#17

332 38 48
                                    

Kalau Rendy ditanya masih kalut atau tidak atas hal-hal yang baru-baru ini menimpa dirinya, ia pasti akan berusaha memberi tahu semua orang kalau ia sudah baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau Rendy ditanya masih kalut atau tidak atas hal-hal yang baru-baru ini menimpa dirinya, ia pasti akan berusaha memberi tahu semua orang kalau ia sudah baik-baik saja. Tapi di balik itu semua, sebenarnya ia masih kepikiran tentang kekacauan yang terjadi antar dirinya dan para sahabatnya—terutama Jevan—hingga membuat kepalanya jadi sedikit migrain.

Ya, masalah patah hati, oke, Rendy sudah berusaha merelakan. Dia juga pernah bilang, 'kan, ikhlas-ikhlas saja kalau Kiana jadian sama orang lain. Tapi penyebab patah hatinya itu, lho, yang membuat dia jadi tidak habis pikir. Kenapa harus karena jadian dengan sahabatnya sendiri?

Kalau kalian jadi Rendy, memang bisa semudah itu melihat Jevan seperti sebelumnya? Tanpa terbayang kalau cowok itu yang jadi pacar cewek yang bertahun-tahun sudah ditaksirnya? Susah, 'kan? Makanya kalau dia bilang dia baik-baik saja, itu cuma bohong agar kelihatannya enggak ngenes-ngenes amat.

Oke, kembali lagi ke si pemuda Adhitama. Karena kata ngenes itu bukan dirinya sekali—dan sepertinya tidak akan pernah ada jika kalian mencarinya dalam kamus hidup Rendy—maka cowok bermulut pedas itu memutuskan untuk mencari distraksi lain demi melupakan semua ini.

Berkat hasutan kakak tingkatnya, Rendy jadi tergerak untuk mencoba peruntungannya dengan mengikuti kepanitiaan salah satu acara kampusnya. Lumayan, hitung-hitung bikin kakak tingkat yang promosi jadi senang dan dia juga dapat pengalihan.

Berhubung tidak punya pengalaman berorganisasi sama sekali, Rendy jadi nurut-nurut saja saat seniornya itu memasukkannya ke divisi sponsorship. Toh, ditempatkan di divisi mana pun sama saja, dia harus belajar dari nol. Tapi, Rendy pikir, ia tidak akan secepat ini menyesali keputusannya, sebelum—

"Loh? Kok ada lo di sini? Lo serius ikut kepanitiaan gini? Gue nggak salah liat, 'kan?" semprot seseorang yang baru menyadari eksistensi Rendy di forum ini saat ia dimasukkan ke kelompok yang sama dengannya.

"Nggak," jawab cowok itu singkat. Dalam hati ia berharap untuk dipindahkan ke divisi manapun selain divisi ini.

"Kok bisa-bisanya lo masuk divisi ini, sih?"

Ya mana gue tau?

Pasti kejadian kemarin sudah berhasil membuat kepalanya jadi tidak sadar saat memutuskan untuk mengisi formulir pendaftaran kepanitiaan. Jadilah Rendy, si manusia paling anti ribet, mau tidak mau terjebak dalam "ke-ribet-an" yang akan mengikatnya selama beberapa minggu ke depan.

Dan akhirnya, di sinilah ia sekarang. Berada di parkiran belakang fakultasnya dengan seseorang yang—

"Gue masih nggak nyangka kenapa lo tega banget nyuruh gue jalan kaki dari fakultas gue ke fakultas lo yang seantero kampus juga tau kalo dua fakultas ini tuh jaraknya udah kayak dari Anyer ke Panarukan."

Nah, kan. Baru saja mau Rendy ceritakan. Orangnya udah mulai ngomel-ngomel duluan. "Lebay," sahutnya singkat.

Yang dikatai tentu tidak terima dengan penuturannya barusan. "Hah? Apa?! Lo bilang lebay?! Coba ngomong sekali lagi!"

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang