Chapter 2 : Kidnapped

267 63 18
                                    

Perlahan Sana membuka mata nya. Kepalanya masih sangat pening, bahkan hanya untuk bangkit dari posisi terlentang nya.

Perlahan Sana bangun dari tempatnya, ia pijat kepalanya sebentar. Lalu menggeliat supaya otot-otot nya melemas.

"Pagi yang Indah."

Sana tersenyum lalu memperhatikan sekeliling.

"Tunggu sebentar. Dimana ini?" perlahan ia mengingat segala kejadian kemarin. Otak nya langsung menunjukkan segala ingatan itu.

"Hah?!" Sana langsung berlari menuju pintu kamar luas dengan gaya kontemporer ini. Pintu nya terkunci dari luar, ia pun bergegas menuju jendela. Dan melihat segala nya dari balkon. Ia berada di lantai 20 sebuah hotel.

Bruk!

Dia terjatuh karena merasa syok. Lalu ia berdiri dan berjalan mundur.

Pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan seorang Pria tampan dengan balutan jas berwarna hitam yang terlihat mewah dipakainya.

Sana mencoba mencari sesuatu untuk melindungi diri nya. Sebuah vas bunga di atas nakas.

"Jangan mendekat!" teriak nya sambil mengayun-ayunkan vas itu.

Sementara si Pria hanya tersenyum dan tetap maju.

Prang!!

Sana memecah vas itu lalu mengambil sebuah bagian nya yang berujung tajam.

"Kubilang jangan mendekat!"

"Kau tak bisa menyakiti ku dengan benda itu nona."

"Tentu saja bisa! Benda ini tajam! Aw!" tangan Sana tergores hingga berdarah karena terlalu kencang menggenggam benda itu. Refleks Sana langsung menjatuhkan nya.

"Sudah kubilang kan, kau tak akan bisa menyakiti ku dengan benda itu. Duduklah aku akan mengobati nya." Pria itu tersenyum lalu berjalan menuju kotak obat yang tak jauh dari tempat tidur itu.

Sana rasa ini adalah kesempatan yang tepat untuk kabur. Sana langsung berlari menuju pintu, sebenarnya pria itu menyadarinya tapi ia membiarkan nya.

"Kenapa terkunci?!"

"Itu terkunci otomatis setelah ditutup dan hanya aku yang tahu password nya." ujar Pria itu berjalan duduk di sisi tempat tidur king size itu.

Sana tak peduli dengan ucapan pria ber iris cokelat itu dan tetap berusaha untuk keluar hingga mencoba mendobrak pintu itu. Dan hasilnya adalah sia-sia. Bahu nya malah menjadi sakit sekarang.

"Kau tak akan bisa keluar. Menurut lah atau kau akan pingsan kehilangan banyak darah."

Memang benar, darah terus mengalir dari telapak tangan Sana. Tapi gadis itu sama sekali tidak punya niat untuk mendekat atau sekedar menatap mata Indah pria itu.

Sana terjatuh dan menyandar pintu, ia menangis.

"Hiks! Jebal... Keluarkan aku dari sini tuan. Adikku menunggu di rumah. Dia pasti sangat khawatir."

Kini yang bisa Sana harapkan adalah memohon. Ia harus keluar dari sini bagaimana pun cara nya.

Pria itu mendengus kesal, lalu berjalan mendekati nya. Masih bersama kotak obat di tangan nya.

Pria itu menunduk kemudian duduk di hadapan Sana.

"Ulurkan tangan mu. Biar ku obati luka mu."

"Aku tidak ingin diobati. Aku hanya perlu kembali ke rumah! Adikku sendirian..." Sana menangis, ia menatap pria itu penuh harap.

Silent Scream [SaKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang