04~Perasaan Romantis

507 91 1
                                    

"Kamu itu kenapa sih? Dari semalem aku liat melamuuun terus," tegur Wonu yang sedaritadi memerhatikan Resha.

Resha menghela napas lalu memasang ekspresi datar. "Apa memahami orang lain itu sesulit mencintainya?" tanyanya.

Mengerutkan dahi, Wonu tak mengerti ke mana arah tujuan pertanyaan yang dimaksud Resha. Tapi setidaknya ia akan mencoba untuk menjawab.

"Memahami itu sama aja seperti kamu mengenal diri kamu sendiri. Kamu harus tau, mencintai seseorang berarti terhubung secara emosional dengan perasaan orang lain dan nggak hanya memikirkan diri sendiri. Tapi, mencintai orang lain bukan berarti mengabaikan kepentingan sendiri. Kalau kamu udah ngerti hal ini, artinya kamu bisa memahami dia."

Wonu menjelaskan menggunakan bahasa yang bisa Resha terima. "Jadilah diri sendiri dan biarkan dia juga menjadi dirinya sendiri, karena mencintai itu nggak harus merubah karakter seseorang. Itu namanya bukan cinta tapi obsesi," lanjutnya.

Mendengar penjelasan Wonu, membuat Resha menjadi lebih berpikir. Kalau memang ia mencintai Dante, bukan berarti ia harus selalu memikirkan perasaannya saja. Tapi, dirinya juga. Sebab, Resha merasa selama ini hanya ia yang mengerti pria itu.

"Kenapa diem aja? Ngerti nggak sama jawaban aku?" tanya Wonu.

Sedikit tersentak, Resha mengangguk mantap. "Kak Wonu emang panutan dalam hal cinta. Tapi, kenapa kakak belum punya pacar juga?"

"Pacar mah gampang didapetin, tapi seseorang yang bisa memahami kita itu yang sulit. Aku bukan nggak punya tapi lagi memilah," sahut Wonu sambil terkekeh pelan.

Resha tertawa mendengar jawaban Wonu. "Alasan aja itu mah, sebenernya nggak ada yang mau sama kak Wonu 'kan..." godanya.

"Yeee, terserah kamu aja!"

Baru saja Resha ingin membalas ucapan Wonu tapi tak jadi karena bel rumah terdengar.

Ting~ Tong~

"Siapa ya?" gumam Resha sambil melihat Wonu.

Wonu hanya menggedikkan bahunya. "Udah jam sepuluh malem lho. Mama kamu mungkin," jawabnya.

"Nggak mungkin, Mama biasanya langsung masuk 'kan bawa kunci." Resha beranjak dan menghampiri pintu utama.

Terlihat dari jendela, punggung dari sosok laki-laki yang sangat Resha kenal. Bahkan gadis itu sudah panik dan menghampiri Wonu.

"Kak, tolongin aku dong!"

Wonu ikut panik. "Ada apa? Kenapa?"

"Itu, ada orang di depan."

"Iya tau, tapi siapa? Maling?" Wonu memasang ekspresi khawatir dan takut.

Menggeleng cepat, Resha malah mondar-mandir di depan Wonu. "Bukan kak, itu di depan ada Dante, pacar aku."

"Astaga! Kirain apaan!" protes Wonu lalu kembali duduk. "Ya udah bukain sih, gitu aja panik."

"Tapi aku lagi ngambek sama dia."

Wonu mencebik. "Ck, nanti nyesel aja kalau dia pergi. Jangan selalu ikutin ego, Cha. Udah sana buruan," sahutnya.

Setelah memikirkannya dengan matang, akhirnya Resha membukakan pintu untuk Dante.

"Dante..." sapa Resha.

Dante yang tadinya membelakangi Resha pun berbalik badan dan menghadap gadis itu. Hal pertama yang Resha lihat adalah senyuman lebar dari sosok Dante, hingga kedua matanya menyipit. Lalu Dante memberikan setangkai bunga Lily dan satu paper bag.

"Jangan ngomong dulu, apalagi terharu. Masih ada lagi," ucap Dante tiba-tiba.

