13. Apart

141 19 6
                                    

Begitu memasuki kamar Niall, akupun langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah serta menyikat gigiku. Setelah itu mengambil pouch yang berisi peralatan skincare-ku dari dalam tas yang kubawa dan berdiri di depan cermin yang ada di dalam walk-in closet milik Niall.

Kudengar pintu kamar ini terbuka, aku tidak bisa melihat siapa yang membukanya namun bisa kupastikan jika itu adalah Niall.

"Babe?" kudengar suaranya memanggilku.

"Disini!" pekikku agak keras.

Aku baru saja selesai mengoleskan krim malam, step terakhir dari rangkaian perawatan wajahku pada malam hari. Aku hanya tinggal memakai pelembab bibir agar bibirku tidak kering pada pagi hari.

"Apa yang kau lakukan?" Niall berjalan menghampiriku kemudian memelukku dari belakang.

Aku memperhatikan pantulan diri kami di cermin, Niall menopangkan wajahnya dipundakku. Matanya menatap berbagai macam produk skincare milikku yang sudah keluar dari tempatnya.

Ia sedikit menjauhkan wajahnya dari pundakku, tapi tak melepaskan pelukannya. "Alright, your night routine. Apa aku mengganggumu?" sebelum aku menjawab pertanyaannya yang sebelumnya, ia sudah menjawabnya sendiri.

Aku menggeleng sebagai jawaban sambil mengoleskan pelembab bibir beraroma raspberry pada bibirku, kulihat Niall memperhatikan apa yang kulakukan ini dengan seksama.

"Kau mau juga?" tanyaku membuatnya sedikit tersentak.

"Tidak, itukan untuk perempuan." tolaknya.

"Siapa bilang? tidak ada yang melarang jika kau ingin menggunakannya juga." jawabku terkekeh.

Niall tergelak, "Tidak, aku tidak ingin menggunakannya." ucapnya.

Membereskan peralatan skincare-ku seperti semula, Niall kemudian melepaskan pelukannya padaku dan berjalan keluar dari walk-in closet menuju kamar mandi. Sedangkan aku langsung membaringkan tubuhku pada sisi kanan ranjangnya, nyaman sekali.

Sambil menunggu Niall untuk bergabung bersamaku di ranjang ini, aku mengambil ponsel yang berada di nakas sebelah kananku. Mengecek beberapa notifikasi yang masuk serta membuka instagram, tak banyak yang menarik sebenarnya.

Niall keluar tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh bagian atasnya, wajahnya terlihat sedikit sayu serta rambutnya sedikit tidak beraturan.

Menyudahi kegiatanku pada ponsel, aku kembali menguncinya dan meletakkannya di nakas. Niall mulai bergabung kedalam selimut sambil tersenyum menatapku.

"Kemarilah, ada yang ingin kubicarakan denganmu." Ia merentangkan kedua tangannya lebar, memintaku untuk masuk dalam dekapannya.

Akupun semakin mendekatkan tubuhku dengannya, hingga akhirnya ia mendekapku dengan erat. Bagian atas tubuhnya yang tidak dilapisi apapun memberikan sensasi hangat yang sangat membuatku nyaman berada di posisi ini dengannya.

"Ada apa?" tanyaku penasaran.

Niall menempelkan pipinya diatas dahiku, sementara kedua tangannya mengusap lenganku dengan lembut. Sejujurnya, perlakuannya ini membuatku mengantuk.

Another WorldDonde viven las historias. Descúbrelo ahora