3.Hasil Seleksi

6 0 0
                                    


"Barvi." panggil Arga.papa Barvi.

"Iya pah?kenapa?" tak menunggu waktu lama Barvi langsung menghampiri papanya,lalu menyalaminya.

"Gimana perkembangan belajar kamu?"

"Baik." jawab Barvi seadanya lalu pergi ke rak sepatu.

"Kamu masuk tiga besar calon ketua osis?"

"Sekarang pengumumannya," jelas Barvi sambil menguatkan tali sepatunya.

"Pokoknya papa ga mau tau,kamu harus dapat sertifikat ketua OSIS.Itu bakalan ngebantu kamu buat jadi pimpinan perusahaan di kantor papa.Kamu bakalan terlihat lebih pantas,berwibawa,dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat karena kamu sudah memiliki banyak pengalaman."

"Kalo Barvi gagal jadi ketua osis?" tanya Barvi mewanti-wanti.

"Kamu harus bisa! Kamu ga boleh kaya papah,cuman jadi bawahan.Jadi pimpinan perusahaan itu kan mesti dilatih dari sekarang,ga bisa seenaknya dinanti-nanti." jelas Arga lalu mengsruput kopinya.

"Aku udah mikirin pah,kalopun suatu saat aku jadi pimpinan perusahaan,aku bakalan pimpin perusahaan aku sendiri.Bukan pimpinan perusahaan orang lain,kalo aku jadi pimpinan perusahaan orang lain,sama aja aku ada di bawah,disuruh-suruh.Contohnya KM di sekolah,dia mimpin kelas,iya sih dia pemimpin,cuman dia diatur lagi sama guru,kepala sekolah.Ngerti ga pah?" jelas Barvi.

"Jangan menggurui papah kamu,sana pergi sekolah.Belajar yang bener!"

Barvi mengambil kunci motor yang ada di meja makan,lalu pergi.

***

Hari ini Risyi mengantarkan ayahnya ke bandara berasama bunda dan Bulan.

"Ayah,nanti kalo udah sampe surabaya telepon Risyi ya." pinta Risyi sambil berhambur memeluk wibowo.

"Iya sayang,nanti ayah telepon,kamu baik-baik disini ya,jagain Bulan." pesan wibowo.

"Iya ayaah dadaah."

Setelah wibowo masuk pesawat Risyi,Saras,dan Bulan pergi meninggalkan bandara.

"Yaah ga ada lagi orang yang bisa diajak cerita tentang OSIS," keluh Risyi sambil memeluk Bulan dipangkuannya.

"Kan ada bunda,lagian ayah ke Surabaya cuman satu minggu ko,ga lama kan?"

Saras menyetir pelan mobilnya sambil memperhatikan jalanan agar tetap fokus.

"Bunda,kenapa ga naik kendaraan umum aja,bunda udah berani?" tanya Risyi.Sudah merasakan hawa tidak enak,padahal baru saja menumpangi mobi.

"Nggak papa,bunda bisa kok.Jagain aja Bulan,nanti dia bangun lagi." jawab Saras tetap memperhatikan jalanan.

Risyi menatap jalanan, ingatannya kembali pada masa tujuh tahun yang lalu.Saat itu Saras masih belajar mengendarai mobil,saat masih belum lancar menyetir Saras membawa Risyi pergi menggunakan mobil,niatnya akan menjemput Budi-Ayah kandung Risyi-di kantor,sekedar memberinya kejutan saja.Namun yang Saras lihat adalah Budi yang sedang memberikan bunga mawar pada salahsatu karyawan nya di cafe.Saras yang kelewat murka langsung memutar balik mobil nya,kehilangan konsentrasi dan lepas kendali.Alhasil Saras menabrak motor sehingga pengendaranya meninggal dunia.Pada saat itu.Risyi trauma apabila Saras menyetir mobil.Takut kejadian itu terulang lagi.

Padahal Wibowo sudah melarangnya untuk menyetir mobil.Tapi kenapa kali ini Saras melanggarnya?

"Bukannya ayah larang bunda buat nyetir mobil?" tanya Risyi.

Barvi Where stories live. Discover now