Resha hanya mengangguk dan memerhatikan gerak-gerik Dante. Ternyata pria itu mengambil gitar yang ia senderkan di samping pintu. Lalu ia menyanyikan sebuah lagu Teman Bahagia - Jaz.

Takkan pernah terlintas
Tuk tinggalkan kamu
Jauh dariku, kasihku

Takkan pernah terlintasTuk tinggalkan kamuJauh dariku, kasihku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena aku milikmu
Kamu milikku
Separuh nyawaku
Hidup bersamamu

Dante menatap Resha lalu menyunggingkan senyumnya.

Berdua kita lewati
Meski hujan badai takkan berhenti (takkan berhenti)
Sehidup semati
Mentari pun tahu
Kucinta padamu

Seketika, memori lalu tentang pertemuan pertama mereka berputar begitu saja di pikiran Resha dan Dante.

Percaya
Aku takkan ke mana-mana
Aku kan selalu ada
Temani hingga hari tua

Percaya
Aku takkan ke mana-mana
Setia akan kujaga
Kita teman bahagia

Dante menghentikan permainan gitar dan menyanyinya, lalu menatap Resha dalam diam hingga beberapa detik kemudian.

Resha tak lagi bisa menyembunyikan rasa harunya, ia mencoba untuk biasa saja tapi tidak bisa. "Suara kamu fales banget, Dan," ucapnya sambil terkekeh pelan.

"Tapi, aku suka..." lanjutnya.

Mendengar itu, membuat Dante tersenyum simpul. Malu-malu ia menatap manik hitam Resha dan berkata, "maaf untuk aku dan kamu. Aku nggak bermaksud berbohong soal Hana, sahabatku. Dan tadi di kampus, aku sama kak Vivi nggak ada apa-apa, kami hanya membicarakan soal baksos."

"Dan..." Dante meletakkan gitarnya lalu menggenggam tangan Resha, "aku akan mengubah kebiasaan burukku. Seharusnya aku menjelaskan lebih awal dan nggak berpikir kalau kamu pasti ngertiin aku. Aku minta maaf..."

"Minta maaf itu perlu, tapi aku nggak mau kamu mengatakan kalimat itu setiap saat. Aku tau apa yang kamu pikirin, aku juga paham maksud tindakan kamu. Tapi, kita menjalin hubungan ini bukan sendirian, ada dua hati dan kepala yang mungkin ada pemikiran atau perasaan yang beda. Jadi, sebisa mungkin komunikasi kita harus dijaga, Dan."

Dante mengangguk. "Aku sayang banget sama kamu, Cha. Semoga di tahun-tahun berikutnya, kamu dan aku masih menjadi kita."

"Semoga ya, Dan. Aku juga sayang sama kamu." Resha menatap Dante, "jadi ini cara kamu ngasih kejutan satu tahun kita jadian?"

"Kenapa? Kamu nggak suka ya? Apa kurang romantis?"

Tertawa, Resha benar-benar dibuat gemas oleh kekasihnya itu. "Kamu belajar ini darimana? Kaku banget sih."

"Romantisnya kamu itu, ya dengan cara kamu. Aku suka," lanjutnya.

Dante tersenyum senang, lalu berkata, "ini aku nggak disuruh duduk? Pegel tau berdiri terus."

"Ya ampun, Dan, aku lupa. Ayo masuk." Resha membawa bunga dan paper bagnya. "Oh iya, kamu tau rumah aku darimana? Ya ampun setelah setahun akhirnya aku izinin kamu ke sini."

"Aku di sini aja, Mama kamu belum pulang?" Dante duduk di kursi yang ada di teras. "Tau dari Juna, dia tadi ke sini sama aku tapi pergi lagi ada urusan katanya."

Akhirnya mereka berdua berbincang berdua di teras depan, sedangkan Wonu tertidur di sofa ditemani oleh televisi yang masih menyala.

***

Uvv Danteee hhehe gemeeezzzz ><

©®ayspcy, 2k21

Ayo, Saling Melupakan | Lee Dokyeom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang