-

9K 356 20
                                    

"Akhirnya!" Kaia menyeru semangat lalu memeluk Septa erat. Keduanya yang baru saja pulang sekolah sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Kakek Sanjaya. Motor Septa dipacu dengan kecepatan sedang, dan angin yang berhembus mengenai wajah cantik Kaia terasa lebih menyegarkan hari ini, mungkin karena akhirnya, hari ini ia akan tidur kembali di rumah Kakek Sanjaya.
"Kenapa kamu?" Tanya Septa heran melihat Kaia cengengesan di belakangnya, dan juga, tidak biasanya gadis itu memeluk Septa seperti ini.
"Kangen! Hehe! Sudah lama enggak tidur sekamar lagi ya!" Kaia memerah manggut-manggut.
"Kamu kan cuma baru pergi beberapa hari?"

Hah... Kaia melepaskan nafas panjang. "Memangnya kamu enggak kangen ada aku tidur di sebelahmu? Hmmmm?" Septa yang digoda dan dipeluk erat Kaia memalingkan wajahnya kembali menghadap jalan. "Ahaha, masih enggak berubah ya." Kaia yang melihat kelakuan Septa hanya bisa cengar-cengir memaklumi. Tapi, tetap saja gadis cantik itu mengeratkan pelukannya ke Septa yang sedang mengendarai motor.

Tiba di rumah, Kaia, Septa, Kakek Sanjaya serta Mbah Kasmirah duduk berkumpul di meja makan. Kakek Sanjaya yang melihat Kaia menyipitkan matanya, tahu ada sesuatu yang berbeda di diri Kaia. "Kalian telah melakukan sesuatu ya?" Tanya Kakek Sanjaya bolak-balik menatap Kaia dan Mbah Kasmirah. Sosok Mbah Kasmirah hanya mengangkat bahu dan kemudian menatap Kaia, seakan melempar pertanyaan itu untuk dijawab Kaia sendiri.
"Iya Kek!" Kaia mengangguk semangat, "Sekarang Kaia sudah bisa melakukan sesuatu! Kaia bukan beban! Kali ini, Kaia yang akan melindungi Septa, dan Kakek Sanjaya kalau ada apa-apa!" Gadis itu mengepalkan tangan erat dan matanya berbinar-binar menatap penuh kebanggaan atas pencapaian dirinya.

Namun, wajah Kakek Sanjaya terlihat justru kebalikannya wajah Kaia. Wajah pria tua itu nampak kusut dan matanya menyorot tajam, ke arah Kaia. "Kamu sudah melakukan kesalahan Kaia! Tidak ada untungnya bersekutu dengan setan untuk melawan setan! Cepat atau lambat kamu akan menyesalinya!" Kaia terdiam dan menunduk, baru kali ini Kakek Sanjaya berbicara dengan nada setinggi itu padanya.
"T- Tapi Kaia hanya ingin membantu Kek ..." Kaia menggigit bibir, "Kaia tidak ingin menjadi tidak berguna! Hanya bisa melihat orang-orang yang Kaia sayangi disakiti!" Kaia kemudian terpejam lalu teringat akan sosok Lulu dan juga kedua orang tuanya. Andai saja, andai saja dulu dia bisa melakukan sesuatu seperti sekarang, pasti rasa penyesalan yang menyesakkan dadanya itu tidak akan menyiksa seperti ini.

"Biarkan dia Sanjaya." Mbah Kasmirah angkat bicara memotong. "Kaia sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan."
"Tidak! Kamu pasti mempengaruhinya bukan? Aku sudah berjanji kepada orang tua Kaia untuk melindungi Kaia dari segala macam hal ghaib! Tapi sekarang, Kaia malah terjun berteman dengan mereka!" Kakek Sanjaya nampak melotot menatap Mbah Kasmirah. Kedua orang tua itu pun saling adu tatap yang membuat suasana dapur menjadi lebih canggung. "Hal seperti apa yang sudah kamu lakukan demi membayar persekutuan dengan setan begitu Kaia?"

Kaia menunduk. "I- Itu ..." Gadis itu tak bisa mengatalan ritual-ritual seperti apa yang telah dilakukannya. "Tapi! Kakek bukannya juga melakukannya demi melindungi Septa!? Kenapa Kaia tidak boleh ikutan!?" Dibentak Kakek Sanjaya membuat Kaia tidak terima. Aku melakukannya demi Septa juga!? Kenapa dianggap salah!?
"Sudah. Kek, Kaia." Septa angkat bicara, dan semua yang di meja makan pun terdiam menatapnya. Hah... Semua yang terpancing emosi menarik nafas menenangkan diri, lalu menelan jauh-jauh kata-kata yang mau diteriakkan berikutnya.

Setelah diam dalam waktu beberapa menit sampai mereka semua sudah selesai menghabiskan makan malam, Kakek Sanjaya melihat sebuah buku yang tadi sebelum makan malam dimulai ikut diletakkan Kaia di atas meja. "Terus, itu buku apa? Ada yang mau kalian sampaikan lagi?" Kakek Sanjaya menatap Kaia dan Mbah Kasmirah bergantian, dengan nada suaranya yang sudah menjadi datar setelah menarik nafas menenangkan diri.
"Kaia menemukan cara untuk menghentikan Ratu." Jawab Mbah Kasmirah.
"Dengan cara bersekutu dengan setan sebanyak-banyaknya lalu menantang Ratu? Itu tidak mungkin!" Seru Kakek Sanjaya yang kemudian menelan ludahnya ketika melihat Mbah Kasmirah menggelengkan kepala.
"Kaia," Panggil Mbah Kasmirah, meminta Kaia untuk menjelaskan.

Panggilan Ratu Laut SelatanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora