WANG? WHO?

232 20 15
                                    

"Wis kebacut AMBYAR, AMBYAR koyo ngene
manise janjimu, jebule mung ono lambe~
Wis kebacut AMBYAR, AMBYAR koyo ngene~"

"Woe, Sobat Ambyar! Hp lo bunyi tuh!" Coky menjerit nyaring dari balik pintu kamar mandi. "BAS!"

"Apaan?" Coky ini. Bastian kan sedang asyik sampoan. Jarang-jarang dia mendapat jatah libur. Ini yang pertama sejak tiga bulan terakhir. Jadi, Bastian ingin menikmati dengan baik.

Yang pertama, tentu saja mandi dengan tenang. Karena selama ini Bastian selalu mandi seperti orang dikejar-kejar penagih hutang. Super kilat.

"Wis kebacut AMBYAR, AMYAR koyo ngene~"

"Alamak jaaang!!!" Coky menjerit lagi. Sumpah, dia benci sekali lagu ini. Tapi teman satu kontrakannya itu sangat amat menyukai Didi Kempot. Bahkan Bastian punya panggilan sayang untuk idolanya tersebut.

Lord Didi.

Sinting memang. Tapi itulah Bastian. Nama dan wajah boleh kokoh bule, tapi seleranya sungguh pribumi sekali. Boleh cek playlist di ponselnya, Coky berani bertaruh kalau yang Bastian punya hanya lagu-lagu legend milik Lord Didi.

Bocah kampung!

Cklek. Bastian keluar dari kamar mandi, dengan handuk berbalut di pinggang. Rambutnya masih basah, sikat gigi juga masih berada di dalam mulut, dengan busa-busa menjijikkan di sekitarnya.

"Apwa?" tanyanya kesal. Ini si Coky kalau bukan sobat baiknya, sudah dia usir sejak lama. Cerewet minta ampun.

"Hp lo bunyi. Bos lo nelepon!"

"Ha?" Bastian cepat menyambar ponselnya yang sekarang sudah kembali diam. Dilihat ada enam belas panggilan tak terjawab dan semua dari bosnya. Kepala satuan keamanan yang menaungi tempatnya mengais nafkah.

Jemari Bastian bergerak cepat. Ini tidak biasa. Tumben sekali bosnya menelepon sampai sebanyak ini. Apalagi di hari liburnya. "Halo, Pak?"

"Bastian, bisa datang ke kantor sekarang?"

Loh, tumben bosnya agak lunak begini. Biasanya, jika ada bawahan yang dua kali saja tidak mengangkat panggilannya, pasti Pak Tua itu sudah mencaci maki panjang lebar. Seluruh isi kebun binatang pun akan diabsen dengan sempurna. Tanpa terlewat.

"Ada apa ya, Pak? Ini kan masih jatah libur sa-"

"Datang sekarang!"

Nah ini baru bos-

"Ah, maaf." Maaf? Bastian benar-benar dibuat bingung. Ini bosnya bukan sih? "Bastian, kamu tolong datang ke kantor sekarang, oke? Saya tunggu satu jam lagi. Lebih cepat lebih baik." Klik. Sambungan telepon terputus. Meninggalkan Bastian dengan lipatan jidat yang makin bertambah.

"Bos gue kesambet apaan deh?!" ujarnya heran. Memancing kekepoan Coky si biang gosip.

"Ngape?"

"I don't know."

"Halah sok bule lo! Sobat ambyar ini!" dengus Coky bete. "Itu tadi bos lo kenapa? Lo disuruh ngantor? Bastian mengangguk. "Lah, kaga jadi nemenin gue dong?" Bastian mengangguk lagi. "Halah!"

"Bacot!" Bastian tak lagi mendengar gerutuan Coky. Karena lelaki itu sudah masuk ke kamar mandi lagi. Tak sampai satu menit, Bastian kembali keluar. Dia harus bersiap. Pasti ada sesuatu yang terjadi sampai-sampai bosnya jadi agak segan begitu padanya. Tapi apa?

**

"Jadi maksud Bapak, saya dipecat?"

Bastian masih menunggu dengan sabar. Dia sudah duduk di depan bosnya ini sejak lima menit lalu. Dan baru saja tahu-tahu bosnya bilang dirinya dipecat.

WIFE FROM ANOTHER WORLD (yizhan vers)Where stories live. Discover now