makan di Upnormal aja, mau nggak? Bukan malam mingguan, sekali-sekali tapak tilas di luar tanggal jadian, gak apa-apa kan?"

***

"Bil, lo pernah kepikiran, nge-kos gak?" tanya Echan diantara kemacetan di jalan menuju rumah Nabil. Biasanya jalan ke rumah Nabil tidak pernah semacet ini. Sempat menguping dari tukang parkir swalayan di dekat mereka, katanya ada razia.

"Nggak, Chan," jawab Nabil jujur. "Gue nggak pernah kepikiran soalnya ya mama gue gak ngizinin gue nge-kos. Mana masih satu kota juga, ngapain nge-kos."

Echan terkekeh. "Gue masih orang Bandung, tapi buktinya, gue nge-kos."

Ucapan Echan membuat Nabil merotasikan matanya jengah. Gadis itu tanpa Echan sadari, sedaritadi sibuk membenarkan helm-nya Echan yang sesekali melorot turun karena kebesaran di kepalanya. "Tolong, rumah lo di Cimahi ya masa aja dug-dag segala dari sana ke kampus." Karena sudah kesekian kalinya dia membenarkan helm-nya Echan, Nabil berdecak. "Ngomong-ngomong, awalnya gue masih sabar."

Laki-laki itu menengok sekilas, ke Nabil. "Sabar apaan?" Merasa helm yang dikenakannya terbentur dengan helm yang dipake Nabil, Echan bertanya, "Gue dari tadi masih sabar, Bil. Eta helm maneh ngagedug-gedug wae ka helm urang, siah."

*(Bil, itu helm lo keadu terus sama helm gua)

"Helm lo kegedean sumpah di kepala gue, Chan," gerutu Nabil. "Ini beneran helm lo atau helm-nya siapa, sih? Sumpah ya, ini helm, gede banget tau di gue."

How to Keep This Secret? [KDY-END]Where stories live. Discover now