13. Mati Listrik?

583 120 13
                                    

“Kak, kok gak bilang aja ke Ryujin?”tanya Jeongin.

“Gue gak mau kita ngerepotin orang lain lagi!”tanggap Bangchan.

“Tapi kak, yang ini beda,”

“Jeongin, selama Felix baik-baik aja, kita fokus cari si pembunuh atau masalahnya makin rumit!”tegas Bangchan.

Semuanya terdiam. Percuma ikut campur jika Bangchan sudah setegas itu. Seungmin menepuk pelan bauh Jeongin, berusaha menghentikan si bungsu sebelum Bangchan semakin kesal karena semua keluhannya. Mereka tentu kenal seperti apa Bangchan itu.

“Udah Jeong, cukup!”ucap Seungmin.

Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Untunglah bus yang mereka tumpangi saat ini hanya diisi oleh mereka, sehingga perdebatan tadi tak perlu didengar oleh orang lain selain mereka. Sementara itu diam-diam Felix merasa sdikit takut. Sudah dua orang yang menanyakan keadaannya hari ini seakan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi padanya.

Hyunjin yang menyadari ekspresi tak mengenakkan Felix sejak tadi segera merapatkan tubuhnya pada pemuda itu sembari mengusap bahunya pelan.”Tenang aja, kalo ada apa-apa, langsung ngomong ke kita, biar lo gak takut sendirian!”hibur si pemuda Hwang.

“Ngomong-ngomong, Changbin sama Jisung lagi ngapain ya di asrama?”tukas Minho basa-basi.

“Gak ada pertanyaan lain apa?”balas Woojin.

“Mau nanya apa?”

“Makan apa ya nanti malem?”

“Makan mulu,”

“Kalo gak makan, laper terus mati,”final Woojin yang disambut tawa pelan Minho.

Tak ada lagi yang membuka pembicaraan. Mereka terdiam. Bus kembali terasa sepi. Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Satu per satu keluar dari bus dengan ekspresi yang hanya bisa dimengerti oleh masing-masing dari mereka.

Mereka harus berjalan sedikit melintasi sebuah jalan setapak sebelum kemudian sampai di asrama. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati asrama mereka tampak gelap dari luar. Bangchan menjadi yang pertama bergegas mengetuk pintu asrama dengan kasarnya.

“Bin! Sung! Kalian di dalem gak?”teriak Bangchan.

Yang lain panik. Mereka berpencar ke beberapa sisi asrama untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mengintip melalui celah jendela rasanya tak membantu karena penghilatan mereka tak bisa menembus kegelapan didalam sana.

“Kak Changbin! Jisung!”panggil Seungmin menggantikan Bangchan mengetuk-ngetuk pintu asrama.

“Mereka kok gak ada respon ya?”khawatir Bangchan.

“Mungkin mereka gak di asrama?”tukas Jeongin.

“Iya, mungkin lagi keluar kak,”tambah Felix.

Hyunjin, Minho dan Woojin yang sempat berkeliling ke sisi lain bangunan asrama nampak lesu tak mendapatkan hasil apapun. Langkah mereka gontai kembali ke tempat semula, menatap yang ada di sana dengan gelengan kepala.

“Terlalu gelap, kita gak bisa liat apa-apa, ruangan lain juga lampunya mati semua!”lapor Minho.

“Tuhkan, mungkin lagi diluar kak,”seru Jeongin.

“Mereka pasti ngabarin kalo mau keluar, kunci asrama kan mereka yang bawa,”ujar Woojin.

Hyunjin berinisiatif menelepon kedua pemuda itu, namun tak ada jawaban sama sekali. Beberapa kali ia mencoba, masih saja tak dijawab.

Tiba-tiba terdengar teriakan samar dari dalam asrama. Semuanya seketika diam membeku, berusaha mencerna suara sepersekian detik tadi. Atensi mereka terkunci sepenuhnya pada pintu utama asrama. Bagaimanapun, suara teriakan itu terlalu jelas milik Changbin dan Jisung.

THE BOX || Stray KidsWhere stories live. Discover now