19. A Card

113 18 9
                                    

Ashley's POV

Setelah menghabiskan waktu selama beberapa jam di area London Eye, aku dan Niall akhirnya memutuskan untuk pulang. Melihat Brielle juga sudah tertidur dengan pulas dalam gendongan Niall, gadis kecil itu pasti merasa lelah akibat berlari kesana kemari.

Niall menaruh Brielle dengan hati-hati di car seat-nya, beberapa kali juga ia nampak ragu untuk menurunkan Brielle akibat gadis kecil itu terus menggeliat dan Niall tidak ingin membangunkannya.

"Turunkan dia dengan hati-hati, Brie bukan tipe anak yang mudah untuk bangun dari tidurnya." aku berbisik pelan.

Dari kursi depan, aku sedari tadi menunggu Niall untuk menidurkan Brielle pada car seat namun lelaki itu tak kunjung melakukannya.

Niall akhirnya mengikuti ucapanku, dan dengan hati-hati ia memasangkan sabuk pengaman untuk melindungi tubuh Brielle. Setelah itu, barulah ia bernafas lega dan menutup pintu mobilnya dengan perlahan.

Duduk dikursi kemudi tempat dimana seharusnya ia berada, ia mulai menyalakan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan standar menuju hotel yang ditempati keluargaku.

"Apa kau yakin tidak ingin membawa Brie menginap di apartemenku saja?" tanya Niall.

Aku menggeleng, bukan aku tidak mau tapi aku sudah tahu bahwa kecil kemungkinan Elijah mengizinkannya. "Sedari tadi Claire saja sudah mengirimkan pesan agar kita cepat-cepat mengembalikan putrinya." jawabku diiringi tawaan kecil.

Niall ikut tertawa pelan, entah mengapa aku merasa dirinya jauh lebih rileks dibandingkan sebelumnya. Terutama ketika ia baru saja keluar dari toko souvenir milik Megan.

"Kau sepertinya sudah memiliki ikatan yang kuat dengan keponakanku, eh?" gurauku.

"Brielle mengingatkanku pada keponakanku di Irlandia." Niall terkikik, namun ia tak mengelaknya.

Mengetahui fakta jika ia memilik keponakan kecil seperti diriku membuatku penasaran, sejujurnya ia belum pernah menceritakan apapun mengenai keluarganya padaku.

"Oh iya? kau tidak pernah menceritakannya padaku, Nialler."

Niall melirikku dari ujung matanya. "Kau tak pernah bertanya."

Dasar, lelaki ini.

"Kalau begitu ceritakan padaku, sekarang." ujarku menuntut.

Niall terkekeh sebelum membuka suaranya, "Jika itu yang kau mau,"

"Aku memiliki keponakan bernama Theodore, namun kau bisa memanggilnya Theo agar lebih singkat." Ia memulai ceritanya. "Sebenarnya Theo sudah tidak termasuk balita lagi, umurnya sudah tujuh tahun. Tapi, sewaktu kecil kelakuannya persis sekali seperti Brielle, itulah yang membuatku gemas."

"Apa kau memiliki fotonya di ponselmu?" tanyaku semakin penasaran. Aku terdengar seperti wanita yang sedang berambisi memiliki sebuah momongan, bukan?

Niall mengangguk, "Akan kutunjukan nanti."

Kami sampai pada lobby hotel, kali ini Niall membiarkan mobilnya diurus oleh petugas Valet. Sebelum aku sempat mengambil Brielle, Niall sudah lebih dulu melakukannya. Aku hanya tersenyum melihat sisi lain dari dirinya yang ternyata sangat bertanggung jawab dan protektif terhadap anak kecil.

Kami menaiki lift, menuju kamar Elijah dan juga Claire. Jam masih menunjukan pukul setengah sepuluh malam, kuharap mereka belum tidur. Begitu sampai didepan pintu, aku sengaja memencet bel dengan tidak sabaran.

Niall hanya memperhatikan tingkahku dengan kekehan kecil, mengetahui jika aku melakukan hal ini hanya untuk menggangu kakakku. Tak lama pintu terbuka, menampakan wajah Elijah yang setengah kesal.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang