Day 7: Purple Night

801 59 6
                                    

Purple Night

[ soukoku, bxb, romance, vampire!au ]

.

.

.

Ketika berada di tengah hutan, seorang pemburu tak jarang kehilangan arah. Tidak terkecuali Dazai Osamu yang dari siang hingga sore ini menyusuri pepohonan dengan karakteristik sama. Ia bisa saja menandai batangnya dengan pisau, namun ia juga tidak ingin perampok yang sedang bersembunyi tahu seseorang tengah tersesat. Di atas pundak Dazai menenteng hasil buruan, seekor rusa betina yang tumbang karena anak panahnya. Jika menemukan tanah lapang maka ia akan menyalakan api unggun dan membakar dagingnya.

Lelaki itu melangkah cepat, melintasi jalan setapak di tengah malam untuk mencari tempat beristirahat. Namun melihat seberapa lama ia sudah tersesat, sepertinya pemburu itu tidak akan kembali ke desa malam ini. Bulan nampak tinggi di atas langit. Cahaya putihnya bisa terlihat melalui sela-sela dahan rimbun. Dazai mendengus pelan seraya mendongak, berharap benda langit itu bisa menuntunnya ke tempat ideal.

Semakin lama rusa di pundaknya terasa semakin berat. Kedua kakinya semakin lamban. Napasnya tersengal-sengal. Setiap langkah yang diambil membuat harapan Dazai semakin menipis. Manik cokelatnya hanya melihat pohon, pohon, dan pohon lainnya. Perut si pemburu meronta lapar. Namun membakar daging rusa di tengah pepohonan rapat ini tentu akan mendatangkan celaka. Ia perlu berjalan sedikit lagi. Sedikit lagi untuk menemukan tanah lapang.

Hampir saja harapan milik Dazai pupus sebelum akhirnya ia menemukan pemandangan yang belum pernah dilihat, hamparan lavender ungu di tengah hutan. Ada sepetak tanah lapang di tengah hamparan, juga sebuah pondok kecil.

Kedua mata Dazai berbinar. Lelaki itu memegang rusanya erat-erat seraya berlari. Ia menyusuri padang lavender itu seolah energinya terisi kembali. Benaknya membayangkan apa saja yang mungkin ada di dalam pondok itu. Mungkin kayu bakar, mungkin perapian, atau mungkin tempat tidur yang nyaman.

Namun di tengah jalan larinya berhenti. Pikirannya berkelana, berpikir siapa yang akan tinggal jauh di tengah hutan untuk menyediakan semua hal yang ia harapkan tadi. Bagaimana jika pondok itu tidak berpenghuni, atau mungkin sarang perampok. Mungkin juga tempat untuk menyekap seseorang.

Bagaimana--

Kalimat di dalam kepalanya terputus begitu saja ketika menemukan seseorang tengah berdiri di sisi pondok. Jemarinya membelai bunga-bunga ungu sembari menatap bulan di langit. Rambut sosok itu berwarna jingga gelap, tampak berkibar tertiup angin. Ia jelas bukan perampok. Bukan pula korban penyekapan. Tubuhnya bebas dari segala jenis ikatan, juga tampak sangat cantik. Seperti bulan hampir purnama yang tampak jelas di langit malam.

Dazai membeku di tempatnya. Tanpa sadar ia menjatuhkan rusa buruan ke tanah, membuat sosok itu menoleh terkejut. Sepasang manik biru memandanginya heran. Mungkin juga penasaran karena ia berjalan mendekat, menghampiri si pemburu yang tidak dapat berkata-kata.

"Sudah lama aku tidak bertemu dengan seseorang. Apa kau sedang tersesat?" Suara seorang lelaki namun terdengar lembut. Wajah itu tampak benar-benar indah seperti perawakannya saat dipandang dari jauh. Dazai makin tidak bisa berpaling. Seolah mata biru itu sudah menguncinya di tempat.

"Apa kau seorang pemburu?" Lelaki berambut jingga itu menebak, menemukan rusa mati di sebelah kaki Dazai.

"Benar," sahut lelaki berambut brunette itu pelan.

Padahal beberapa saat lalu ia bisa berlari melintasi hamparan lavender, namun sekarang lututnya terasa lemas. Ia belum memakan apapun seharian. Dan ia telah tersesat di hutan sepanjang siang. Kedua tungkainya tidak dapat menahan beban lagi dan jatuh ke tanah. Pandangan lelaki itu berkunang-kunang, semakin samar hingga menjadi gelap sepenuhnya.

[√] BSD Angst Week 2020Where stories live. Discover now